WARNING!
*
Dilarang mengcopy sebagian atau seluruh isi cerita. Naskah sudah diterbitkan, memiliki hak cipta beserta terdaftar ISBN
*
*
*
Semua cast hasil meminjam dari web dan pinterest.
*Kuusap rak-rak snack dengan sedikit bernyanyi. Setelah malam itu, seperti mendapatkan kehidupan baru.
Setidaknya, ada semangat di setiap bangunku. Entah itu hangat mentari pagi yang menyapa wajah. Pun hangat senyuman yang selalu terbit dari wajah Levant.
Ingin segera bertemu lalu memberi tahu tantang ini dan itu. Ingin mengatakan tentang asa yang seperti ini dan itu. Lalu berusaha menggapainya, jika bisa aku ingin menggapainya bersamamu.
Mewujudkan segalanya dan setelah semua lebih baik dari ini. Bisakah kita menjadi sepasang kekasih?
Menciptakan bahagia berdua, karena kuyakin Levant tidak akan seperti papa. Dia berbeda, karena yang kutahu, Levant menghargai apa pun itu. Termasuk rasa sakit yang akan membuatnya lebih baik.
Bibir terkulum, tersenyum dengan semburat kemerahan menghiasi pipi. Bahkan memikirkannya saja membuat aku bahagia.
Levant memang banyak benarnya, jika bahagia akan tercipta dengan caranya sendiri. Bahkan aku sangat bahagia hanya dengan memikirkannya.
Kualihkan pandangan ke arah gedung di depan, entah sudah beberapa kali. Setiap ada orang yang masuk, tatapan selalu tertuju ke sana.
Menantikan mentariku mungkin akan tiba lebih awal.
Bibir terkembang saat lelaki yang biasa datang dengan kemeja putih dan celana hitam. Kini sudah mulai memakai kemeja berwarna. Bukan hanya pada warna kemejanya, tetapi juga dengan hidupku.
Dia berkata bahwa masa depan masih bisa ditata sedemikian indah. Bisakah, masa depan yang akan ditata adalah tentang kita?
Tentang Binar Sunniva dan Levant Bagaskara. Dua orang yang sama-sama terluka oleh masa dan kisah. Memulai semuanya agar menjadi lebih indah?
Aku menggigit bibir, malu dan juga semu. Bahkan hanya melihatnya dari kejauhan saja mampu mengukir tawa yang ceria.
Hah, Levant. Kita hanya dua orang asing yang tidak sengaja berjumpa. Lantas mengapa bisa begitu dekat dan menumbuhkan rasa yang tidak biasa? Di sini, di sebuah gumpalan yang sering kali terlukai. Bernama hati.
***
Bayangan seorang lelaki tersenyum terlihat dari kaca mini market. Wajah itu masih terlihat sangat menawan.
Seraut itu semakin terlihat cerah, lebih tampan dan menggoda dengan tampilan kemeja biru muda.
Ia mengangkat tinggi kantungan di tangan dan tersenyum sangat manis.
"Ayo makan siang," ajaknya padaku.
"Em, Levant hari ini nggak bisa," tolakku langsung.
Dahi itu berkerut. "Kenapa?"
"Sista nggak masuk. Jadi nggak bisa ninggalin mini market."
Bibir itu memberengut. Lucu. Sedikit tersenyum, aku memandangi wajah manis miliknya. Dia memainkan bibir, sampai lesung di pipinya terlihat menawan.
"Ya sudah. Ini buat kamu, nanti jangan lupa makan, ya."
Aku mengangguk, mengambil kantungan yang diberikan. Tertahan, dia masih mengenggamnya.
"Janji, loh, harus makan," titahnya.
Aku tersenyum dan menariknya.
"Iya, Levant."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Kala Fajar Menyapa
AcakBroken home, apa yang terlintas jika kalimat itu yang disebutkan? Rumah tangga yang berantakan dan juga pertengkaran, perceraian atau yang lainnya? Broken home, bukan hanya sekadar perpisahan dua insan yang pernah disatukan dalam ikatan pernikahan. ...