WARNING!
*
Dilarang mengcopy sebagian atau seluruh isi cerita. Naskah sudah diterbitkan, memiliki hak cipta beserta terdaftar ISBN
*
*
*
Semua cast hasil meminjam dari web dan pinterest.
*Dentuman suara musik terdengar sangat menenangkan. Lampu kerlap-kerlip mengiringi alunan. Kelab yang sangat ramai dan penuh kesenangan.
Aku menyesap sebatang rokok, duduk menyendiri di sofa. Memperhatikan dua temanku yang tengah menari ria.
Awalnya, sampai pandangan mereka teralih padaku yang terlihat kusut dan suntuk. Delia dan Mila menarik tanganku untuk ikut menari dan berjoget bersama mereka. Mengikuti dentuman musik yang semakin asyik dimainkan sang Disk Jokey.
Sehabis pulang kuliah, aku sering menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan mereka.
Entah itu hanya bernyanyi ria di salah satu rumah mereka atau berjoget girang di dalam sebuah kelab.
Membuat duniaku yang hampa menjadi lebih banyak isinya. Berisik dan gemerlap, aku mencari kebahagiaan di sini. Di antara kebisingan, tetapi juga menenangkan.
Aneh bukan? Biasa mereka mencari ketenangan dari sunyinya suasana yang menghanyutkan. Tidak bagiku, karena aku benci kesendirian. Aku benci kehampaan yang selalu dihadirkan.
Di sana, dalam sebuah bangunan bernama rumah yang katanya surga, tempat mengistirahatkan tubuh yang lelah.
Bagiku hanya bangunan hampa tanpa apa pun. Jangankan kasih ataupun cinta. Bahkan sapaan selamat pagi dan selamat malam saja hampir tidak pernah terdengar selama ini.
Terlebih, semenjak papa memilih pergi dan meninggalkan kami berdua.
Mama terfokus pada pekerjaannya, uangnya dan segala yang ada pada kesibukannya.
Aku? Tentu saja mencari duniaku sendiri. Yang tidak ada lukanya sama sekali.
Salahkah aku yang mencari kebahagiaanku di luar, sebab di dalam rumah itu aku tidak menemukan cinta?
Rumah, yang katanya adalah tempat ternyaman di dunia. Bagiku hanyalah tempat di mana semua luka ini bermula. Dan semakin dalam seiring berjalannya masa.
***
Kubuka heels dan berjalan berjingkit memasuki teras. Pelan, kubuka pintu dan menutupnya selembut mungkin. Mencoba tidak menimbulkan suara, terlebih membangunkan mama.
Kuhela napas saat pintu tertutup rapat tanpa mengeluarkan suara.
Aku membalikkan badan, terkejut dan memundur beberapa langkah kebelakang saat mama sudah ada di belakang dengan silangan tangan di dada.
"Baru pulang?" tanyanya ketus.
Aku hanya menunduk, dengan remasan tangan di tali sepatu yang semakin mengerat.
"Jam berapa ini?"
Kulirik jam di dinding rumah.
Plak!
Pipi memanas, kutatap wajah mama lamat. Perlahan genangan kaca melapisi netra. Memburamkan wajah cantik Mama dari pandangan mata
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Kala Fajar Menyapa
AcakBroken home, apa yang terlintas jika kalimat itu yang disebutkan? Rumah tangga yang berantakan dan juga pertengkaran, perceraian atau yang lainnya? Broken home, bukan hanya sekadar perpisahan dua insan yang pernah disatukan dalam ikatan pernikahan. ...