Putus

102 8 10
                                    


Putus ...

"Ok, kita putus!" tegas Jimin menunjukkan raut kesal.

Suasana di pesta itu menjadi hening. Jeong Jimin menyatakan keinginannya untuk mengakhiri hubungan dengan Ariana yang sudah terjalin cukup lama.

Tidak seperti biasanya, pria itu menjadi sangat emosi. Pria tampan nan memesona seperti Jeong Jimin memang jarang sekali marah, sekalipun Ariana sering membuatnya kesal karena sikapnya yang sangat egois.

"Putus?" Ariana bengong memandangi kekasihnya itu.

Wanita manis bertubuh mungil yang jarang sekali mengeluh, jarang manja atau pun bersikap manis layaknya wanita pada umumnya. Sok kuat, menyebalkan, egois, keras kepala, tetapi baik hati juga setia dan begitu ramah tentunya. Sikapnya yang hangat mampu membuat Jeong Jimin selalu merindukannya.

"Ya. Bukankah itu yang kau inginkan? Apakah sekarang kau puas?" Jimin menatapnya dengan intens.

"Hahaha ...." Ariana lalu tertawa membalas pandangannya.

"Mengapa kau tertawa seperti itu? Dasar egois." Jimin mengernyit.

"Mengapa kau menyebutku egois?"

"Karena kau itu memang egois. Itulah kata yang tepat untukmu. Egois!"

"Kau ... dasar kau pria pemarah."

"Hmmm ...." Keduanya saling berpaling.

Ariana mendengus kesal. Sementara Jimin terengah menahan emosi dengan berkacak pinggang.

Ariana terdiam memikirkan kembali ucapan Jimin terhadapnya.

"Jim, apa yang barusan kau ucapkan? Kau ingin putus dariku? Apakah kau ingin mengakhiri hubungan kita?" Ia mulai bertanya dengan lemah lembut.

"Kurasa kau tidak tuli." Jimin ketus dan masih berkacak pinggang.

"Besok aku akan berangkat jam sepuluh pagi. Apakah kau akan mengantarku ke bandara?" Ariana bertanya.

Jeong Jimin hanya bungkam di hadapan.

Ariana mengernyit memikirkan hingga Jimin berpaling dari hadapan.

"Ini sudah malam, aku akan mengantarmu pulang. Kajaa!" Jimin melangkah lebih dulu.

Ariana semakin terdiam karena tidak biasanya Jimin seperti itu. Biasanya pria itu akan merangkulnya atau menggenggam tangannya. Namun tidak untuk saat ini. Ariana semakin bertanya-tanya, apakah ucapan Jimin itu sungguhan atau hanya sebatas gurauan(?)

"Jim ...." Ariana meraih salah satu tangan pria tersebut.

Jeong Jimin menoleh ke hadapannya. Saling memandang pada keheningan.

"Kau akan datang, 'kan?" tanya Ariana untuk ke sekian kalinya.

Jeong Jimin terdiam cukup lama, lalu menggelengkan kepala. Senyuman tipis terukir di bibir pria tersebut, matanya tampak berkaca-kaca seperti ingin menangis saat itu juga.

Ariana terdiam menatapnya. Hatinya mulai gelisah. Apakah kali ini mereka benar-benar akan berpisah? Setelah sekian lama merajut asa dalam indahnya cinta dan asmara yang tidak pernah padam meski jarak dan waktu sering memisahkan.

Jeong Jimin melepaskan kalungnya. Lengkap dengan liontin gembok dan kunci yang melingkar indah di lehernya, lalu memberikannya pada Ariana.

Ariana sontak menggenggamnya, mengepal erat sesuatu yang selama ini menjadi simbol dari cinta mereka berdua. Memerhatikan raut wajah pria yang bertahun-tahun telah menjadi kekasihnya.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang