LDR 15.

34 5 3
                                    


15. LDR 15

Ariana kembali bekerja seperti biasa. Agendanya semakin padat bahkan lebih sibuk dari sebelumnya. Ia tidak menyerah dan bersikap seperti Ariana Go yang dulu, penuh ambisi.

Ia selalu menuruti perintah sang ayah dan mengikutinya ke berbagai pertemuan untuk membicarakan bisnis, bermain golf, makan siang dan makan malam ataupun sekadar memenuhi undangan jamuan minum kopi.

Ariana bersikap seolah baik-baik saja. Padahal sejatinya ia sangat rapuh dan kesepian.

Hubungannya dengan Jeong Jimin semakin memburuk. Terhitung hampir satu bulan dari pertikaiannya dengan sang ayah. Baik Ariana ataupun Jimin, keduanya tidak ada yang mau mengalah. Mereka sama-sama mempertahankan ego masing-masing yang setiap hari semakin membelenggu rindu.

"Nona, waktunya makan siang."

Seruan itu terdengar tak asing di telinganya. Ariana menghentikan aktivitasnya dari mengoreksi beberapa data yang tertera pada laporan harian yang telah disuguhkan di atas meja kerjanya. Ia tercengang melihat Jo Tae Yong yang mendadak sudah berada di ruangannya.

Ariana beranjak dari duduknya kemudian melangkah ke hadapannya.

"Tae Yong, mengapa kau ada di sini?"

"Karena aku ingin menemuimu," balas Tae Yong dengan nada setengah merayu.

Ariana menoleh ke sana dan ke kiri. "Bagaimana kabarmu? Apakah lukamu sudah sembuh?"

Tae Yong mengangguk disertai senyuman simpul. "Kau telah mengabaikanku, Nona Go."

Ariana menggeleng secara perlahan. "Maaf, aku tidak bermaksud mengabaikanmu. Aku hanya terlalu sibuk."

"Kau hanya sedang menyibukkan diri," sanggah Tae Yong menyela ucapan Ariana. "Aku sudah sembuh. Aku selalu ingin menemuimu, tapi kau selalu sibuk," tuturnya.

Ariana bungkam di hadapan.

"Kau menghilang." Jo Tae mendekat lebih rapat, menatapnya di kedalaman hingga membuat Ariana terdiam.

Apa yang harus dikatakan olehnya? Ia sendiri juga tidak tahu apa yang tengah berlangsung di dalam hidupnya saat ini.

"Tae Yong, ak- aku ...."

"Sttt." Telunjuk indah Jo Tae Yong membuat Ariana bungkam. Pria itu tersenyum dengan penuh ketulusan kemudian memeluknya tanpa keraguan. Ariana tertegun, tidak ingin berontak ataupun menghindar.

"Apa kau sudah makan?" Tae Yong melepas pelukan dan menatap Ariana dengan penuh kelembutan. Ariana menggeleng secara perlahan.

"Apa kau tidak keberatan kalau aku mengajakmu makan siang?" Ariana mengangguk menerima ajakan pria tersebut.

Tae Yong tersenyum kembali, bahkan senyumannya jauh lebih merekah dari sebelumnya. Ia memeluk Ariana lagi dan berterima kasih. "Gomawo."

Ariana terdiam dalam pelukan, terkenang masa-masa yang hangat ketika bersama dengan Jeong Jimin di masa lalu. Masih. Semua masih tentang Jeong Jimin yang memenuhi kepala Ariana. Bahkan ketika pria itu tak ada di sampingnya sekalipun.

"Ari," panggil Jeka seraya masuk ke dalam ruangan.

Seruan itu membuyarkan romansa antara Ariana dan Tae Yong hingga membuat keduanya seketika mengambil jarak.

Jeka tercengang melihat keduanya yang memberikan tatapan canggung padanya

"Oh, aku kira tidak ada orang lain di ruanganmu," ucap Jeka dengan kedua iris yang masih terkejut. "Ada apa? Kenapa kau ada di sini?" imbuh Jeka yang menatap pada Tae Yong.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang