LDR 19.

40 5 0
                                    


19. LDR 19

Jo Tae Yong menemui Ariana ke kantornya. Ia datang dengan membawa satu buket bunga mawar merah yang indah.

"Ari."

Ariana sontak memandangnya. Tae Yong berdiri tepat di hadapan pintu. Box smile-nya terukir tampak penuh ketulusan.

Ariana beranjak dari duduknya untuk mendekat ke hadapan pria yang sebentar lagi akan bertunangan dengannya. Ia menatapnya sesaat, tampak wajah tampan itu tersenyum simpul dengan tatapan yang hangat. Ariana menerima bunga pemberian Tae Yong dan mencium aromanya dengan seksama.

"Apa kau merindukanku?" Pertanyaan Jo Tae Yong mengingatkan satu hal, bahwa Tae Yong sudah melakukan perjalanan bisnisnya selama beberapa hari belakangan.

"Maaf, aku tidak pernah menghubungimu." Satu kata maaf dari Ariana mampu membuat Tae Yong terpaku. Ia hanya berharap kalau Ariana tidak akan marah karena ia tidak memberitahukan keberangkatan sebelumnya.

"Apa kau sudah makan?" Tae Yong kembali tertegun atas pertanyaan Ariana.

Keduanya pergi ke sebuah restoran dan dilanjutkan dengan duduk bersantai di taman.

"Aku dengar paman sudah pulih?"

Ariana membenarkan. "Ayah akan mengadakan rapat direksi setelah pertunangan kita," ujarnya. Ada suatu kelegaan untuk Jo Tae Yong ketika Ariana menyinggung soal pertunangan dengannya.

"Aku juga mendengar kalau Jeka berpeluang besar untuk menggantikan posisi paman, tapi jika kau mau aku akan meminta pada Ayah untuk memberikan sahamku padamu. Dengan begitu saham yang kau kumpulkan bisa melebihi saham yang Jeka miliki," ujar Tae Yong.

Ariana menggeleng di hadapan Tae Yong. Senyuman tipisnya seakan memberi arti bahwa semua itu sudah bukan lagi tujuannya.

"Saat ini aku sudah tidak menginginkan hal semacam itu. Aku tidak ingin lagi dibebani oleh jabatan dan kedudukan." Ariana menatap dengan intens. "Apakah kau akan merasa keberatan apabila aku menunggumu seharian di rumah? Aku ingin duduk santai menemani akan-anakku yang sedang bermain di taman nantinya," ujarnya yang kemudian mengalihkan pandangan pada beberapa anak kecil yang sedang berlarian di taman itu.

Jo Tae Yong tidak pernah merasa keberatan apabila Ariana hanya ingin menjadi ibu rumah tangga dan menunggunya pulang bekerja. Hatinya menjadi hangat terbawa serta suasana dari apa yang Ariana harapkan terhadapnya.

"Ari!" Tae Yong menyentuh salah satu tangan perempuan tersebut. Ariana kembali menatapnya. "Aku sudah bertemu dengan Jeong Jimin dan sebelumnya aku mendengar bahwa dia sempat dirawat di rumah sakit. Tapi kau jangan khawatir karena dia sudah kembali bekerja."

Ariana menjadi lega ketika Tae Yong memberitahukan hal itu. Tae Yong juga menuturkan bahwa ibunya sudah mengatur segalanya termasuk membelikan cincin pertunangan.

"Jika kau tidak keberatan kau boleh melihat cincinnya. Aku harap kau menyukainya," ucap Tae Yong dengan penuh antusias.

Ariana menyentuh tangannya sampai Tae Yong termangu. "Aku akan menyukai apa pun pilihan ibumu," pungkasnya.

Jo Tae Yong bungkam menatap berbagai tanda tanya yang tersirat dari raut Ariana. Ia melihatnya dengan jelas bahwa ada kesukaran yang ia tahan selama ini. Tae Yong menolak sadar bahwa sebenarnya Ariana tidak pernah menginginkan perjodohan ini.

"Apakah kau tidak ingin memberiku selamat, Ari?"

"Selamat untuk apa?" Ariana menjadi heran.

Tae Yong membusungkan dada dengan raut menggemaskan. "Aku baru saja naik jabatan. Aku menjadi komisaris di anak perusahaan milik keluarga kami," ungkapnya.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang