LDR 11.

43 6 8
                                    


LDR 11

Bujukan sudah tidak lagi mempan untuk Ariana. Percuma saja, wanita egois itu sudah memutuskan untuk tidak lagi mementingkan pekerjaan dalam hidupnya.

Jeka sangat menyayangkan keputusan Ariana. Namun, sebagai sepupu sekaligus sahabat, ia tahu harus bagaimana menyikapi Ariana.

"Jika kau memang ingin mengabaikan pekerjaan ini, silakan saja," ucap Jeka dengan mimik serius. "Aku akan memberimu waktu untuk menenangkan diri. Aku harap kau bisa menemukan jawaban dari segala yang membebanimu selama ini. Namun setelah itu, kau harus kembali padaku, kita akan kembali bekerja sama seperti semula," imbuh Jeka menyelipkan harap pada Ariana.

Ariana merasa terharu lalu mendekat dan memeluk Jeka dengan erat. Pria kekar itu memang pengertian dan jarang sekali menghakimi Ariana selama ini.

"Gomawo," ucap Ariana.

Jeka menangkup wajah Ariana seraya tersenyum simpul. "Apakah aku harus mengecup keningmu?"

"Aku bukan kekasihmu, bodoh." Ariana memukul bahu sepupunya tersebut.

Tawa Jeka yang renyah sontak menghangatkan suasana. Lantas pria itu kembali memeluk Ariana.

"Tadinya aku ingin mulai memikirkan kencan, tetapi setelah melihatmu seperti ini, kurasa aku lebih baik memfokuskan diri pada pekerjaan saja. Bukankah itu lebih baik?" sindir Jeka seraya melirik pada Ariana.

"Memangnya wanita mana yang ingin berkencan dengan pria sibuk sepertimu?" balas Ariana tak kalah mengesalkan.

Jeka cemberut dan berpaling darinya. "Hm, itulah masalahnya. Wanita mana yang mau menerimaku dan diduakan dengan kesibukanku?"

Ariana tersenyum lalu mengusap wajah tampan sepupunya. "Bersabarlah Jeka, suatu hari nanti kau pasti akan menemukan wanita itu."

Keduanya saling menatap dan mengangguk dengan penuh keyakinan.

Jeka melanjutkan hari dengan menemui Jo Tae Yong ke kantornya.

"Tae Yong."

Jo Tae Yong menyambutnya dengan senang hati ketika Jeka masuk ke dalam ruangan beserta sekretarisnya.

"Aku dengar kalau kau sering menemui Ariana?" Jeka memulai obrolan tanpa basa basi. "Apakah kau masih berniat dengan rencana awalmu?" Jeka memandang dengan tajam. Sedangkan yang dilayangkan pertanyaan hanya terdiam di tempatnya. Membuat Jeka mulai geram karena merasa diabaikan.

"Sebagai sepupunya, aku hanya berharap sesuatu yang baik untuknya. Ariana bukan hanya sepupuku, tetapi dia juga sahabatku. Untuk itu aku peringatkan padamu. Jika kau masih tetap pada niat awalmu, maka kali ini aku tidak akan tinggal diam," kecam Jeka dengan tegas.

Tae Yong memicingkan mata. Kali ini ia sadar bahwa Jeka benar-benar peduli pada Ariana. Jeka mendekat ke hadapannya dan menyentuh pundaknya. "Dan sebagai temanmu, aku harap sebaiknya kau mencari wanita lain, karena Ariana hanya mencinta Jeong Jimin," pungkasnya yang lantas berlalu dari ruangan Jo Tae Yong.

Tae Yong berpaling lalu mengusap wajahnya kasar. Hatinya gelisah. Bagaimana pun juga ia benar-benar sudah terjebak dalam permainannya sendiri. Umpan yang ia siapkan untuk Ariana akhirnya terpaksa ia telan dan menjadi sesuatu yang menyesakkan di dadanya saat ini.

Duduknya tidak beraturan, pikirannya kali ini hanya tertuju pada Ariana seorang. Namun, fokusnya buyar ketika ponselnya berdering. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Itu adalah telepon dari Ariana.

Tae Yong bergegas pergi untuk menemui Ariana ke restoran. Sesampainya di tempat tujuan. Seorang pelayan memandunya menuju sebuah ruangan yang sudah dipesan khusus oleh Ariana. Menelusuri rooftop hingga membawanya tepat ke hadapan pintu yang bisa digeser.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang