LDR 9.

34 6 3
                                    


LDR 9

Ariana terbangun dari tidurnya. Samar-samar bayangan Jeong Jimin semalam kembali merangsek dalam ingatan. Seolah seperti bunga tidur, Jeong Jimin menemaninya semalaman dan kenyataannya pagi ini semuanya terasa sunyi. Tidak ada Jeong Jimin di sudut mana pun.

"Nona sudah bangun?" sapa Bibi Choi yang baru saja masuk ke dalam kamar Ariana. Pagi ini saja beliau sudah mengecek beberapa kali untuk memastikan apakah nonanya itu sudah bangun atau belum.

Ariana sedang termangu menopang keningnya yang terasa masih pusing. Seolah mengerti, Bibi Choi memberi Ariana air mineral agar sedikit lebih baik.

"Kenapa kepalaku sakit sekali?" gumam Ariana sembari memegangi kepalanya yang terus saja berdenyut.

"Semalam Nona minum terlalu banyak," tutur Bibi Choi.

"Lalu siapa yang membawaku pulang, Bibi?"

"Tuan Jeong."

"Jeong?"

"Saya akan ambilkan teh madu, itu baik untuk menyegarkan diri," ucap bibi Choi.

"Lalu di mana Jeong Jimin sekarang, Bibi?" tanya Ariana yang kini menyibak selimutnya dan hendak turun dari ranjang.

"Tuan muda sudah pergi pagi-pagi sekali, Nona," pungkas Bibi Choi yang lantas membuat kedua iris Ariana menciut.

"Kapan dia akan kembali?"

Bibi Choi menggelengkan kepala sebagai jawaban ketidak tahuannya perihal yang ditanyakan oleh nonanya tersebut.

"Apakah dia tidak meninggalkan pesan apa pun untukku?"

Bibi Choi kembali menggeleng.

Ariana merasa sedikit kecewa lantaran Jeong Jimin tidak menunggunya sampai bangun. Seharusnya pria itu mengucapkan banyak hal pada Bibi Choi, walaupun sepatah atau dua patah kata agar ia bisa mendengar sedikit pria itu.

***

Di sela kesibukannya, Jo Tae Yong tidak bisa fokus bekerja lantaran bayangan Ariana masih saja terbesit dalam ingatan. Saking kesalnya ia menutup laptop yang ada di hadapannya dengan begitu keras.

Bragh!

Saking kerasnya sampai sekretaris Jo Tae Young bergegas masuk ke dalam ruangan untuk memastikan apa yang terjadi.

"Ada apa, Tuan?"

Tae Yong menoleh, kemudian mendekat ke arah sekretarisnya yang mempunyai paras cantik serta tubuh ideal tersebut.

"Ada apa dengan Anda, Tuan?" tanya sang sekretaris sekali lagi, masih dengan mimik khawatinya.

Sedangkan di tempatnya, Jeo Tae Yong memberikan tatapan tajam dan mengintimidasi. Tangan kekarnya kemudian menangkup wajah cantik sang sekretaris dan mendaratkan satu ciuman tepat pada bibir perempuan tersebut.

Ufth!

"Tu- Tuan ...."

Tae Yong melumat bibir itu dengan rakus dan penuh gairah, pun tidak mendapat penolakan yang berarti hingga Tae Yong terus melanjutkan aksinya tersebut. Hal itu bukanlah kali pertama untuk sang sekretaris yang kerap kali menerima perlakuan mesum dari Jo Tae Yong.

Semakin bergairah, justru semakin membuat wajah Ariana terbayang nyata di pikiran Tae Yong. Matanya mengerjap kasar berharap bayangan Ariana akan lekas tiada dari benaknya, tetapi semua itu hanyalah sia-sia.

Hagh!

Ia pun terengah dan melepaskan wajah sekretarisnya kemudian lekas berpaling.

"Pergilah!"

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang