Prolog

229 23 16
                                    

Wanita pertengahan empat puluhan itu, menatap gadis kecil berpenampilan kumuh di sudut ruangan. Dia bermata coklat dan memiliki pipi chubby menggemaskan. Hidung runcingnya yang tampak tajam meskipun dia masih berumur dibawah sepuluh tahun. Dari visualnya saja sudah jelas gadis itu memiliki darah campuran.

"Aigoo, aku menemukan mutiara di dalam lumpur." wanita itu bergumam ——masih menatap gadis cilik yang menatapnya takut. Penampilannya sangat kotor. Pakaian bolong-bolong, rambut kusut, wajah cemong, dan kulit kusam layaknya gelandangan. Meski begitu, itu tidak bisa menutupi kecantikan gadis itu.

Benda api yang ada ditangannya ia simpan di kantong celananya, lalu ia berjongkok di depan gadis cilik itu. "Gadis manis, siapa namamu?"

Dia tidak langsung menjawabnya, malah semakin meringsut ke tembok. Takut wanita itu akan menyakitinya.

"Hei, jangan takut. Bibi tidak akan menyakitimu." wanita itu mengulurkan tangannya, mengusap lembut pucuk rambutnya. Hingga sampai beberapa saat, pandangan takut gadis itu tampak mengendur lalu berubah menjadi tatapan polos yang sangat lucu.

"Jadi, siapa namamu?"

"Adelyn Seo,"

"Nama yang cantik." Wanita itu tersenyum lembut.

"Umurmu berapa?"

"Delapan tahun,"

Wanita itu mengangguk, "Adelyn mau tidur di tempat yang bersih, makan yang enak, sama uang yang banyak?"

Sampai beberapa detik, gadis itu baru membalas. "Makan enak? Permen dalgona?" bola mata gadis itu berbinar saat mengatakan itu, membuat wanita di depannya terkekeh miris.

Kenapa harus jajan recehan yang harganya tidak sampai seribu won? Sebegitu menderitanyakah gadis itu yang tidak bisa membeli permen murahan itu?

"Tentu saja lebih dari itu. Kau bahkan bisa makan daging setiap hari. Dan apapun yang kau inginkan bisa kau miliki."

"Benarkah? Boneka panda?"

"Ne," wanita itu tersenyum sedih. "Adelyn suka panda?"

Gadis itu mengangguk lucu. "Panda itu lucu."

"Jadi, Adelyn mau kan?"

"Ne!" seru gadis itu, semangat.

"Kalau begitu, Adelyn harus jadi menantu bibi." ujar wanita yang masih tampak muda itu, yang kemudian disusul oleh suara batuk di sudut tempat yang lain.

"EOMMA, GILA?!" suara itu penuh dengan nada protes. Sedari tadi, laki-laki berpostur tinggi itu hanya menjadi penonton ibunya yang tengah menjinakkan gadis kecil sisa penyerangan tempat kumuh milik musuh.

Sementara gadis cilik itu menatap dua orang dewasa itu bergantian. Jelas-jelas dia tidak paham dengan kata 'menantu' yang wanita itu ucapkan.

"Bibi, menantu itu apa?"

......

Ini projek asal nulis aja. Coba nulis genre yg agak dark plus romantis buat pajangan karya di akun ini yg hiatus smpe berpuluh" purnama 😂

 Coba nulis genre yg agak dark plus romantis buat pajangan karya di akun ini yg hiatus smpe berpuluh" purnama 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Taeyong :

17th (usia saat ini/masih pelajar)
Ganteng numb.1
Kejem, dingin, kasar
Suka seenaknya sendiri
Suka buat bawahannya kewalahan
Kadang jahil juga dengan membuat bawahnya frustrasi
Dll.

*Ini ceritanya agegap yg cukup jauh.

FAVORITE [LEE TAEYONG] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang