1 : Rumah

128 16 2
                                    

Adelyn tahu jika ia hidup di tempat yang buruk. Ia dipaksa melakukan pekerjaan berat dan akan disiksa jika melakukan kesalahan. Ada beberapa anak seusianya pula yang bersamanya. Namun entah pada kemana teman-temannya ketika terjadi aksi tembak-menembak yang sukses membuat tempat itu hancur.


Ia sangat takut melihat banyaknya darah yang mengalir di lantai dan orang-orang jahat yang menyiksanya satu persatu tergeletak di lantai.

Adelyn tahu itu.

Mereka mati.

Selama itu, ia tak berani menonton langsung pada aksi mengerikan itu. Adelyn memilih bersembunyi dan menutup telinganya saja sambil menangis.

Keributan itu terjadi cukup lama, yang sebisa mungkin oleh gadis kecil seusianya menguatkan mental agar tidak membekas diingatannya. Sampai akhirnya, ada seorang wanita yang mengulurkan tangan dengan tatapan hangat. Dia menawarkan sesuatu yang tidak ia pahami. Namun karena ia bisa makan permen dalgona dan bisa memiliki boneka panda, Adelyn menerima uluran tangan itu dan mau mengikutinya.

Adelyn si gadis cilik yang pintar membaca situasi berkat hidupnya yang keras, sebisa mungkin menjaga sikapnya agar tidak merepotkan. Ia duduk tenang selama mobil hitam panjang itu membawanya pergi meninggalkan tempat kumuh yang menampungnya.

Kalau tidak ingin disakiti, harus jadi anak penurut. Jangan merepotkan!

Adelyn menerapkan kata-kata itu di kepalanya.

Mobil yang ditumpangi oleh sejumlah orang itu memasuki sebuah gerbang besar yang di jaga oleh orang-orang berpakaian hitam. Begitu gerbang terbuka, masih ada jalan aspal panjang yang di sisinya di tumbuhi oleh pepohonan besar.

Musim semi semakin memperindah tanah yang di tumbuhi oleh rerumputan hijau dan pepohonan besar itu. Tampak sangat sejuk sampai-sampai Adelyn merasa sayang untuk sekedar mengedipkan matanya.

Terdapat gerbang kedua, yakni gerbang utama. Tampak dibalik pagar besi itu terdapat rumah yang super besar.

Adelyn memandang takjub pada rumah besar dihadapannya. Rumah yang tidak cukup hanya dikatakan besar. Mungkin lebih cocok dinamakan mansion?

"Ayo, Adelyn," Nyonya Lee yang duduk di sebelahnya menggandeng tangannya ketika turun dari mobil.

Selama perjalanan tadi juga hanya Nyonya Lee saja yang mengajak Adelyn berbincang. Dia tampak senang bisa membawa gadis pintar itu bersamanya.

Lagi, Adelyn tak bisa menyembunyikan kekagumannya dengan rumah itu.

Halamannya sangat luas dan air mancur yang berada di tengah-tengah itu sangat indah. Serta taman-taman bunga yang berada di sisi jalan sangat menyegarkan mata. Tidak cukup dengan itu, ada pula lapangan olahraga di halaman sebelah kiri.

Tidak bisa di hitung seberapa kaya orang yang membawanya ini.

Apa ia sungguh akan tinggal disini?

Adelyn tidak menyangka bisa menginjakkan kaki di rumah yang sama sekali tidak pernah terfikir di kepalanya.

"Nah, Adelyn ini rumah bibi. Mulai sekarang dan seterusnya, kau akan tinggal disini." ujar Nyonya Lee.

Adelyn hanya bisa melongo bingung. Rasanya masih tidak menyangka ia akan tinggal disini.

Lebih bingung lagi saat melihat banyaknya orang berseragam yang sudah berjejer rapi membentuk jalan di tengah-tengah seolah menyambut mereka.

Sebelumnya memang Nyonya Lee sudah mengabari kepala pelayan tentang bocah yang ia bawa agar tidak mengejutkan semua orang yang ada di rumah. Dan juga menyiapkan segala keperluan untuk anak perempuan, seperti pakaian, dll.

FAVORITE [LEE TAEYONG] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang