Chapter 15. Crazy Rich Kalimantan

85 5 0
                                    

Dua hari Setelah kejadian pemukulan dikeluarga Zikra, Arash memutuskan untuk membawa Ayra kesebuah Villa. Villa peninggalan sang kakek yang penjagaannya cukup ketat. Bahkan Tuan Zikra yang dapat dikatakan sebagai tetua satu-satunya keluarga itu tidak dapat mengakses dengan bebas. Ini semua karena pesan terakhir Kakek Arash yang memberikan kekuasaan tertinggi Villa itu ditangan Arash, cucu pertama dan satu-satunya. Penjaga Villa itu bahkan cukup terlatih dan sangat patuh pada Arash.

Ayra menarik pelan gorden kamar yang tengah ia tempati. Sejauh mata memandang, yang dapat dia lihat hanyalah pepohonan yang menjulang tinggi serta beberapa bodyguard berpakaian serba hitam tengah berdiri tanpa lelah disetiap sudut. Mengelilingi Villa ini

Dia tahu tempat ini tidak terlihat dalam peta, dia menyadari ini saat pertama kali menginjakkan kaki di Villa ini. Tak ada jalan besar disini, selain itu saat tidur malam itu dia menyadari Arash memindahkannya kesebuah mobil yang bahkan suara mesinnya tidak dapat didengar dengan jelas.

Seharusnya saat itu, aku tidak tertidur

Ting

Notifikasi pesan masuk, mengalihkan fokusnya

"Teruslah bersembunyi. Teruslah mengulur waktu. Maka apa yang akan kau dapatkan, jauh lebih sakit”

Ayra kembali mengeratkan genggaman tangan nya pada Handphone pemberian Aludra. Pesan itu kembali datang. Nomor asing yang sudah mulai ia hafal diluar kepala.

apa kau ingin mendengar berita terbaru tentang keluarga suamimu?

Tak lama sebuah link berita online masuk, Ayra tanpa ragu mengklik link tersebut dan disana terpampang seorang reporter tengah memberitakan harga saham keluarga Zikra yang makin merosot

entah sampai kapan, Pira itu bertahan bersembunyi bersamamu. Tapi satu yang dapat kupastikan. Besok, jika kau tak keluar dari tempat itu. Aku akan menghabisi semua orang. Semua orang tanpa terkecuali, Cucuku

"kau disini"

Ayra berbalik kearah pintu yang baru saja dilewati oleh Arash. Pria itu tersenyum tanpa beban kearahnya, membuat hati Ayra teriris. Pria ini bertingkah seperti tidak terjadi apa apa. Nyatanya diluar sana tengah terjadi masalah yang benar-benar serius.

"ada apa?"

“kapan piknik ini berakhir, Arash?" pria itu mendekati Ayra. Menggenggam kedua pundak sang istri, senyumnya bahkan belum menghilang

" kau sudah bosan karena aku mengurungmu dirumah ini yah?"

" kita tidak bisa terus bersembunyi, Arash. Ini tidak baik untuk semuanya" Arash melirik Handphone ditangan Ayra, senyum tipis yang sedikit menakutkan tertera diwajahnya

"sudah ku duga”

" aku melupakan, kehebatan istriku dalam mencari tahu informasi"

"Arash"

"kita takkan kemana-mana Ayra. Tidak, sampai Papa menarik kembali ucapannya dan berhenti memaksa kita untuk bercerai"

"pikirkan Naura dan Nyonya Zikra”

" lihatlah sampai sekarang, kau bahkan masing memanggil mama seperti itu. Ini yang membuatku takut Ay. Aku takut, saat kita meninggalkan tempat ini. Kau akan menuruti kemauan papa"

"Tapi Arash kita tidak bisa seperti ini terus"

“Kita bisa Ay, Kita bisa. Tidak akan ada yang dapat menyentuh kita dirumah ini. Daerah ini terlarang untuk siapapun. Bahkan Papa tidak berdaya dengan tempat ini"

"Arash"

"Mari akhiri pembicaraan ini. Istirahatlah, makan malam akan segera siap"

Setelah mengatakan itu, Arash meninggalkan Ayra yang terdiam dan menatap sendu kearahnya. Ayra sekilas menatap layar Handphonenya, 15% lagi handphone itu bisa bertahan. Arash memang membebaskannya menggunakan Handphone tapi akses internet sangat terbatas. Selain itu Chargerpun tidak ada. Itulah alasan mengapa sealama dua hari ini, dia mencoba untuk sebisa mungkin tidak menggunakan benda pipih itu secara berlebihan.

Fake Maid (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang