19. ☀️

22.7K 2.5K 146
                                    

MASIH pagi, dan Taeyong sudah mengeluh lelah. Yeji yang duduk disampingnya mendengus kesal. Untuk tahap awal, Yeji mengajarkan Taeyong bagaimana caranya menggunakan laptop. Sebenarnya, Taeyong sudah bisa sedikit-sedikit, hanya saja Taeyong masih terlalu malas.

Keduanya kini tengah duduk disofa panjang milik Yeji, perempuan itu datang menjemput Taeyong pagi sekali, bahkan Taeyong masih tidur. Yeji membawa Taeyong ke Apartemennya, untuk ke kantor itu bisa nanti, setelah Taeyong benar-benar bisa. Yeji tidak bercanda ketika menawarkan diri untuk mengajarkan Taeyong bagaimana caranya bekerja di perusahaan dengan jabatan yang tinggi.

Yeji memutar otaknya, bagaimana caranya membuat Taeyong lebih bersemangat untuk belajar. Taeyong itu bisa, tapi malas. Padahal kemarin, Taeyong sudah antusias, tapi baru dihadapkan dengan laptop saja ia mengeluh.

Yeji mengulurkan tangannya, menyentuh bagian perut Taeyong yang datar, membuat Taeyong menoleh dengan wajah bingung.

"Kau sudah makan?"

Taeyong mengerucutkan bibirnya, "Tentu saja belum, kau menyeretku pagi-pagi sekali."

Yeji menghela nafas, pantas Taeyong terlihat malas dan tak bertenaga, dia belum makan. "Bagaimana jika makan dirumah ku saja?"

Yeji teringat, tadi malam kakaknya menghubungi nya, dan menyuruhnya pulang ke rumah untuk makan bersama. Cukup jarang mereka bisa berkumpul, karena disibukkan dengan urusan masing-masing. Mungkin mengajak Taeyong, tidak buruk.

"Dirumah mu? Apa saat ini kita tidak sedang dirumah mu? Ada berapa banyak tempat yang kau sebut rumah?" Tanya Taeyong bingung dengan wajah polosnya.

"Ini apartemen, maksudku rumah yang ada ibu, ayah, kakak, dan nenekku."

Taeyong mengulum bibirnya, "Apa tidak berlebihan? Kita pesan makan saja."

"Tidak berlebihan, hanya makan biasa."

Taeyong menggeleng untuk menolak, "kalau begitu aku akan menunggumu disini saja, kau bisa pulang sekarang."

"Hanya sebentar."

"Aku takut." Cicit Taeyong pelan.

Yeji mengerutkan keningnya, "takut untuk apa? Keluarga ku tidak menggigit jika itu yang kau pikirkan."

"Aku takut salah bicara didepan keluargamu." Ucap Taeyong dengan kepala yang menunduk.

Yeji mengangguk mengerti, detik kemudian ia merangkul bahu Taeyong. "Kau boleh bicarakan apapun didepan keluargaku. Mereka tidak seperti orang kaya kebanyakan, anggap saja seperti keluarga sendiri."

Taeyong menoleh menatap Yeji untuk meyakinkan. Yeji tersenyum, menepuk bahu Taeyong. "Percaya padaku."

Taeyong balas tersenyum, ia merentangkan tangannya lalu memeluk Yeji erat. "Aku menyayangimu." Ucap Taeyong. Yeji sudah seperti kakak kandungnya sendiri.

Yeji tersenyum, menepuk punggung Taeyong berkali. Ada perasaan nyaman ketika, Taeyong memeluknya seperti ini.

🌷

Taeyong pikir, tempat yang Yeji sebut sebagai rumah itu adalah tempat besar, mewah, dan luas. Bayangannya tidak jauh seperti mansion milik Jaehyun. Apa yang ada didepan nya membuat ia terdiam. Masih terlihat kaya, hanya saja ini lebih terlihat seperti rumah pada umumnya. Dengan taman kecil didepan dihalaman, tidak ada satpam penjaga, seperti rumah milik Jaehyun. Pagar rumah juga berdiri dengan ukuran yang Taeyong tebak hanya sebatas dada, tidak seperti rumah Jaehyun yang menjulang tinggi. Taeyong juga melihat satu mobil lagi terparkir rapi persis seperti milik Yeji hanya saja beda warna.

TAEYONGIE - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang