43.🤍 (Bonchap 2/2)

23.8K 1.5K 199
                                    

Jaehyun tidak pernah setakut ini sebelumnya. Duduk dengan gelisah, sikunya bertumpu pada kedua pahanya dengan jari yang saling genggam. Sudah satu jam berlalu, dan rasa panik itu belum juga hilang. Sedangkan didalam ruangan sana, Taeyong tengah berjuang melahirkan anak mereka.

Jaehyun tidak menyangka akan tiba waktunya secepat ini, rasanya baru kemarin Taeyong selalu merengek minta macam-macam karena bayi didalam perutnya, namun tadi pagi ia sudah dapati Taeyong yang memegang perutnya karena rasa sakit.

Disebelah Jaehyun, ada ibunya yang setia merengkuh bahunya, memberi kata penenang jika Taeyong dan bayinya akan baik-baik saja.

Chaeyeon juga duduk disamping ibunya dengan Chaejin dipangkuannya dan Yunho yang terlihat tenang pada kursi yang terdapat disisi lain, meski begitu pria paruh baya itu, diam-diam mendoakan keselamatan untuk menantu dan cucunya.

Hingga beberapa menit kemudian, suara pintu yang terbuka terdengar, membuat setiap kepala yang disana mendongak menatap Dokter yang baru saja keluar.

Jaehyun segera berdiri, dengan lutut yang terasa begitu lemas, berharap dengan cemas apa yang akan Dokter muda itu sampaikan.

Dokter itu tersenyum ramah, ia ulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Jaehyun yang disambut dengan gemetar. "Selamat Tuan, operasinya berjalan lancar. Bayinya juga lahir dalam keadaan sehat."

Senyum Jaehyun mengembang, rasa gelisah yang sedari tadi ia pikul hilang sudah. Tanpa mengucapkan apapun, Jaehyun segera masuk keruangan itu.

Matanya menatap berkaca-kaca pada tubuh Taeyong yang masih terbaring. Taeyong masih memejamkan matanya karena pengaruh obat bius. Jaehyun berjalan dengan lemah, menghampiri istrinya yang masih terlihat pucat. Ia bersimpuh disamping ranjang Taeyong, menggenggam tangan Taeyong dengan begitu erat, menangis dengan rasa haru. Taeyong, pasti sudah sangat berjuang selama ini. Menahan segala rasa sakit untuk anak mereka.

"Tuan, putra anda lahir dengan sehat," ucap salah satu suster dengan pelan.

Jaehyun menoleh, dan melihat seorang bayi digendongan suster itu. Jaehyun berdiri, mengambil alih bayi kecil itu dalam gendongannya walaupun dengan perasaan gugup setengah mati.

Dua suster yang sebelumnya bertugas untuk membersihkan bayi, akhirnya membungkuk dan pamit untuk keluar lebih dulu.

"Putraku," gumam Jaehyun lirih, sedikit ia naikan bayinya lalu memgecup sepelan mungkin kening putra kecilnya. "Jung Minhyung," nama yang sudah ia dan Taeyong siapkan sebelumnya.

Dan sejak saat itu, kebahagiaan terus mengelilingi rumah tangga meraka. Kehadiran Minhyung ditengah-tengah mereka menambah suasana menjadi lebih hangat dan menyenangkan.

Tiga tahun setelahnya, Minhyung mempunyai adik dan diberi nama Jung Jeno. Rumah jadi lebih ramai apalagi Jeno menjadi anak yang begitu manja. Setiap hari, pasti akan terdengar rengekan dari Jeno.

Oh, Chaeyeon juga terkadang datang untuk berkunjung. Tapi biasanya tidak bisa sampai berlama-lama, karena Jeno yang selalu bertengkar dengan Chaejin. Membuat gadis kecil itu tidak menyukai Jeno, dan lebih menyayangi Minhyung. Karena menurutnya, Minhyung lebih terlihat keren dari pada Jeno yang selalu menangis hanya karena mainannya direbut.

Tahun demi tahun sudah dilewati. Ada banyak keceriaan juga pertengkaran yang mereka hadapi. Tak jarang, Jaehyun dan Taeyong akan bertengkar karena terjadinya kesalahan. Biasanya, jika Taeyong yang salah maka Jaehyun akan bungkam seperti anak kecil yang merajuk, tanpa mau berbicara dengan Taeyong. Dan Taeyong hanya perlu memakai baju dinas-nya, menggoda suaminya dengan begitu mudah agar Jaehyun mau memaafkannya.

Dan jika Jaehyun yang salah, tidak ada yang bisa Jaehyun lakukan. Membujuk seperti apapun, tidak akan Taeyong perdulikan dan akan berimbas dirinya yang tidak dapat jatah bahkan sampai sebulan. Taeyong akan maafkan jika memang dia sudah memaafkan. Taeyong memang seperti itu sejak dulu.

TAEYONGIE - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang