32. 🌙

14.5K 1.7K 37
                                    

Semua sudah diurus. Taeyong sudah membuat keputusan. Keputusan yang seharusnya ia ambil sejak lama. Tapi, sejauh ini, tidak ada penyesalan dalam dirinya. Yeji tidak sepenuhnya salah, mungkin sikapnya yang terlalu perhatian membuat perasaan lain Yeji muncul begitu saja. Terkadang menyukai seseorang itu hanya membutuhkan alasan kecil, datang tanpa diduga.

Taeyong sudah mengemas barangnya, tidak banyak, hanya satu koper berukuran kecil yang ia isi beberapa pakaian. Tidak semua bisa Taeyong bawa.

Taeyong membuka laci nakasnya, mengambil beberapa dokumen yang sudah ia buat dengan hati-hati. Ia bisa pastikan, tidak ada lagi yang salah.

Taeyong bawa dokumen itu, bersamaan dengan tangannya yang menyeret koper, keluar dari apartemen. Taeyong memutuskan untuk menjual apartemennya karena ia tidak akan kembali lagi kesini. Mungkin keberuntungan sedang berpihak padanya. Baru saja ia katakan pada pengurus apartemen jika ia akan menjualnya, seseorang sudah menawarnya. Ini berjalan dengan baik, uang yang ia dapat, Taeyong gunakan untuk kepentingan pulang ke Korea. Barang yang ada diapartemen, tidak ia pindahkan karena ia ikut menjualnya pada sipembeli, seorang mahasiswa yang mencari tempat tinggal.

Taeyong menaiki taksi, tujuannya tidak langsung ke bandara, melainkan ke kantor lebih dulu. Taeyong harus menemui Yeji, ia akan jadi kurang ajar jika tidak berpamitan. Yeji berperan penting dalam hidupnya, perempuan itu mengubah garis nasib hidupnya. Jadi, Taeyong berharap, jika pria yang ayahnya jodohkan adalah laki-laki yang baik dengan tanggung jawab penuh. Yeji pantas mendapatkan laki-laki yang baik.

Setelah beberapa menit, Taeyong sampai di kantor, ia meminta sang sopir untuk menunggunya sebentar saja. Taeyong melangkah dengan tegas saat memasuki gedung kantor yang ia pimpin lebih dari setahun, banyak karyawan yang memberi salam dan membungkuk sopan padanya yang Taeyong balas dengan senyumnya dan balas membungkuk.

Taeyong adalah direktur yang ramah, meski begitu, ia sangat disegani. Semua karyawan selalu menggunakan bahasa formal dan penuh sopan saat berbicara dengannya.

Saat Taeyong hampir sampai didepan lift, ia melihat Yeji yang berjalan mendekat. Taeyong tersenyum, ia berjalan menghampiri Yeji.

"Aku membawa dokumen kerjasama dengan Tuan San. Aku sudah melakukan rapat dan menjelaskan bagaimana bisnis ini akan berjalan. Kau tinggal memberikan ini padanya," Taeyong menyerahkan dokumen itu, "Jika dia menandatangani nya, itu artinya dia setuju. Dan jika dia menolak, kau harus berusaha agar Tuan San mau menerimanya. Ini akan sangat menguntungkan jika kau berhasil. Aku yakin, ayahmu akan bangga padamu." Jelas Taeyong, sedangkan Yeji hanya mengangguk kecil.

"Aku akan berusaha," jawab Yeji pelan.

Melihat bagaimana Yeji menatapnya, membuat Taeyong menghela nafas, "Kau akan mengambil alih jabatanku setelah ini. Kantor ini milikmu, sudah seharusnya kau yang memimpin. Terimakasih sudah memberiku kepercayaan untuk mengurus sejauh ini."

Awalnya Yeji berpikir, ia bisa menahan tangisnya, tapi ternyata tidak. Apalagi ketika Taeyong menarik bahunya, merengkuhnya dalam pelukan yang membuat Yeji merasa begitu nyaman. Mengusap punggungnya dengan lembut dan kepalanya yang diusap dengan ringan, seoalah ia adalah benda rapuh yang akan hancur ketika dicengkeram terlalu kuat.

"Yeji Nuna," bisik Taeyong, "Terimakasih."

Ucapan yang selalu mampu membuat Yeji, merasa degupan jantungnya berdetak tidak sebagaimana mestinya.

Yeji membalas pelukannya semakin erat, "Aku mencintaimu Taeyong-ah." Dia bahkan tidak tahu, apakah Taeyong bisa mendengarnya atau tidak.

Taeyong melepaskan pelukannya, mengusap pipi Yeji dengan ibu jarinya dan tersenyum kecil, "Aku kembali ke Korea hari ini. Jaga dirimu baik-baik," Taeyong memundurkan langkahnya,"Sampai jumpa."

TAEYONGIE - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang