29. 🪐

14.2K 1.5K 23
                                    

Nyatanya waktu satu tahun berjalan dengan begitu berat. Bukan karena pekerjaan atau tanggungjawab yang sedang dilakukan melainkan menahan rasa rindu yang sulit untuk ditahan.

Hubungannya dengan Jaehyun baik-baik saja belakangan ini, komunikasi yang hanya bisa dilakukan melalui ponsel berjalan mudah. Mengucapkan selamat pagi setiap harinya, menyapa saat sudah jam makan siang, menanyakan kabar, berbagai cerita tentang hari yang sudah dilewati dengan mudah atau sulit.

Hubungan yang berjalan seperti harapannya. Tapi, tetap saja ada terbesit rasa yang begitu takut kehilangan sampai akhirnya menyesali keputusan untuk pergi. Atau berpikir resah, sebaiknya, seharusnya, tetap diam ditempat, tidak harus melangkah sejauh ini.

Hal itu diperkuat karena hampir seminggu ini keduanya tidak melakukan komunikasi seperti hari-hari sebelumnya, hanya mengucapkan selamat pagi, setelah itu tidak ada lagi.

Hanya karena tidak saling memberi kabar, Taeyong sudah merasa sangat jauh kehilangan, ia ditinggalkan karena terlalu bosan menunggu, apalagi hubungan yang tidak memiliki perkembangan.

Seharusnya, Taeyong hanya perlu menjaga hubungan ini dengan diam disamping pria itu. Datang tanpa berpikir ketika kekasihnya sedang membutuhkannya, membantu ketika pria itu kesulitan.

Ketika Taeyong tidak disapingnya, lalu siapa yang menjaga Jaehyun? Siapa yang mampu memberi perhatian secara dekat? Siapa yang mendengar keluh kesah yang Jaehyun bagi selain melalui sambungan telpon dengannya? Apa ada seseorang yang bisa memeluk kekasihnya dengan nyaman?

Apa sebaiknya ia kembali saja? Taeyong takut diduakan. Takut ditinggalkan. Takut tidak diharapkan lagi. Takut bagaimana bayangan ketika Jaehyun sudah menemukan tempat lain yang membuatnya nyaman.

Taeyong rasa hanya dirinyalah yang merasa takut. Jaehyun pasti baik-baik saja. Pria itu bisa mendapatkan apa yang ia mau dengan mudah.

Taeyong duduk bersandar pada kursi putar kebesarannya. Menatap layar ponselnya ragu, saat ini sudah jam makan siang, biasanya Jaehyun akan mengiriminya pesan atau mengirimkan pap menu makan siang pria itu.

Taeyong menghela nafas, dan mencoba menghubungi Jaehyun setelah sekian banyak berpikir. Baru beberapa detik sebelum panggilannya diangkat, pintu masuk ruangan sudah dibuka lebih dulu tanpa diketuk, membuatnya tersentak dan mematikan sambungan telponnya.

Taeyong mendengus kesal, "Bisakah kau mengetuk pintu dulu?"

Pria dengan tinggi badan menjulang itu hanya terkekeh tanpa rasa bersalah. Ia menarik kursi didepan meja Taeyong lalu duduk disana.

"Kau tidak pergi makan?" Tanya pria itu.

"Nanti."

"Kau terlihat tidak bersemangat, ada apa hm?" Tanyanya lembut, kemudian menopang kepalanya dengan sebelah tangan.

Taeyong menghela nafas, "Jika kau punya kekasih, tapi kalian saling jauh dan tidak bisa bertemu, apa yang akan kau lakukan?"

Pria itu mengendikan bahunya, "Mencari kekasih lagi, karena aku bukan tipe orang yang suka hubungan jarak jauh, itu membosankan."

Mendengar jawaban itu, membuat tangan Taeyong mendarat mulus pada kepala pria didepannya.

"Yak! Kenapa kau memukulku?" Ucapnya tak terima.

"Kau tidak membantu sama sekali."

"Memangnya apa yang salah? Aku hanya menjawab pertanyaanmu," gerutunya. "Aku tidak tahu apa masalahmu, tapi sepertinya kau jadi begini karena lapar. Mau makan bersamaku?"

Makan bersama ya? Ide bagus. Ia juga memang merasa sangat lapar. Kim Rowoon. Pria tinggi didepannya adalah sekretarisnya. Keduanya juga sering pergi makan bersama, tapi tidak setiap hari. Kata Yangyang kepala divisi personalia, yang memang cukup akrab dengannya, mengatakan jika Rowoon menyukainya, dia bisa melihat dari cara Rowoon menatap padanya. Tapi, menurut Taeyong, tidak ada yang beda dari tatapan Rowoon, seperti sama saja. Entahlah, Taeyong juga tidak ambil pusing.

Taeyong mengangguk setuju, atas ajakan yang Rowoon tawarkan, membuat Rowoon tersenyum senang.

"Aku punya kupon diskon makan ramen dikedai dekat kantor," ucap Rowoon antusias, yang menurut Taeyong itu cukup berlebihan.

"Hanya untuk makan Ramen, kau perlu kupon itu?" Tanya Taeyong tak habis pikir, ia sibuk membereskan banyak map yang sudah ia kerjakan.

"Hei, memangnya kenapa? Semua orang pasti menyukai diskon."

Taeyong mendengus pelan, membuat Rowoon semakin mencondongkan badannya agar menatap Taeyong lebih dekat.

"Kau terlihat tidak baik hari ini," ucap Rowoon pelan, namun matanya menatap Taeyong serius.

Taeyong mendongak, pandangannya mendapati wajah Rowoon yang sudah kelewat dekat dengannya. Taeyong jadi gugup sendiri.

Taeyong berdehem pelan, "Aku baik-baik saja."

"Kau yakin? Berbicaralah padaku jika kau membutuhkan sesuatu." Rowoon berbicara tanpa mengurangi jarak pada wajah keduanya.

Taeyong yang masih ditatap seperti itu, segera berdiri dari duduknya, tidak ingin terlarut terlalu lama dalam situasi seperti ini.

"Ayo pergi. Kita tidak akan dapat tempat duduk jika kedai sudah penuh," ucap Taeyong cepat, lalu berlalu lebih dulu, membiarkan Rowoon mengekor di belakangnya.

Baru saja keluar dari ruangannya, kebetulan sekalian Yeji datang dan menghampiri keduanya.

"Kalian mau kemana?" Tanya Yeji.

"Makan Ramen," jawab Rowoon malas. Perempuan ini selalu datang ketika ia sedang berdua dengan Taeyong. Padahal, rencananya, ia hanya ingin berdua dengan Taeyong.

"Benarkah? Kalau begitu aku ikut!"

"Tidak bisa!" Sahut Rowoon cepat.

"Kenapa tidak bisa?" Taeyong mengerutkan keningnya.

Rowoon berdehem, "Aku cuma punya dua kupon diskon. Untukku dan untukmu," setidaknya ia sudah berusaha cari alasan.

Taeyong terkekeh geli, menatap Rowoon yang lebih tinggi darinya. "Kau lupa siapa pemilik kantor ini? Yeji bisa bayar sendiri, bahkan membeli kedainya sekalian." Taeyong menggelengkan kepalanya, sejak tadi Rowoon hanya membahas kupon diskon.

Bunyi notifikasi spam dari ponsel Taeyong, membuat pembicaraan mereka terhenti. Taeyong mengecek ponselnya, ia tersenyum saat melihat pesan masuk dari Jaehyun.

From ; Jaehyunie.

Maaf, aku tidak sempat menjawa
telponmu, aku sedang rapat tadi.

Kau sudah makan siang?

Aku baru saja akan pergi makan.

Benarkah?

Makanlah dengan banyak.

Beri tahu aku jika kau sudah kenyang, kkkk.

Okayy, Jaehyunie <333

Kau juga, jangan lupa makan!

Tentu, little baby❤️

Perasaan Taeyong kembali menghangat saat mendapat pesan dari Jaehyun. Cukup seperti ini, maka hatinya sudah tenang, walaupun ia belum tahu pasti apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah selesai, Taeyong kembali memasukan ponselnya pada saku celana.

"Ayo," seru Taeyong pada Yeji.

"Uhm!" Yeji mengangguk senang, lalu menggenggam tangan Taeyong untuk ia seret pergi lebih dulu.

Yeji menoleh kebelakang, menatap Rowoon kemudian menjulurkan lidahnya mengejek.

"Dasar pengganggu," dengus Rowoon.

To be continue...




udah cek vid yang diatas belum? anggep aja povnya ldr an, wkwk, ga ada hubungan sama story ini sih, tapi kalo mau liat silahkan tonton 💝

maaf kalo jeleeekk😣😣

TAEYONGIE - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang