1.7 pawang?

19 3 0
                                    

• ───── ⋆start⋆ ───── •

Baiklah, sekarang hari Senin, hari yang cukup dibenci oleh para siswa.

Clara melangkahkan kakinya menuju kelas, tak sadar akan sebuah motor melaju dari arah belakang.

Dirinya menepi dan untung saja selamat, Clara menghela nafas sesaat sebelum tersadar ada sebuah tangan yang menggenggamnya.

menoleh untuk memastikan, ternyata itu...

"Lain kali hati-hati, ga kedengaran apa ada motor."

Renjan, lelaki termeyebalkan sejagat sekolahnya.

Clara menepis kasar tangan Renjan, bukan muhrim.

Karena masih tahu diri, ia mengucapkan terimakasih dengan ketus dan pergi meninggalkan Renjan yang hanya cengo di tempatnya.

Renjan se-enak jidat saja memegang tangannya.

Clara pun merutuki diri karena hampir jatuh hati akan lalaki kurus itu.

"Sialan," desis Clara pelan.

"Woy!" teriak Renjan.

Clara masih dengan sikap menulinya.

Pada akhirnya lelaki itu menyentuh bahu Clara, mengisyaratkan ia untuk berhenti sejenak.

Clara berdecak, "Apa?" tanya Clara dengan malas.

"Lo udah ditolongin kok gitu, apa ga ada yang lain?"

Clara mengerutkan keningnya, "maksud? kan gue udah berterima kasih juga."

"Gue disini, bukan disana markonah."

"Ck, udah ah Lo gajelas, malu gue diliatin orang-orang," Clara berjalan cepat meninggalkan Renjan sendirian.

Orang orang tadi sempat memperhatikan mereka karena berbicara di depan gerbang orang-orang datang, sial memang.

Clara menjadi malas apa-apa sekarang, ia sudah terlalu lemas, padahal tak melakukan hal berat lainnya.

"Clar, dicariin orang tuh," panggil Risa, temannya yang baru saja datang.

"Cewek, cowok?" tanya Clara memastikan.

"Cowok," jawab Risa seadanya.

Clara pun dengan berat hati berjalan kearah luar dengan kerudung yang sudah ia rapihkan. Clara tau siapa orang yang akan menemuinya kali ini.

Didaun pintu, Clara berhenti sejenak, memperhatikan siapa yang akan menemuinya.

Karena sudah terlanjur malas untuk bertemu, akhirnya Clara memutuskan untuk pergi ke kantin.

Baru saja berjalan melewati tong sampah, ia sudah dipanggil dengan suara bariton yang khas tapi menyebalkan secara bersamaan.

Clara meringis, bulu kuduknya serasa berdiri. Dengan berat hati, ia berbalik lagi untuk melihat orang yang memanggilnya.

"Ngapain disana? Sini," panggil orang itu sambil menepuk nepuk tempat kosong disampingnya.

"Sebagai hutang budi Lo ke gue, Lo harus temenin gue ke kantin," perintah Renjan yang malah terdengar konyol di telinga Clara.

Clara tertawa sinis, "Ngaco, hutang budi? lo bisa sendiri, kan, ke kantin?"

"Pokoknya lo harus mau," perintah Renjan mutlak.

Karena sudah lelah, Clara memilih untuk diam saja.

Singkat cerita, bel istirahat berbunyi, Clara memutuskan untuk berdiam diri di kelas dan melupakan janjinya kepada Renjan.

Diluar dugaan, Renjan datang menghampiri Clara yang sedang mendengus lelah.

"Kenapa? Lo sakit?" tanya Renjan tatkala mendapati Clara yang terlihat lesu.

Clara menggeleng, lalu membenarkan posisi setengah tidurannya pada meja mengarah ke Renjan.

"ga, gue gapapa," Clara menoleh dengan mata yang masih terpejam.

"Apa? Lo mau nagih gue buat nemenin lo ke kantin?" Tatapan mereka tak sengaja bertemu bahkan nafas Renjan terasa menerpa wajahnya.

Ia bergegas menjauh begitu pun dengan lelaki itu.

"Ngapain Lo anj--" kata-kata kasar yang akan keluar dari mulut Clara tak jadi setelah telunjuk Renjan tiba-tiba berada di depan bibirnya.

"Shut, cewe cantik ga boleh ngomong kasar."

Clara terpaku, entah apa yang ia rasakan kali ini, campur aduk yang pasti.

Badan Clara masih mematung ditempat, tapi dengan entengnya Renjan menarik Clara keluar kelas karena perutnya sudah berisik minta diisi.

Diperjalanan, mereka malah menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang, sampai-sampai Clara harus menunduk dan sesekali memukul lengan Renjan yang terlalu menariknya kuat.

Renjan dengan acuh terus menarik Clara untuk mengikutinya membeli beberapa makanan, untungnya tarikan tadi sedikit melembut.

Pada akhirnya, Clara disuruh duduk dikursi-kursi depan beberapa stand makanan.

Lama menunggu, akhirnya Renjan kembali dengan membawa beberapa makanan dan satu botol air lalu keluar dari kantin diikuti oleh Clara.

"Lama amat, ngapain?"

"Abis ngejual organ gue," canda Renjan diselingi seringaian khas nya.

Clara sebenernya tak ada niatan juga untuk jajan, rasa malas terlalu menguasainya saat ini, yang ada malah Clara yang menunggu Renjan jajan.

Melihat Clara yang malah diam, membuat Renjan tergerak hati untuk memberikan Clara sedikit makanannya.

Renjan mengisyaratkan Clara untuk membuka mulutnya, maksudnya anak ini apa?

"buka mulutnya," perintah Renjan.

"for what?" tanya Clara heran.

"nih makan, gue ga mau anak orang  sakit."

Clara terdiam beberapa saat, "what? kenapa lo kasih-in ke gue?"

"Berbagi, mumpung gue masih  berperikehewanan," jawab Renjan enteng.

"sialan lo," sewot Clara pelan, baru bertemu saja sudah seperti ini, bagaimana kedepannya?

Baru beberapa menit menikmati kebersamaan, seseorang tiba-tiba menarik tangan Clara untuk ikut bersamanya.

Renjan lantas menahan pergerakan Clara.

"Weh weh wehh... Apa-apan ngambil orang seenaknya?" Renja lalu berdiri dari duduknya, cukup kesal karena diganggu ketenangannya.

Pelaku penyeretan Clara itu menyen bcgir, lupa memberi izin kepada 'pawang' nya.

"I-ini gue pinjem dia dulu, ada urusan mendadak, gapapa, kan? Plis lah ini mendadak banget," pinta seorang gadis--selaku pelaku penyeretan Clara tadi.

Clara mendelik, enak saja ia dipinjam-pinjam, dipikir ia barang? and apa perlu meminta izin dulu kepada Renjan?

Renjan mendengus, "yaudah, sana-sana."

Setelahnya Clara melanjutkan acara seret diseretnya tersebut, tapi pikirannya dipenuhi dengan muka masam Renjan, apa ada yang salah?

• ───── ⋆tbc⋆ ───── •

Malaavvvy as Risa

See you.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

question { Renjun NCT } (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang