bgm : Langit dan Laut - Banda Neira (Cold saranin mulmednya selalu dinyalain <3)
***
Kamar Sakta yang terlihat dan terdengar sangat ramai karena kedatangan teman-temannya yang berniat menjenguk malam itu. The Jaguar sekarang berkumpul dikamarnya, ada Reza dan Dika yang sedang bermain game duduk di sofa kamar Sakta dan Jayan yang disibukan dengan komputer Sakta memainkan beberapa game online sedari tadi. Dan Sakta yang masih terbaring dikasurnya namun tidak terlihat sakit namun terlihat memikirkan sesuatu.
Entah sudah beberapa hari ini Sakta terlihat termurung dikamarnya, ia merasakan sakit mungkin namun ia juga bisa tidak merasakan sakit, tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirannya sekarang.
Sakta turun dari kasurnya berjalan kearah komputernya yang sedang dimainkan saudaranya, "Minggir lo." Sedangkan Jayan hanya diam dan terus memainkan gamenya tanpa memalingkan mukanya kepada saudaranya itu.
Sakta yang sudah terlihat naik darah itu menarik paksa kursi gameing yang diduduki saudaranya itu dengan keras membuat Jayan yang sedang duduk itu langsung melihat kearah Sakta dengan tatapan tak kalah marah. "Bisa sabar ga lo? Ga liat gue lagi main?". Jayan yang sebelumnya tidak ingin mengeluarkan suara sekarang mengeluarkan suara karena Sakta.
Mungkin bisa dibilang sebenarnya Jayan malas jika harus kumpul dengan mereka, apalagi harus adu suara dengan Sakta hanya untuk masalah sepele. Bisa saja Jayan tidak ikut kumpul disana namun Reza yang mengajaknya secara paksa, yang dirasakan Jayan disituasi ini hanya ingin pergi dari tempat ini sekarang juga. Ia tidak betah berlama-lama.
"Ini kamar gue, gue berhak lakuin apa aja." Ucapan Sakta membuat Jayan mendorong Sakta dan pergi untuk duduk dikasur Sakta. Jayan memilih mengalah karena ia malas harus adu argumen dengan saudaranya yang tidak mau mengalah itu.
Sakta yang berhasil mendapatkan apa yang dia mau akhirnya tersenyum.
Keras kepala dan sikap mau seenaknya masih melekat indah dalam tubuh Sakta, tidak ada yang membuatnya bisa berubah dari kebiasaan itu.
Reza dan Dika hanya melihat keduanya tanpa mengeluarkan sepatah apapun dan memilih untuk tidak ikut campur, karena jika membantu hanya akan membuat semuanya semakin rumit. Karena yang ia bantu adalah manusia batu. Manusia yang hatinya terbuat dari batu. Mereka sudah paham tentang itu dan memilih untuk diam walau sebenarnya mereka mampu untuk membantu tapi percuma.
Reza menutup aplikasi game di handphonenya dan menyimpan benda itu dimeja kecil kamar temannya, "Udah lima hari lo ga berangkat sekolah, mau sampe kapan?". Sakta yang mendengar pertanyaan itu langsung melihat kearah suara, "Besok gue berangkat, gue mau main-main lagi sama tuh cewe kampung."
Jawaban Sakta membuat Jayan menatap tidak suka pada Sakta, dan Dika tahu itu.Dika tahu maksud tatapan itu.
"Mau lo apain lagi Harsha?". Tanya Jayan, Sakta yang mendengar suara Jayan bertanya langsung memutar kursinya kearah Jayan. Membuat Jayan dan Sakta sekarang saling bertatapan dengan jarak yang agak jauh.
Sakta tersenyum, senyum yang penuh arti. "Tumben lo tanya? Seorang Jayan yang bodoamatan jadi care gara-gara tuh cewe". Belum menjawab pertanyaan Jayan namun sudah terdahulu Dika yang bertanya pada Jayan membuat Jayan menatap tidak suka kearah Dika.
Dika yang melihat tatapan Jayan mengangkat kedua bahunya, "Gue cuma tanya."
Jayan tidak ambil pusing dengan pertanyaan Dika dan memilih tidak menjawab yang ia mau hanya jawaban dari Sakta, "Jawab pertanyaan gue." Sakta melihat amarah dari mata Jayan, namun itu bikin dia makin lancar buat bikin Jayan makin marah, Sakta suka itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Bumi
Fanfiction[Bahasa] Beberapa orang dilahirkan dalam keadaan keluarga yang jauh dari kesempurnaan. Menemui berbagai masalah yang akan menjadikan suatu perjalanan hidup. "Ga usah sok kaya didepan gue, jijik gue liatnya." Harsha Diwangkara perempuan yang hidup...