bgm : Pertemuan Singkat - Vierra (Cold saranin mulmednya selalu dinyalain <3)
***
Harsha pulang membawa buku itu dengan rasa yang bercampur aduk membuatnya ingin berteriak bila perlu menjambak muka kakak kelasnya yang satu itu.
Harsha sampai dirumahnya dengan keadaan rumah sepi karena Bapak dan bang Satya yang pergi bekerja sejak pagi sampai sekarangpun belum pulang.
Rasa lapar melanda, Harsha berjalan kearah meja makan dan ternyata tidak ada sisa makanan sama sekali. "Gue males banget keluar buat cari makan." Harsha duduk dikursi meja makan disana, merenungi meja makan yang kosong itu.
Jika keadaan Harsha sedang tidak baik seperti ini membuatnya membayangkan jika saja Ibu masih ada sekarang pasti masakan di meja makan akan tersedia. Rumah yang terasa ramai namun sekarang sepi karena ia sendiri sekarang.
"Masakan Ibu pasti enak." Kalimat itu terucap begitu saja, muka sang Ibu saja Harsha tahu hanya dari foto yang diberikan Bapak bagaimana bisa Harsha tahu jika masakan Ibunya enak. Apakah ini yang dikatakan firasat seorang anak yang rindu akan kasih sayang dari seorang Ibu?
Ia menutup tutup saji meja makan itu lalu berjalan kearah kamarnya dan merebahkan tubuhnya disana sembari memegang perutnya yang kelaparan. Rasa lapar bercanpur kesal dan rindu itu menjadi sangat menyiksa saat tidak bisa disampaikan.
Tak terasa matanya tertutup dan ia pergi kealam mimpi. Membayangkan jika hidupnya tak semenyedihkan sekarang dengan skenario yang ia buat, membuatnya melayang hingga alam mimpi. Hanya alam mimpi yang bisa mewujudkan apa yang Harsha inginkan secara instan.
Menahan lapar sampai tertidur adalah hal yang biasa Harsha lakukan berharap Bapak dan bang Satya segera pulang membawa makanan.
***
Disatu sisi lain ketiga teman Harsha sedang sibuk di kediaman Saka.
"Ini beneran lo mau buka warung Sak?". Tanya Elang. Ketiganya sekarang ada dirumah Saka, dengan berbagai macam alat bangunan ada disana.
Keadaan rumah Saka sekarang sedang sedikit direnofasi bagian depannya, diubah menjadi warung kecil-kecilan yang akan menjadi sumber mencari uang ia dan Neneknya.
"Iya elah, banyak tanya lo." Jawab Saka yang sembari mengcat bagian depan rumahnya itu dengan warna putih dan dipadu dengan warna coklat membuat rumahnya menjadi seperti baru lagi, warna yang dipilihnya adalah warna kesukaan Ibu Saka.
Dan Rama yang sibuk membersihkan lemari kaca dan meja yang berdebu, Saka membeli lemari kaca dan barang-barang jualannya dengan uang yang diberikan orang tuanya, orang tuanya yang bekerja diluar negeri selalu mengirimkan uang bulanan untuk Saka dan Neneknya dirumah terutama untuk sekolah Saka.
Saka menabungnya sedari ia masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama dan sekarang uang itu lumayan untuk membuka warung sembako kecil-kecilan di depan rumahnya, disatu sisi untuk mecari rejeki dan untuk menemani Nenek agar tidak melamun dirumah.
Saka kasihan melihat Neneknya yang tidak memiliki kesibukan hanya melamun dan terkadang pergi keluar rumah untuk mencari teman mengobrol, Saka khawatir jika Nenek harus keluar rumah dan jauh selagi ia tidak ada dirumah sehingga ia membicarakan rencananya untuk membuka toko sembako kecil-kecilan dan Neneknya setuju.
Saka bersyukur jika Neneknya mau namun ia juga tidak mau jika Neneknya terlalu lelah, tetapi Nenek Saka tidak merasa terepoti sama sekali. Sang Nenek mendukung ide Saka, semoga saja dengan ia membuka warung ini banyak orang yang membeli atau sekedar mengajak Nenek berbicara saat dirinya sekolah atau tidak ada dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Bumi
Fanfiction[Bahasa] Beberapa orang dilahirkan dalam keadaan keluarga yang jauh dari kesempurnaan. Menemui berbagai masalah yang akan menjadikan suatu perjalanan hidup. "Ga usah sok kaya didepan gue, jijik gue liatnya." Harsha Diwangkara perempuan yang hidup...