5. | Otot dibalas otot

48 9 1
                                    

bgm : Terbang - Kotak (Cold saranin mulmednya selalu dinyalain <3)

***

Setelah 20 menit, Harsha datang dengan jaket Sakta masih ia bawa ke arah gudang belakang sekolah.

Gudang belakang sekolah yang terlihat sangat tidak terawat dan jauh dari keramaian sekolah bikin siapapun akan mikir dua kali untuk kesini, apalagi hanya untuk alasan ga jelas kaya gini.

"Kenapa harus ketempat kaya begini dah, padahal ribut sambil makan mie ayam Bang Udin lebih enak." Harsha yang mulai memasuki gudang itu dengan hati-hati karena ga ada yang tau apa yang bakal terjadi nanti.

Semoga hal baik selalu berpihak baik pada Harsha. Tetap stay cool walau sebenernya ketar ketir didalem hatinya.

Bukan hal baru yang Harsha rasa kali ini, hanya ini yang paling tidak masuk akal. Hanya masalah sepele menjadikan ia harus berurusan dengan kaka kelas yang paling ga jelas ini.

"Gede juga nyali lo." Sakta datang dengan tampang yang tampan namun tidak berlaku untuk Harsha, yang ada diotaknya sekarang adalah gimana caranya ia menyelesaikan ini semua tanpa adanya perkelahian atau hal yang tidak di inginkan.

Jujur sekarang gue bingung harus gimana, tapi lo harus stay cool Sha. Jangan keliatan takut sama ini cowo. Itu yang Harsha rasa sekarang.

"Gue mau balik, ini jaket lo kak. Makasih." Gue masih bisa stay cool buat sekarang dan masih bisa manggil dia pake sebutan 'kak'. Ga tahu kalo nanti dia makin ga jelas.

"Gue ga butuh itu jaket, gue masih bisa beli bahkan lebih bagus daripada itu." Jaket yang udah di cuci bersih dengan rasa tanggung jawab, padahal tidak semua orang punya rasa tanggung jawab yang tinggi, tapi ini rasanya rasa tanggung jawab Harsha ga ada harga dirinya buat Sakta.  Jaket itu dibuang begitu saja didepan mata Harsha. Siapa yang ga naik darah liatnya.

Iya terus gunanya gue cuci itu jaket buat apa, peruma ini cwo ganteng sudah kaya lagi tapi bego

"Bukan urusan gue kalo gitu." Harsha mulai jalan keluar gudang tersebut, buat apa juga ga ada rasa berterima kasih daritadi cuma bisa ngehina.

Rasanya kali ini marah, marah banget. Kalo boleh pukul Sakta sekarang udah Harsha lakuin sekarang juga.

Sedari tadi ia menahan amarah yang ada hanya karena dia masih ada rasa menghormati kaka kelasnya yang amat sangat kurang ajar itu.

"Siapa suruh lo balik, sini." Sakta yang tiba-tiba narik tangan secara paksa itu.

Bugh

Satu pukulan tepat mengenai muka Sakta sekarang. Siapa yang ga panik saat tangannya dipegang dan ditarik paksa oleh laki-laki yang jelas-jelas gue ga kenal dengan pasti.

"Sialan." Sakta yang terlihat kesakitan terduduk dengan muka yang terlihat ungu di pipi bagian atas.

Harsha mulai mendekati Sakta yang terlihat masih kesakitan.

"Jujur kak, gue masih baik sama lo sekarang tapi, kalo lo gini terus kayanya gue ga bisa baik lagi sama lo."

Satya masih memegang pipinya yang terlihat memar itu sambil terlihat marah, lebih ke marah dan malu. Ia 

"BANGSAT." Teriak Satya yang bikin gue ambil kuda-kuda lagi.

Kali ini Kak Dika dateng tampilan yang tengil seperti biasanya.

"Kuat juga lo Cil, Sakta aja bisa lo bikin K.O begitu."

Harsha mulai bersiap dengan kuda-kudanya. Kalo aja ini kaka kelas satu bakal ngelakuin hal yang sama kaya Sakta tadi.

Langit dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang