4. | Tak Punya Hati

72 10 3
                                        

bgm : Walau Habis Terang - Peterpan (Cold saranin mulmednya selalu dinyalain <3)

***

"Jaket sapa yang lo jemur dijemuran?." Siang terik hari ini, Bang Satya yang sibuk dengan kerjaannya di depan rumah dengan alasan cari sinyal.

Bapa yang pergi ke rumah tetangga yang minta dibantuin bikin pager buat rumahnya, dan Harsha yang terlihat baru pulang dari sekolah, dengan muka yang bisa dibilang kusut. Mungkin karena jadwal sekolah yang padat.

"Jaket kaka kelas." Jawab Harsha yang dilanjut jalan ke kamarnya.

"Nyolong punya kaka kelas maksud lo?." Bang Satya membuka pintu kamar Harsha dan menanyakan hal yang belum semapat beres tadinya.

Jujur Harsha hanya ingin istirahat dengan tenang setalah kegiatan disekolah tadi yang banyak menguras tenaganya.

"Kaga bang, waktu itu gue kaga sengaja nabrak dia terus jaketnya kotor makannya gua tanggung jawab cuci itu jaket." Bohong Harsha.

Harsha bisa aja jujur kepada abangnya itu tentang jaket itu, tapi yang ada ia di bully habis-habisan karena telat kesekolah.

"Makannye jangan jawab setengah-setengah." Bang Satya pergi meninggalkan tanpa menutup pintu kamar Harsha.

"TUTUP LAGI ELAH PINTUNYA." Teriak Harsha. Tampang yang sangat amat kesal bercampur lelah yang ada dimuka Harsha sekarang.

Bukan Bang Satya namanya kalo tidak tutup pintu setelah membukanya. Seperti kebanyakan abang yang ada diluar sana, mengganggu adiknya memang seperti suatu kebiasaan yang tidak terlupakan.

Keesokan harinya Harsha berangkat sekolah dengan diantar Bang Satya seperti biasanya, kali ini tidak terlambat seperti kemarin. Cukup sekali saja merasakan kesialan karena kesiangan.

Udah kesiangan kesekolah ditambah kesialan yang bikin Harsha harus berurusan dengan kakak kelasnya tersebut.

"Bang uang jajan." Harsha yang meminta uang jajan ke Bang Satya dengan membuka tangan lebar didepan bang Satya berharap mendapatkan uang jajan itu.

"Abang belum gajian, pakai duit lo dulu dah." Iya ekonomi keluarga, Harhsa jarang minta uang jajan ke Bapa karena sama saja bapa juga jarang pegang duit. Sekalinya ada pun untuk kebutuhan rumah.

"Iye dah." Harsha mulai jalan masuk ke sekolah.

"Lo mau sekolah pake helm apa gimana?." Langkah Harsha berhenti seketika, helm merah tanpa menutup muka itu masih berada diatas kepalanya yang bikin Bang Satya teriak agar Harsha sadar. Sebelum sampai kelas dan membuat malunya semakin besar.

"Lupa gue bang hehe, untung aja belum sampe kelas bisa malu gue." Harsha yang memberikan helm tersebut ke Bang Satya.

"Ga papa juga Sha, kali saja lo mau tampil beda pakai helm dikelas."

"Tampil beda bibir bibir lo bang, dah sana."

Bang Satya pergi dengan motor kesayangannya, dan Harsha mulai jalan memasuki sekolahnya.

Tin tin! Brem!

"Buset kaya jalan nenek moyangnya banget, udah tahu jalan sekolah rame anak sekolahan pada berangkat masih aja lewat sesuka jidatnya." Kalo bukan kaka kelas gue, bisa gue gedik palanya.

Geng anak Jaguar lewat dengan motor sport dengan knalpot yang bisa dibilang sangat menusuk telinga buat siapa saja yang mendengarnya.

Anak Jaguar yang berisikan anak-anak yang bisa dibilang terkenal dengan tampang yang tampan dan juga dompet yang tebal, itu yang sering dibicarakan anak-anak disekolah.

Langit dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang