Bagian 10

75.2K 7.9K 218
                                    

Hai guys

Welkombek

Jangan lupa untuk selalu vote cerita ini

Biar penulisnya semakin semangat update

***

Usai seminggu dirumah sakit, akhirnya Maisha sudah diperbolehkan pulang. Dia tampak berfikir.

"Aku gak mau pulang ke rumah." Cicitnya

"Kamu mau pulang kemana lagi, Maisha? Kalau di apart kamu gak ada yang urusin. Mending dirumah ada yang bantuin kamu buat ini itu." Ucap mamanya.

Maisha tidak mau pulang kerumahnya. Dia tidak mau bertemu Regina dan mamanya setiap hari.

Lebih baik dia pulang ke apartemennya. Toh dia sudah mulai bisa menggunakan kruk untuk berjalan. Lebih baik dia mengurus dirinya sendiri dibandingkan harus pulang kerumahnya.

Sang papa berusaha membujuknya agar mau pulang kerumah saja. Karena dia khawatir Maisha kenapa-kenapa jika tinggal di apartemennya sendiri.

"Papa pastiin, mama gak bakal apa-apain kamu selama dirumah." Ucapnya lembut.

Akhirnya Maisha luluh juga untuk pulang kerumahnya.

"Sini, pa. Biar aku aja yang dorong." Ucap Zafran sambil mengambil alih. Dia mendorong kursi roda itu pelan hingga ke parkiran mobil.

Dia membantu Maisha masuk kedalam mobil. Memastikan posisi kakinya aman. Lalu dia duduk disebelahnya.

Pada saat dijalan papanya bertanya, "Ada yang mau dibeli dulu, sha?"

"Gak ada pa." Jawabnya lalu mulai memejamkan matanya.

Zafran menoleh kearah kakaknya yang tertidur di sebelahnya ketika mereka sudah sampai.

Dia memutuskan untuk menggendong kakaknya kedalam. Maisha sendiri memang tergolong kecil jika dibandingkan Regina dan Zafran. Tingginya hanya seratus enam puluh dua. Sedangkan Regina dan Zafran memiliki tinggi diatas rata-rata.

Zafran meletakkan Maisha dengan hati-hati di tempat tidurnya. Meletakkan bantal disalah satu kaki Maisha. Tak lupa dia mencium dahi Maisha sebelum keluar kamar.

Cepet sembuh kak, batinnya.

***

Malamnya mereka sedang menikmati makan malam. Maisha hanya menjadi pendengar obrolan keluarganya.

"Sha, kok cuminya gak dimakan?" Tanya Sang mama ketika melihat Maisha menyingkirkan makanannya itu.

"Aku alergi cumi,ma." Jawabnya. Sang mama mencelos. Dia baru tahu anaknya punya alergi. Pantas saja sang anak sering menyingkirkan makanannya.

"Mau mama masakin makanan lain? Mama gorengan dada ayam ya?"

"Gak usah, ma. Nasi sama capcay ini juga udah kenyang kok." Jawab Maisha santai.

Maisha menghabiskan makanannya. Lalu setelah selesai dia langsung beranjak kembali ke kamarnya. Dia berjalan menggunakan kruk nya.

Papanya hanya menenangkan mamanya. Sedangkan Zafran hanya menatap sang kakak yang berjalan tertatih.

"Mama masak cumi kesukaan Zafran."

"Wahhh.... Pasti enak." Seru Zafran.

Pada saat itu Zafran baru berusia empat tahun. Anak bungsu itu memang sangat menyukai makanan dari olahan hewan laut itu.

Maisha memakan makanan itu sedikit demi sedikit. Karena dia sendiri memang tidak begitu menggemari makanan itu.

Malamnya badannya gatal-gatal. Dia berlari ke kamar orang tuanya.

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang