Bagian 2

96.4K 11.2K 585
                                    

Hai guys

Welkombek

Jangan lupa vote dan komen

Enjoy

***

Maisha mengeratkan tangannya pada amplop coklat yang ada ditangannya.

Minggu lalu dia mendapatkan info lowongan kerja dari salah satu dosennya.
Setelah dia mengirim berkasnya, kemarin lusa dia menerima kabar kalau hari ini dia diundang untuk sesi wawancara.

Ternyata yang datang wawancara hari ini bukan dia saja, melainkan ada tiga orang lagi. Dia merasa sedikit minder ketika melihat yang lain.

Sepertinya mereka semua benar-benar penuh persiapan dilihat dari pakaian serta riasan wajah mereka. Sedangkan Maisha hanya seadanya saja.

Maisha tuh cukup cantik, hanya memang kurang merawat diri saja. Mungkin setelah ini dia akan mulai belajar merawat diri.

Pintu ruangan terbuka, lalu terdengar suara panggilan untuk Maisha. Begitu ia masuk seorang perempuan menyuruhnya duduk di salah satu meja.

Dia terkejut ketika melihat orang yang akan mewawancarainya. Bisa mundur aja gak ya, batinnya.

Disana, Darius tengah membaca berkas pelamar sebelumnya. Lalu matanya beralih pada Maisha yang tengah berdiam diri.

Maisha memantapkan dirinya sebentar lalu melangkah kedepan. Darius menyunggingkan senyum tipis. Ia menerima berkas lamaran yang diberikan Maisha.

Mereka melakukan sesi tanya jawab, sekitar 15 menit. Maisha cukup terampil menjawab pertanyaan dari Darius.

"Baik, Maisha. Jika sudah tidak ada yang ditanyakan lagi. Untuk info selanjutnya kamu bisa tunggu satu sampai dua minggu lagi, ya."

"Baik, Pak. Terima kasih." Ucapnya

Maisha berniat beranjak dari ruangan itu. Tetapi Darius segera meraih pergelangan tangannya. Tetapi Maisha segera melepas tangan Darius.

"Sha.."

"Bisa tunggu aku didepan. Setelah ini ada yang mau aku omongin ke kamu."

"Soal pekerjaan?"

Darius menggeleng. Dia merasa perlu membicarakan kejadian beberapa waktu lalu.

"Maaf, Pak. Saya kesini untuk keperluan melamar pekerjaan. Bukan untuk membahas hal pribadi."

Setelahnya Maisha segera keluar dari ruangan itu. Ia mempercepat langkahnya. Sepertinya dia harus berdoa semoga ia tidak lolos. Dia tidak mau berinteraksi atau bertemu Darius hampir setiap hari.

Bisa makin susah move on, batinnya.

***

Selepas dari wawancara tadi, Maisha tidak langsung pulang. Dia memilih untuk berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan sebentar. Kalau bahasa gaul sekarang tuh, healing.

Dia memasuki toko buku, aroma khas menyambutnya. Dia membeli beberapa buku. Ah, dia jadi ingat satu momen.

Kala itu Maisha bersama Regina ikut papanya ke toko buku. Waktu itu Regina merengek ingin membeli komik terbaru.

"Aku boleh ikut juga gak, pa?"

"Aku, janji gak minta beli apa-apa. Aku cuma mau lihat toko buku aja."

Pada saat itu Maisha masih berusia delapan tahun. Melihat papanya akan pergi dengan Regina, dia langsung meminta ikut juga.

"Yaudah, Icha boleh ikut."

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang