Bagian 37

56.7K 6K 106
                                    

Happy Reading

Let's Get It

***

Sejak kejadian ucapan Kamila pada Maisha, diajadi semakin kepikiran perihal kehamilan. Giandra tentu menyadari perihal perubahan pada Maisha. Istrinya itu sering terlihat melamun, bahkan lebih terlihat murung.

"Dia gak ngomong macem-macem kan sama kamu? Aku liat kamu jadi beda abis ketemu sama dia." Ujar Giandra.

"Nggak kok."

"Kamu gak bohong kan?"

"Nggak, gi."

"Yaudah, kita siap-siap. Kita nonton, yuk?"

"Sekalian ke toko buku, ya?"

"Oke."

Setelah menikah mereka jarang pergi keluar setiap weekend seperti waktu mereka masih pacaran. Karena mereka lebih sering dirumah. Giandra lebih senang tiduran di ruang nonton mereka sambil memeluk istrinya. Mendaratkan kepalanya di ceruk leher Maisha. Giandra menyebutnya "uwel-uwel time".

Mereka memasuki bioskop karena filmnya akan dimulai. Tapi untuk kali ini Giandra tidak tertidur. Mungkin karena filmnya benar-benar menyeramkan. Belum lagi Maisha yang terkadang memegang tangannya karena ketakutan.

Kadang Giandra tuh gak habis pikir sama Maisha atau orang-orang yang takut tapi tetep maunya menonton film horor.

"Kamu udah tau penakut, kenapa tetep nonton film kaya gini?" Bisik Giandra.

"Aku penasaran tau."

Dan biasanya ketika habis menonton film horor, malamnya pasti Maisha akan minta ditemani ke dapur. Katanya takut tiba-tiba ada yang nongol dari pintu belakang.

Setelah selesai menonton film, mereka pergi ke toko buku sesuai keinginan Maisha. Disinilah kesabaran Giandra benar-benar diuji. Dia kadang lebih rela nungguin Maisha berjam-jam di salon dibanding di toko buku. Mungkin kalau ditoko buku itu buka jasa penginapan juga, bisa jadi Maisha akan menginap disini.

Istrinya tampak sibuk memilih-milih buku mana yang akan dipilih. Maisha memang hobi sekali baca buku. Koleksi bukunya pun banyak sehingga Giandra memutuskan membuat perpustakaan kecil disalah satu sudut rumahnya yang sekaligus jadi ruang kerjanya.

Setelah menghabiskan waktu dua jam memilih buku, akhirnya istrinya itu selesai juga. Mereka keluar dari toko buku itu dengan satu tas penuh buku.

"Makasih traktiran bukunya, ayang." Ucap Maisha dengan nada dibuat selucu mungkin sambil memeluk tangan Giandra. Giandra tentu tertawa dengan tingkah istrinya.

Biasanya diantara mereka, hanya Giandra yang akan bertingkah lucu. Maisha hanya bagian tertawa saja.

"Alright, sekarang kita makan. Aku udah laper banget."

Mereka melangkah menuju restoran akan tetapi langkahnya terhenti begitu seseorang memanggil mereka.

Giandra dapat melihat Kamila bersama dengan suami dan anak-anaknya. Maisha hanya tersenyum kikuk ketika melihat Kamila. Ini terhitung sudah empat bulan sejak pertemuan terakhir mereka. Beberapa kali Kamila mengajaknya bertemu tapi dia selalu berdalih sedang sibuk.

Demi menghormati Kamila dan Rama, mereka akhirnya menghampiri keluarga itu. Dan mereka sama sekali tidak bisa menolak ketika Rama memaksa untuk makan bersama mereka.

Mereka memutuskan untuk makan di salah satu restoran western. Giandra tidak begitu banyak mengobrol dengan Kamila, dia lebih banyak bicara dengan Rama. Sedangkan Maisha mengobrol dengan anak perempuan Kamila yang sesekali ditimpali oleh sang mertua.

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang