Bagian 18

66.8K 6.7K 261
                                    

Hola hola...

Balik lagi nih ke cerita ogut.

Jangan lupa vote dan komen ok....

Let's Get it...

****

Sejak kejadian itu, hubungan Giandra dengan papanya merenggang. Giandra cukup kecewa dengan keputusan papanya yang tanpa berbicara apapun padanya langsung mempertemukan dia dan mamanya.

Biasanya jika orang yang sudah lama tidak bertemu pasti akan diliputi rasa canggung. Apalagi Giandra yang tidak pernah bertemu dengan mamanya.

Mungkin jika dia tidak mengetahui fakta menyakitkan itu, dia tidak akan bersikap seperti kemarin.

Saat ini, Giandra tengah berada dikamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh dan Giandra masih berkutat didepan laptopnya.

Bunyi ketukan pintu membuat gerakan jari Giandra berhenti. Dia tahu itu papanya.

Beberapa hari ini papanya selalu mencoba untuk berbicara padanya. Tapi Giandra berusaha menghindarinya. Dia takut bertindak kasar seperti tempo hari.

"Gi, papa tahu kamu didalam."

"Gapapa, kalau kamu gak mau bukain pintunya buat papa."

Giandra hanya terdiam. Dia bangkit lalu mendekat ke arah pintu. Giandra tidak berniat membukakan pintu. Dia hanya ingin mendengarkan papanya.

"Gian, maaf kalau keputusan papa kemarin terkesan mengejutkan kamu."

"Lima bulan lalu, mama kamu datang menemui papa dan ibu. Dia bilang ingin bertemu sama kamu."

Giandra duduk bersandar pada pintu. Dia masih terus diam. Tak ada niat untuk menjawab ucapan papanya.

"Papa sempat menolak untuk mempertemukan kalian. Karena papa pikir tidak perlu mempertemukan kalian lagi." Giandra dapat mendengar papanya duduk didepan pintu.

"Tapi melihat penyesalan yang terlihat dari mama kamu. Membuat papa berpikir untuk mau mempertemukan kalian berdua."

"Papa sempat bilang untuk tidak buru-buru langsung bertemu dengan kamu. Karena papa rasa harus ada proses perkenalan dulu. Tapi kemarin tiba-tiba mama kamu datang kerumah ini. Padahal awalnya dia sudah setuju untuk mengikuti saran papa."

Marko tentu tahu bagaimana perasaan anaknya itu. Dia dulu selalu ingat bagaimana anak itu selalu berkata,

"Semoga besok pagi mama udah pulang."

"Semoga ulang tahun aku nanti, mama yang bikinin kuenya."

"Semoga besok aku udah bisa tidur bareng mama."

Serta harapan lainnya yang mengartikan dia menginginkan bertemu dengan ibunya. Dia teringat ketika Giandra berusia lima tahun. Pada saat itu Giandra terserang demam berdarah.

Pada saat itu Giandra merintih sambil memanggil mamanya.

"Aku mau sama mama."

"Aku mau digendong mama."

Ucapannya kala itu disertai tangis. Papanya berusaha menenangkan Giandra yang terus meraung.

"Gi, papa tahu berat bagi kamu untuk menerima kehadiran mama lagi. Gapapa, kalo kamu gak langsung terima dia. Semua memang butuh proses."

"Nak, papa hargai alasan kamu yang tidak bisa menerima dia. Tapi kamu juga harus paham alasan mama kamu hendak melakukan hal itu dulu."

"Jelas jika kita hanya mendengar cerita saja kita akan berpikir bahwa dia jahat. Tapi pada saat itu keadaan memang membuat mama kamu hendak bertindak seperti itu."

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang