Bagian 11

72.6K 7.1K 219
                                    

Hello guyss

Welkom to wattpad story my....

Jangan lupa vote dan komen....

Let's Get it...

****

Hari ini hari pertama Maisha kembali masuk kantor setelah satu bulan dia izin.

Kakinya masih terbalut gips karena dokter yang menyarankan untuk tetap memakai benda itu satu minggu lagi.

Tentu dia kembali diserang perasaan nervous karena sudah terlalu lama tidak masuk.

Dia keluar dari lift menuju ruangannya.
Kondisi kantor yang masih sepi membuat ruangan divisinya cukup lengang. Maisha memang sengaja berangkat lebih awal dibanding biasanya dia berangkat.

Alasannya tentu karena kakinya masih belum bisa dibawa jalan dengan cepat.

"Maisha!"

Dia menoleh kearah pintu masuk dan dilihatnya ada Mira yang baru sampai. Gadis dengan rambut sebahu itu langsung menghampiri Maisha di tempat kerjanya dan memeluknya. Lalu tak lama disusul dengan pekikan Dian.

Perempuan itu langsung memeluk Maisha juga sambil berkata,

"Alhamdulillah ya Allah, kerjaan gue berkurang sekarang."

Yang langsung mengundang tawa Maisha pecah.

****

Giandra terbangun dengan kepala yang berat serta suhu tubuh yang tinggi. Alhasil hari ini dia izin tidak masuk. Syukurnya suhu tubuhnya mulai turun tidak seperti tadi pagi.

"Abang..."

Giandra membuka matanya dan melihat sang adik bungsu sudah berada didepan kamarnya. Tangannya memegang knop pintu sambil memunculkan kepalanya sedikit.

"Salwa boleh masuk?" Tanyanya

"Boleh.." Jawab Gian. Dia mendudukkan dirinya ditempat tidur.

Dilihatnya sang adik datang membawa sebuah nampan berisi bubur.

"Kata bunda waktunya abang makan siang. Jadi aku bawain bubul buat abang makan sekalang." Ucapnya dengan nada cadel khasnya.

Tak lama ibunya menyusul sambil membawa air minum dan obat untuk Giandra. Dilihatnya laki-laki itu tengah membantu sang adik menaiki kasur.

"Ini air dan obatnya. Langsung dimakan ya, abis itu minum obat." Ucapnya dengan nada lembut.

"Iyah, bu. Makasih." Ucapnya.

"Abang gak boleh sakit lagi ya, nanti gak ada yang suapin ade makan." Ucap Salwa sambil menatap Giandra.

Giandra tersenyum lalu mengelus kepala adiknya lembut. Dia menatap lekat adiknya ini. Giandra bersyukur melihat kedua adiknya bisa tumbuh dengan dampingan seorang ibu.

Giandra sendiri tumbuh tanpa peran seorang ibu. Dia dulu sering dititipkan pada neneknya. Dan ketika masuk sekolah, dia dan papanya pindah ke alamat tinggalnya sekarang.

Itu pun dulu dia akan pulang kerumah Avi dulu setelah pulang sekolah. Lalu sang papa akan menjemputnya setelah pulang kerja.

"Papa.."

"Ya, sayang." Sahutnya sambil mencium puncak kepala anaknya.

"Aku ini anak angkat ya, pa?" Pertanyaan itu tentu membuat papanya kaget. Mengapa sang anak bisa bertanya demikian?

"Kok nanyanya gitu?"

"Kata teman aku disekolah, aku ini anak angkat. Soalnya di rapot aku gak ada nama mama. Katanya kalo anak angkat itu dia cuma punya satu orang tua."

Shadow [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang