Atlas

3.1K 126 0
                                    

Atlas Atma Widya,pemilik senyum manis itu keluar dari UKS setelah tertidur disana dari jam pertama,dia suka tidur di UKS,sebagai rutinitasnya setiap pagi.

"Woy Atlas,udah bangun lo?"

Dia Arga,teman SMA Atlas yang baru setahun dia kenal,tak terlalu dekat namun setidaknya kenal.

"Iya cuy,btw jam pertama ada tugas gak?nanti kasih tau gue halamannya."pinta Atlas,berjalan beriringan dengan Arga ke kantin.

Berbicara tentang Atlas,dia tidak baik,dia berandalan,suka buat onar,tukang bolos dan suka makan permen.

"Alah minta halaman tugas,emang lo mau buat?udahlah gak usah kepintaran deh lo,paling juga minggu depan lo bolos lagi."celetuk Arga duduk di kantin dengan mie instan pesanannya.

Atlas tertawa,membenarkan ucapan Arga tentang dirinya,dia tidak membuat tugas memang,terlalu malas untuk itu.
"Kalo gabut gue buat,kasih tau aja gue,asal lo tau,ruang guru juga langganan gue sekarang."

"Anj malah di banggain,orang tua lo di kasih SP mampus lo."

Atlas terkekeh puas,siapa yang akan datang?ayahnya? mustahil.

"Bagus dong di kasih SP, seenggaknya gue otw do,bosen gue sekolah."ucap Atlas dengan malasnya memainkan sumpit yang ada di mangkok mie instannya.

"Cita-cita lo aneh masak pengen di do,kalo mau sekarang juga Lo bisa keluar sekolah."

Tiba-tiba tiada angin tiada hujan pria yang lebih muda menggebrak meja membuat Atlas terkejut bukan main,lain dengan Arga yang hampir memukul dengan bercanda ke arah temannya itu.

Atlas tak terlalu excited,dia tidak suka di buat terkejut seperti itu,jujur itu sangat tidak enak.
"Lo dateng ngajak ribut namanya!"kata Atlas dengan serius.

"Yaelah,gitu doang lo kesel,bercanda,jangan ngajak gue ribut,gue gak bisa berantem."kata Namu,dia teman Arga sekaligus Atlas.

Namu anak orang kaya sejagat,hanya saja dia lebih oon dari Atlas,rajin masuk kelas namun selalu Atlas lebih maju selangkah daripada dirinya, walaupun kang bolos, memang benar genetik sangat mempengaruhi.

"Eh tadi gue ketemu sama abang kembar lo peta."

"Peta peta,emang kenapa kalo lo ketemu mereka?apa urusannya sama gue?"kata Atlas dengan kesal,mengenai kakaknya,dia sungguh tidak berani berharap apa-apa.

"Bukan gitu..abang kembar lo jadi anggota OSIS,bukan anggota lebih tepatnya ketua OSIS sekalian wakilnya,keren gilak.."puji Namu sambil bertepuk tangan dengan Arga di depan Atlas.

"Ohh jadi babu sekolah?yaudah sih,itu sih turun jabatan jadinya,mending jadi siswa biasa aja,gak sibuk ngurus acara sekolah."

"Pikiran lo sempit banget,kalo lo ikut organisasi, positifnya lo bakal terkenal,apalagi jadi ketua OSIS, ciwi-ciwi pasti caper,banyak temen pula,vibesnya positif banget,wah gilak sih.."

Atlas merotasi matanya dengan malas,kegiatan itu membuang waktunya yang berharga untuk bersenang-senang.
"Gak peduli gue,ini jam ke 4 bakal bunyi,gue mau pergi."kata Atlas lantas bangkit meninggalkan dua kawannya itu untuk kembali ke UKS untuk tidur.

Tidur itu menyenangkan, bagaikan sebuah kehidupan tanpa harus di ingat kapan bernafas dan kapan menghembuskannya.

"Atlas, ngapain lagi kamu kesini?"

"Mau tidur,jangan banyak tingkah,gue cuma numpang tidur."

Pemuda kelas 12 itu lantas memukul kaki Atlas yang hendak naik ke bankar lagi,"Kalo mau tidur sana di perpustakaan,ini uks buat orang sakit,lo kalo gak sakit jangan kesini."

"Alah belagu amat jadi penjaga UKS doang,udah deh jangan di ribetin,numpang tidur doang,kalo ada yang sakit bangunin gue,gue pergi."

"ATLAS!"

"ARKA,gue tidur doang..galak banget sih lo..cepet tua lo anjir,baru juga kelas 12 udah aki aki kan malu.."

"Lo aki aki,belajar aja gak mau,tubuh jompo maunya tidur mulu."sindir Arka namun tak di balas Atlas,mungkin membenarkan apa kata Atlas.

Tak ingin berdebat perkara tempat tidur saja, Arka memilih mengalah kepada adik kelas sialan yang selalu mengganggu ketenangan UKS.

Arka dia anak introvert,wibu sekaligus gamers yang memakai mood,jika waktu luang dia akan bermain game atau.. mengacaukan kegiatan sang ketua dan wakil ketua OSIS.

Contohnya sekarang,setelah meninggalkan UKS,Arka ke gor OSIS untuk bertemu teman sekelasnya itu,Demian dan juga Daniel,Daniel anak sulung,sedangkan Demian si anak tengah paling manja di rumah.

"Ngomong-ngomong ketos sama waketos gak mau istirahat dulu nih?makan mie ayam gitu?"

Daniel menjawab,"Tumben ngajak kita,biasanya juga ngajak Arka si murid kelas 11."

"Alah,dia udah duluan sama circlenya..Daniel,makan siang bentar yok! Demian juga,gak capek apa jadi babu sekolah mulu."

"Gak ah,gue lagi gak enak badan ini,sama Daniel aja muh,gue mau ke UKS nanti,mau nyari obat."

Arka menoleh ke Daniel,"Yaudah deh gue gak bisa pisahin kalian,btw di UKS ada adek lo berdua tidur lagi,bolos kalik,kalian bisa usir dari sana kalo mau istirahat."

Daniel menutup buku yang sedari tadi dia tulis dengan kasar,"Ribet sama itu anak,terserah dia,mau bolos juga bukan urusan gue."

"Bang,kasian tau duit papa,dia gak belajar,bayar sekolah juga iya."

Ucapan Demian mampu membuat Daniel memikirkan dua kali,"Gue harus negur lagi gitu?udah deh,dia suka cari perhatian biarin aja,males gue,dan lo Demian,kalo mau ke UKS cari obat dan keluar,gak usah ngomong sama dia segala."

Demian mengangguk,lantas bersama Arka si penjaga UKS kini menuju ke tempat semedinya.

Sampai disana,tampak Atlas sedang mengaduk segelas es teh hangat dengan serius.

"Eh lo ngapain Atlas!"tegur Arka.

Atlas hampir di buat terkejut lagi akan suara itu,lantas berbalik melihat kakak kedua dan Arka di belakangnya.
"Lagi buat teh anget,gue minta ya."

Atlas mengangkat gelas besar berisi teh hangat meminumnya di depan mereka dengan sedikit berantakan dan terkesan terburu-buru.

"Idih kek gak minum setahun aja lo."celetuk Arka.

Lain dengan Demian,dia menatap datar dengan kesal campur malu,"Atlas,lo gak tau malu ya?udah dateng ke UKS buat tidur aja..buat teh tanpa ngomong, ijin aja kagak,lo tau sopan santun gak sih?"

Atlas tak menjawab,dia mencuci gelas lantas mengelap hingga kering,tidak ada niatan dia berbicara kepada Demian,dia tidak sedekat itu untuk bicara kepada kedua kakaknya.

"Heh Atlas,papa bayarin lo sekolah buat belajar anj!"

Atlas menoleh mendengar kata kasar itu keluar,dia membantah"Gak di bayarin,gue minjem uang di bank buat bayar."

Atlas lantas pergi dari UKS, memang benar dia memang meminjam uang di bank, jaminannya... sebuah cincin pernikahan mama yang dia ambil begitu saja sebagai jaminan,dia tak ingin jual karna itu cincin pernikahan,itu penting.


Hohaaaa guys...

Atlas dan Semesta-nya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang