Respon kakinya meringkuk,tangannya meremat sekuat tenaga agar dia tak berteriak,namun tetap saja,dia berteriak hebat hingga keluar ruangan.
Janitri yang kebetulan baru keluar dari pemeriksaannya menjadi penasaran, melihat dari celah kaca,melihat dengan sempurna bagaimana anak itu menahan sakit ketika jarum keduanya,dan dia berteriak lebih pelan,matanya mereka sempat bertemu,membuat teriakan anak muda itu terhenti,memilih diam berkelu dengan suara "Mama.."
Namun serangan sakit itu membuatnya kembali meringkuk sakit menangis hebat tanpa rasa malu.
Janitri menatapnya iba,hendak masuk saja,namun dia tidak berhak seperti itu,ada suster yang sedang bertugas juga.
Janitri tetap di pintu,ketika suster itu keluar,dia menghentikannya dengan sopan,"Maaf..apa boleh saya tau anak muda itu sakit apa?kenapa begitu menyakitkan teriakannya."
"Beliau pasien yatim piatu,pasien gagal ginjal,gagal jantung dengan tumor di otaknya,kami sedang mencari pendonor jantung untuknya."
"Harapan hidupnya sangat kecil,hanya setiap tarikan nafasnya saja sudah berharga sekarang,saya prihatin,namun juga tidak bisa berbuat apa-apa."
"Terima kasih sus."
"Sama-sama,saya permisi."Janitri kembali menoleh,melihat anak itu sekuat tenaga mengeluarkan muntahan darahnya, Janitri seketika masuk menghampirinya, mengambil sapu tangan membantu mengusap bibirnya,Atlas terdiam,kenapa wanita ini berani masuk ke kamarnya.
"Anda terlalu berani nyonya."
Janitri duduk di sebelahnya,"Kau pasien gawat darurat,kenapa tidak pindah ICU saja?!"
"Pasien gawat darurat namun aku masih mampu untuk berjalan."
Atlas yang berlagak hendak sok kuat itu seketika runtuh,ketika tarikan nafasnya begitu susah,detak jantungnya begitu cepat dia rasakan,bahkan mesin EKG berderit berisik,putih matanya bahkan naik,membuat Janitri bangkit di susul beberapa dokter datang dengan terburu-buru,merobek pakaian Atlas.
Baskara menjemput istrinya yang lepas dari penjagaannya,"Ayo kembali,jang-"
"Bagaimana dengan anak itu?!dia kesakitan."
"Untuk apa peduli,nanti kamu bisa kena masalah ma!"
Janitri menggeleng,"Dia seperti teman Daniel."
Baskara diam,teman Daniel entah yang mana yang di bicarakan istrinya,Daniel tidak pernah memperkenalkan temannya kepada ibunya,Baskara tak menyadarinya sebelum..
Dokter yang sedari tadi melakukan segala cara agar anak itu bangun meneriaki,"Nak! Nak Atlas! Atlas! Atlas Atma Widya!! Nak kamu dengar kami?kembalilah."
Sapu tangan yang di bawa Janitri seketika terjatuh,baru saja dia berbicara dengannya,kenapa sekarang EKG menjadi datar tak berdetak di sebelahnya.
"ATLAS!!! ATLAS!!!" suara Danlin memenuhi ruangan.
Danlin tampak kacau,ketika dokter tadi mengatakan sebelumnya jika keadaan Atlas begitu buruk,tidak ada peningkatan sama sekali.
Danlin mengguncang pria berwajah tenang itu,"Atlas.. Atlas..dengerin saya,bangun sekarang.. Abang kamu..Abang kamu bakal dateng malem ini,udah saya suruh dateng kesini sebelum ke Inggris,Namu iya teman aneh mu itu juga pengen dateng kesini,buka matamu cepetan saya mohon saya mohon sama kamu Atlas,jangan bikin saya takut,
"Ayah ibu kamu..ayah ibu kamu pasti dateng juga Atlas.. BANGUN!!!"
Danlin bersimpuh terisak tangis tersedu-sedu memegangi tangan Atlas yang sudah tak berisi lagi.
Baskara mematung di pintu,matanya berkaca-kaca,apa yang dia dengar tadi begitu seolah mimpi,entah kenapa matanya ingin menangis,namun dia tak mampu berbohong,kenapa salah satu anak yang satu rumah dengannya dulu bisa sampai di ruangan ini dengan sebegitu banyak alat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas dan Semesta-nya ✔️
FanfictionDia Atlas,pemuda 16 tahun tingkat SMA berstatus sebagai anak bungsu di keluarganya. Hobi masak untuk ibunya..walau sang ibu tak ingat pada dirinya. Memiliki dua orang kakak kembar yang tak dekat dengannya,yang tak begitu tertarik menganggap Atlas se...