"Heh Talas,bangun! Udah pagi lo gak sekolah?sekarang ujian kimia begi!"
Mendengar seruan Arga,Atlas seketika terperanjat dari tidurnya yang nyaman di ranjang milik sang teman.
"Ujian?Kimia?what the fuck,baru bacot mulut lo,gue belum belajar apa-apa bego."umpat Atlas dengan kakinya mulai berseliweran membuka seluruh lemari temannya, harap-harap dia tidak usah pulang untuk mengambil pakaian sekolah saja.
Melihat Atlas menghancurkan kamarnya,Arga melemparkan tas gendong milik Atlas,"Rapiin,kamar gue jangan di berantakin aja,ini tas lo,di kasih sama si Demian."
"Loh,gue di usir beneran?"tanya Atlas tak percaya,tangannya menggepal erat meremas tas miliknya.
"Gak tau,dia ngasih gini tadi pagi,cepet buruan lo siap-siap atau gue tinggalin."ancam Arga menyiapkan bocah temannya itu buku untuknya hari ini.
Selama 30 menit menunggu, pangeran Atlas berlari buru-buru turun dari apartemen mengejar 2 sohibnya yang tidak mau santai sedikit pun,apalagi dengan Arka yang dinginnya kek kutub utara.
"Heh lo pada,jangan huh..huh..jangan lari bego,gak ada yang ngejer juga..huh..huh..sumpah gue capek.."keluh Atlas,menumpu tubuhnya di antara lutut.
Arga dan Arka sempat menoleh,hendak menarik Atlas kembali namun anak itu menghempas niat Arga yang ingin mengajaknya lari kembali.
"Enggak! Sumpah gue gak kuat lari huuh...uhuk...kalo lo pada mau lari silahkan aja."Mendengar ijin Atlas,Arka dan Arga seketika melesat,mereka sama"tidak ingin melewati ujian mereka kali ini,ini sangat penting mereka ingin mendapat beasiswa kuliah dengan nilai sempurna.
Atlas menatap mereka semakin menjauh,kakinya mulai bergerak lagi walau lumayan pelan.
Sampai di sekolah,matanya merotasi ketika Arka menghampirinya dengan Daniel dan Demian.
"Las!""Ck! Iya gue telat, ulangannya udah selesaikan?bodo ah."ucap Atlas lantas melewati mereka begitu saja,apalagi meninggalkan tatapan benci Daniel dan Demian yang masih tertahan menatapnya seperti ingin membunuh.
Daniel menahan tangan Atlas tanpa aba-aba langsung memukul wajah Atlas hingga anak itu tersungkur ke tanah.
Daniel berseru,"Kurang ajar lo!"
Melihat adiknya tersungkur,Daniel malah duduk di perutnya lalu menghajarnya kembali dengan brutal, berkali-kali menyerang wajah Atlas hingga babak belur.
Ketika Daniel marah dia begitu kuat,Demian dan Arka tidak akan mampu menariknya untuk berhenti.
"Daniel! Hentikan Daniel!""Abang! Bang udah bang!"
Atlas yang kewalahan untuk menyerang juga seketika mengeluarkan seluruh tenaganya,untuk membalikkan kejadian membanting tubuh Daniel agar terjatuh lantas dia menjadi dominan untuk memukulnya,namun pukulan kerasnya meleset ke tanah,bukan dia tak mau melukai Daniel,dia lebih sakit tangannya refleks meremas dadanya yang nyeri.
Mendapatkan kesempatannya,Daniel malah memukul kembali adiknya mengumpat dengan kasar atas kekecewaannya.
"Lo gak usah balik lagi ke rumah bangsat! JADI ANAK BRENGSEK! MAMA GUE LO BIKIN KOMA! MATI BANGSAT!"Tiba-tiba pukulan Daniel berhenti dan terpental karna Namu memukulnya agar menjauh dari tubuh Atlas.
"Apa-apaan lo Daniel!"Namu terdengar marah.Namu tak ingin kelewatan,dia memilih membantu Atlas bangkit,Atlas refleks memeluknya begitu erat,kakinya melemas dengan darah bercucuran di wajahnya.
Atlas sembari tertawa sakit "Kaki gue lemes Mu..."Demian membantu abangnya untuk bangkit,dia tetap di pihak abangnya,Arka pun begitu,mereka satu kelas Arka juga memihak Daniel dan Demian walau tidak tau apa yang telah terjadi antara 3 bersaudara itu.
"Heh Atlas! Lo jangan balik ke rumah,lo juga jangan dateng ke hadapan gue apalagi mama gue,lo bukan keluarga gue lagi setelah apa yang lakuin!"kata Daniel,namun Atlas tak menyahut dia masih meminta penyangga dari pelukan Namu kepadanya.
Daniel memilih pergi,menarik Arka dan juga Demian untuk meninggalkan tragedi mengenaskan itu agar segera normal.
Sejujurnya Arka syok melihat pukulan Daniel yang begitu membabi buta,seumur pertemanan mereka,Daniel yang paling sabar daripada Demian,malahan Demian yang kurang sabaran dan emosian."Nil,kalo gue boleh tau,Atlas salah apa sama kalian?"
Daniel dan Demian berhenti,Daniel mendengus,"Gue bingung ceritanya,kalo gue gak cerita gue yang kena sakit mental,dia lahir aja udah salah, kemarin dia bikin mama gue masuk rumah sakit,sekarang dia gak ikut ulangan,gue makin dongkol liatnya."
"Mama lo beneran sampek koma?"
Demian menggeleng,"Enggaaak..Abang lebihin kejadian tadi,mama gue udah baikan,masih di rawat di rumah sakit."
"Hmmm..nanti kalian ke rumah sakit jugakan?gue bolehlah jenguk?"
"Ya boleh aja,sekalian gue kenalin temen keren gue ke papa.."kata Daniel merangkul Arka untuk ke kantin.
--------------------
Atlas meringkuk mencari udara bersandar di sembarangan pohon, Namu bingung,"Ke UKS aja ya,lo juga sering ke UKS."
Atlas gelisah,bahkan hampir mencekik lehernya sendiri karna saking kesalnya dia mencari oksigen untuk paru-parunya.
"Atlas! Jangan sok kuat deh,ke UKS ayo!"ucap Namu,karna notabene Namu lebih besar,dia dengan segala usaha mengangkat tubuh temannya itu di punggungnya dengan sedikit paksaan.
Sampai di UKS,Namu menanganinya sendiri, mengambilnya masker oksigen dan juga menyiapkan air hangat untuk membersihkan lukanya.
"Lo kenapa sih?lo sakit apaan?padahal lo sering berantem sekarang malah gak bisa lawan abang lo.."Namu kewalahan,darah yang bercucuran di wajah Atlas serta memar yang berlebihan.
"Lo hemofilia ya bangsat?ini kok.."Namu menelan ludahnya,ketika respon anggukan dari Atlas yang cukup membuatnya semakin bergetar.
"Ini cara hentiin darahnya gimana..ke rumah sakit aja ya?"
"Bentar,gue panggilin Daniel!""GAK USAH!!"triak Atlas.
Atlas melepas masker oksigennya,mencari wastafel untuk membersihkan wajahnya,lantas dengan berantakan meneteskan obat merah serta menempelkan perban di beberapa luka walau darahnya belum berhenti sama sekali.
"Lo kira ke rumah sakit gak perlu uang apa?lo kan denger tadi gue udah di usir gak boleh pulang,siapa juga yang bayarin kalo ke rumah sakit,pinter pinterin aja kalo luka.""Eh bangsat,luka jadi pantangan lo bangsat,kalo lo luka itu bahaya buat diri lo."
"Lo jangan khawatir sama gue,percuma rasa khawatir lo,gue gak nerima rasa khawatir dari orang lain."
"Lo udah di kasihani bukannya syukur ada yang masih peduli,belagu amat."
"Mending lo peduliin gue,gimana caranya gue minta ulangan susulan sekarang,urusan sakit gue masih bisa olah rasanya."
Atlas lantas kembali ke bankar, seperti biasa,baru membaringkan tubuhnya saja dia sudah terlelap begitu saja.
"Gue pergi dulu kalo gitu,gue mau bicara ke pak Gudem dulu,kasih lo ulangan apa kagak."kata Namu namun tidak ada sahutan dari Atlas,anak itu sudah tidur atau...
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas dan Semesta-nya ✔️
Fiksi PenggemarDia Atlas,pemuda 16 tahun tingkat SMA berstatus sebagai anak bungsu di keluarganya. Hobi masak untuk ibunya..walau sang ibu tak ingat pada dirinya. Memiliki dua orang kakak kembar yang tak dekat dengannya,yang tak begitu tertarik menganggap Atlas se...