Di sekolah,Arga menatap Atlas naik turun,padahal anak itu hanya duduk kalem di meja kantin dengan sepotong roti dan juga minum.
Dari gelagatnya,dia sudah malas makan,bukan sudah,namun memang benar dia males makan.
Tiba-tiba saja di ketenangan jiwa malas makan,sarang kenyamanan itu di ganggu akan kedatangan seorang siswi menghampirinya lantas berkata dengan nada rendah,"Ee Las,lo di panggil sama kepala sekolah."
"Ngapain?"tanyanya lirih.
"Gak tau,di minta dateng aja, keknya penting."
"Yaudah,iya,nanti gue samperin."kata Atlas membungkus kembali roti yang dia bawa untuk dia simpan kembali.
Melirik Arga yang hanya menatap tanpa bicara lantas pergi juga tanpa sepatah kata izin.
Lelah hanya di anggap angin lalu,Arga bangkit dan menoleh,"Mau kemana?!"
Atlas tak menggubris,jiwanya tertelan siswa yang lain,jalan sendiri di lorong sekolah melewati beberapa siswi yang tampak tertarik kepadanya.
Sampai di ruangan kepala sekolah,dia mengetuk pintu beberapa kali sebelum izin masuk tertitah dari dalam.
"Siang pak."sapa Atlas,berdiri.
"Duduk dulu,saya mau bicara berdua dulu."kata pria berkacamata di depannya dengan santai memandang laptop di hadapannya.
"Atlas Atma Widya kan nama kamu?"
Atlas mengangguk membenarkan nama yang di sebutkan secara yakin.
"Ayahmu sedang perjalanan kemari, ngomong-ngomong kamu terakhir kali masuk kelas kapan Atlas?"
Atlas menunduk sejenak,"Hari ini,saya sudah datang ke sekolah."
"Kamu sakit?"
Atlas menggeleng,"Ada apa memangnya pak?saya tidak mengerti maksud bapak mengintrogasi saya seperti ini."
"Setahun...eh bukan setahun,sejak kamu masuk kesini semester 2,Arka mengatakan jika kamu sering ke UKS, hampir setengah bahkan 3 jam pelajaran kamu menghilang, guru-guru mapel juga mengadu hal yang sama,ada apa sebenarnya?nilai kamu juga setahun belakangan anjlok,bahkan tidak ikut ulangan,uang sekolah,uang gedung,ada apa Atlas?orang tuamu ada masalah ekonomi?"
Atlas menghela nafas panjang
Kepala sekolah itu meremat jemarinya, melihat jam tangannya lantas lanjut bicara,"Ada masalah di perusahaan ayah?saya kenal baik dengan ayahmu Las,abangmu berjalan dengan normal,bukan maksud saya membandingkan,namun..ini sungguh drastis nak."
Atlas terdiam sejenak,sebelum pintu terbuka menampilkan pria berjas kaku dengan tatapan keras menyapa kepala sekolah di depannya.
"Maaf pak,maaf merepotkan anda jauh-jauh datang ke sekolah."
Baskara terkekeh sejenak,sebelum lirikan itu menjadi tatapan tajam ke arah Atlas.
"Seperti yang saya jelaskan di telpon tadi pak Baskara,Atlas setahun ini sangat berubah,saya ingin memberinya sp ke sekian kalinya,tapi sepertinya tidak mempan,nilainya turun begitu cepat,jarang masuk kelas seperti yang di adukan para guru mapel."
Atlas melirik kembali Baskara yang begitu serius mendengarkan ucapan kepala sekolah.
"Papa dateng?ini mimpi gak sih?gak kek biasanya, biasanya langsung ngajak ngomong berdua dulu baru menghadap,yaaa walau ngomong berduanya pakek fisik sih.."
"Saya butuh banget bimbingan anda kepada putra anda tuan Baskara,sebagian waktunya selalu di rumah,kami tidak bisa mengontrol secara garis besar,jadi mohon bantuannya pak."
Setelah sesi drama pemanggilan orang tua,Atlas sudah di ajak jalan cepat dengan tarikan Baskara ke arah kamar mandi.
Lorong kamar mandi begitu gelap, tiba-tiba saja Baskara mendorong putranya ke dinding,menciptakan benturan di tubuhnya yang lumayan membuat seseorang yang hendak keluar dari kamar mandi mengurungkan niatnya."Dasar anak tidak tau diri! Apa kamu begitu suka ketika saya di panggil dengan alasan sepele seperti ini? Atau kamu memang sedang mencari perhatian kepada saya huh?saya sedang sibuk di kantor,datang di tengah meeting untuk memenuhi panggilan itu asal kamu tau,ATLAS!!! DENGARKAN SAYA!!"
Atlas mengangkat kepalanya mendongak melihat ke arah papanya,"Pa.."
"Kamu bahkan mengatakan dirimu sakit ke UKS agar bisa tidur disana,sekeras apa sakitmu huh?gak sekalian mati biar sakitnya usai huh?kepala sekolah kamu mengadu sakit kepala,atau enggak sakit perut,apa serendah itu kasta sakitmu?apa datang setiap hari hingga kamu harus ke UKS setiap hari juga?serendah ini kesannya,saya meminta tolong padamu untuk menolong ibumu sendiri saja dirimu tidak mau..sungguh aku tidak menyangka sikapmu jadi seperti ini."
"Pa..aku emang sakit pa.."lirihnya hendak memeluk namun Baskara cepat mendorongnya dengan keras.
"Hughh!!"
"Jangan berani menyentuh saya seperti itu,kamu sudah tau statusmu di keluarga saya,kamu hadir tanpa ada yang memintanya,jangan bersikap manja kepada saya,entah teman mana yang kamu repotkan dengan sikapmu itu,malam ini jika kamu tidak muncul di rumah saya,saya bakal bersungguh-sungguh mengeluarkan kamu dari susunan keluarga saya sebagai putra bungsu pribadi dari istri saya."
Baskara berbalik pergi meninggalkan Atlas berdiri kaku disana dengan air matanya yang hendak menetes.
"Pa,ijinkan aku memanggilmu seperti itu.."Baskara tak menggubris,ketika tubuhnya hendak limbung,Namu selalu datang di waktu yang tepat,dia keluar dari bilik kamar mandi dan menahan tubuh Atlas yang hendak runtuh.
"Las...lo kenapa?Ke UKS bentar ya,sakit lagi hm?"
Atlas memeluk erat perutnya,"Iyah."
"Ke UKS ayo!"
Atlas menepis tangan Namu,"Lo udah nguping pembicaraan gue..agh..lo dengerkan? gue gak mau balik ke UKS,gueeee tahan ajaa.."
"Ya-ya-yadahh ke kelas aja kalo gitu,minum obat lo dulu ya..plis gue mohon,lo bawakan?"
Atlas perlahan bangkit,naik ke gendongan Namu menyandarkan kepalanya di punggungnya,dan berjalan menuju kelas.
❤️💭✈️
1.039 suka.
Demian_ihh Sama abang Daniel yang ganti warna rambut mulu kerjanya,nanti di panggil BK pasti birit-birit ganti warna lagi.komentar nonaktifkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas dan Semesta-nya ✔️
FanfictionDia Atlas,pemuda 16 tahun tingkat SMA berstatus sebagai anak bungsu di keluarganya. Hobi masak untuk ibunya..walau sang ibu tak ingat pada dirinya. Memiliki dua orang kakak kembar yang tak dekat dengannya,yang tak begitu tertarik menganggap Atlas se...