Musuh

948 78 7
                                    

Kakinya mendekati lokernya,kotak biru keadaan tidak terkunci,ketika terbuka terlihat secarik kertas berwarna biru dengan tulisan yang begitu buruk memintanya datang ke belakang sekolah ketika pulang sekolah.

Saat yang sama Baskara menghampirinya, begitu melihat sang papa,Atlas meremas kertas itu dan menoleh ke Baskara.
"Pulang!"

Setelah mengucapkan itu Baskara pergi, meninggalkan Atlas dengan sejuta tanda tanya,ada apa mengapa dia di minta pulang kembali ketika rumahnya sudah kosong di benaknya,dia sudah memecahkan kaca di rumahnya.

Sesuai permintaan sang pengirim secarik kertas,Atlas menuju ke belakang sekolah,lebih tepatnya seseorang malah memanggilnya ke gudang lagi.

Ketika sampai disana sekitar 3 orang ada disana menunggunya,circle Badas Namu.

"Bang Axel."sapa Atlas ragu.

"Ohh ini ya?ini yang di bela Namu mati matian?bisa apa dia?apa yang bikin Namu ninggalin kita demi dia?"

Atlas mundur selangkah,namun dia malah di tarik dan di tahan di dinding.
"Gak seru banget sih,anak yang suka caper di sekolah yang jadi pusat Namu Sampek ninggalin geng kita."saut anak lainnya.

Bugh!
Bugh!

"Lawan bangsat,gue pengen berantem sama lo!!!"

Atlas tak bergeming,dia pengen muntah saat itu juga,namun dia tahan,itu memalukan.

"Lo bisu ya? ngomong dong!"

"Jangan di wajah!"pintanya.

Bukan sebagai jawaban harapan,Axel memukul kepala Atlas dengan sekuat tenaganya,di bantu dengan temannya yang lain menginjak-injak tubuhnya di lantai hingga baju yang masih bersih menjadi kotor.

Atlas menerima dengan diam,tak meringis apalagi mengeluh sakit,bahkan ketika dia di bully dengan di paksa bangun dia tak bergeming, hidungnya sudah menetapkan darah ke baju putihnya.

Axel melempar anak itu ke tumpukan bangku lantas pergi,susunan bangku itu roboh menimpa Atlas,Atlas hanya tercekat agar tak berteriak.

Lantas tertawa sumbang dengan wajah buruknya.
"Gue emang gak pantes ada temennya ya."giginya bahkan berubah berwarna merah dengan calon memar di beberapa tubuhnya.

Lain dengan Namu,dia sudah keliling sekolah menjadi satu anak yang tak kunjung dia dapatkan,menyerah malah mengirim pesan bahwa dia akan pulang duluan dan meminta Atlas untuk pulang dengan taksi saja.

"Dasar ini anak,gak ada ngechat dari pagi,mana gak ngomong pulang duluan,mana papa minta jemput bandara lagi,au ah maafin gue Las,gue buru-buru."

Atlas menghentikan tangannya mencuci baju di wastafel,tubuhnya kurus sekali dengan memar di beberapa tempat,bekas jahitan juga di sebelah kanan.

Pesan masuk membuat atensinya berubah,namun kepalanya terasa kabut.

Kepalanya sakit sekali,namun ini sudah sejam sejak dia keluar kelas,dia harus pulang menemui ayahnya dengan pakaian basah.

Dia takut,bahkan ketika mobil taksi sudah akan dekat,kakinya tak ingin bergerak namun sepertinya sang ayah sudah menunggunya di balkon atas.

Saat dia menghadap,Baskara dengan setelan kantor terkesan cepat menghampiri dan menarik rambutnya dengan kasar,menjambak agar anak itu mendongak ke arahnya.

"Kau bahkan tidak belajar dengan serius setelah aku marahi tadi pagi huh?!!"

Atlas memegangi tangan Baskara yang menjambak rambutnya dengan keras sekali,mencegah rambut itu rontok di tangan papanya."Maaf pa..maaf..sakit pa.."

Atlas dan Semesta-nya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang