Peluk aku

1K 75 7
                                    

Atlas tak berbicara,bibirnya kelu,tangannya tercengkram erat ingin sekali memeluk wanita di depannya namun dia tak punya keberanian untuk melakukan itu ketika dirinya sekarang seolah menjadi teman anaknya.

"Ibu saya berhasil melupakan saya dengan baik."

Janitri tiba-tiba meraih tangan Atlas dan menggenggam dengan yakin,"Itu pasti menyakitkan, bicaralah seolah kamu juga putraku,kenapa menjadi begitu formal."

Atlas bergetar,dia menangis menutup matanya dengan kedua tangan kurus itu,"Atlas kangen mama..kangen banget..dia egois,dia gak mikirin Atlas barang sejenak,Atlas gak suka..dia lupain Atlas gampang banget,Atlas padahal kangen banget..Atlas kangen ma.."

Melihat bocah di depannya menangis kecewa,Janitri berani memeluknya,dengan rakus juga Atlas memeluk Janitri enggan untuk melepaskannya.

"Kangen banget..Atlas kangen banget.."

"Jangan tinggalin Atlas lagi."batinnya.

Ketukan pintu berhasil membuat Atlas melepas pelukannya syok,apalagi dorongan pintu menunjukan Baskara pulang.

"Ma,keluar bentar ya,papa pengen bicara sama temen Daniel."

Janitri mendengarkan,namun Atlas menatapnya berharap jangan,dia tidak ingin di amuk Baskara,dia tidak ingin.

Janitri menghilang di balik pintu, tiba-tiba saja Baskara menyambar melayangkan tangannya.

PLAKK!!

Atlas yang bersandar seketika roboh mendakup pipinya,belum sempat dia menoleh tiba-tiba saja Baskara menekannya dengan mencekik lehernya begitu kasar.

"Pa.."

"Air mata apa yang kamu keluarkan sekarang hah?"

"SAYA MINTA JAUHI ISTRI SAYA KEPARAT!!"

Baskara menekannya lebih keras,mata Atlas sudah menyiratkan kesakitan.

Atlas memegang tangan Baskara dengan lemah,tangan yang berisi tulang saja itu tak mampu berbuat apa-apa,hanya memegangi tangan Baskara dengan lemah berharap ayah yang dia hormati itu memberinya jalan nafas.

"Pa..hh.."

Baskara tiba-tiba menjauh,melihat darah keluar dari hidung Atlas bahkan tanpa khawatir anak remaja 16 tahun itu mengusap dengan punggung tangannya.

Baskara terduduk membelakangi Atlas sembari menatap tangannya yang gemetar menyentuh leher kecil untuk pertama kali hampir dia bunuh dengan tangannya sendiri.

Atlas gemetar ketakutan,sekedar membersihkan wajahnya dari bekas mimisan ke wastafel dia tak mampu bangun,tidak kuat hanya sekedar membuka matanya.

"Apa yang kamu bicarakan dengan istri saya?!"

"Tidak ada,saya hanya bercerita sedih tanpa menjelekkan nama anda sedikit pun,saya juga tidak mengatakan saya anaknya,lalu apa salah saya hingga anda berani menyentuh saya dengan sentuhan nyawa?"

"KELAHIRANMU SAJA SUDAH BENCANA,APALAGI NAFASMU!!"

"SAYA TIDAK BERHARAP LAHIR TUAN BASKARA!! saya..saya juga tidak berharap lahir di keluarga anda,saya tidak pernah berharap kehadiran saya anda merasa hancur."

"JIKA KAMU SADAR AKAN HAL ITU, BERHENTILAH HIDUP!"

Atlas bangkit mengerahkan seluruh tenaganya, menunjuk kehadapan Baskara dengan beraninya.
"MANUSIA brengsek mana yang berani berucap seperti itu?"

Baskara bangkit,membuat Atlas mundur beberapa langkah,"Manusia brengsek kata mulutmu?hey keringat siapa yang kamu makan selama 16 tahun anak muda?orang mana yang datang ketika kamu berbuat masalah anak muda?"

Atlas dan Semesta-nya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang