15|| Kesalahan

22 5 0
                                    

"Putriku memang membanggakan. Jadi kau yang akan menjadi ballerina utama dalam pentas seni tahunan minggu depan? Ini pertamakalinya keluarga Kaillo mendapat kesempatan untuk menjadi tokoh utama dalam sebuah acara di Akademi Aster" Sang kepala keluarga yang mendengar kabar baik bahwa putrinya akan tampil di acara akademi tak henti-hentinya memuji betapa hebat dan membanggakannya Isabella. Tak seperti biasanya, makan malam kali ini berlangsung dengan penuh suka cita. Bahkan para pelayan yang tengah menyajikan makanan pun ikut tersenyum tipis dibuatnya.

"Kabarnya pentas seni tahunan kali ini akan dihadiri oleh beberapa orang penting dari asosiasi ballet nasional. Akan bagus bila Nona Bella mendapat beberapa tawaran dari mereka" Anne tersenyum, melirik Alice yang terlihat menahan kekesalan. kapan lagi ia bisa membanggakan putri semata wayangnya di hadapan keluarga besar.

Bella tak bisa lagi menahan bibirnya untuk tidak tersenyum lebar. Demi apapun ia merasa senang. Selama ini sang Ibu selalu menekannya untuk berhenti melakukan Ballet, tapi yang terjadi sekarang justru sebaliknya. "Aku tidak akan mengecewakan kalian" ujarnya dengan penuh keyakinan.

"Tentu saja kau tidak boleh mengecewakan kami. Bella sudah berlatih ballet selama 7 tahun. Justru akan mengejutkan bila dia tidak bisa menjadi ballerina utama" cerca sang nenek dengan nada khas sinisnya.

"Sayang sekali hanya kedua orang tua atau wali yang boleh datang. Aku akan merekam pertunjukan Bella agar Ibu mertua dan Anne bisa menontonnya nanti" timpal  Alice dengan ekspresi sedih. Dalam hati ia tersenyum licik. Meski Bella bukanlah anaknya, selama ia masih menjadi nyonya utama di kediaman Kaillo, maka Istri kedua dari suminya itu tak akan pernah bisa mengalahkannya. 

Bukannya merasa marah atau tersingung dengan ucapan Alice, Anne justru tersenyum. Rupanya istri pertama suaminya itu sudah mulai menyulut api. "Anda tidak perlu mencemaskanku kakak, aku akan datang sebagai wali Theo. Kakak bisa memberikan vidio itu khusus untuk ibu mertua"

Dilain sisi Elio yang jengah mendengar percakapan  mengaduk-aduk sup jagungnya. si Sulung Kaillo itu bosan. apakah keluarganya tak bisa makan malam dengan tenang tanpa bersilat lidah? Orang-orang di keluarganya memang aneh, mereka berdebat namun tetap tersenyum manis seraya mengungkap kata-kata sarkas yang telah dibungkus dengan apik. Ia tak cukup bodoh untuk memahami pembicaraan. Sang ibu yang menyulut api, istri kedua yang tak mau kalah, nenek yang memanaskan suasana dan sang ayah yang bersikap seolah tak ada yang terjadi. Ia sudah muak. Kapan keluarga ini normal seperti keluarga pada umumnya?

"Bagaimana denganmu Elio, ayah dengar kau bergabung dalam klub berkuda. Apa kau senang mengikuti kegiatan klub?" kini pertamnyaan sang kepala keluarga beralih pada putra pertamanya.

Suasana ruang makan mendadak hening. Biar bagaimanapun Elio tetaplah tokoh utama di rumah ini. Pemuda yang digadang-gadang menjadi penerus itu kini akan berbicara. Siapa yang tak penasaran?

Elio sedikit terlonjak sebelum akhirnya tersenyum sopan. "Aku menikmatinya, Ayah. Aku sudah mulai berlatih di arena pacu kuda dan akan mengikuti pertandingan bulan depan" jawabnya dengan nada riang. Ah, ia semakin muak jika harus ikut-ikutan memasang topeng seperti ini.

"Bagus sekali putraku. Ayah akan meluangkan waktu untuk menonton pertandinganmu" Henry tersenyum bangga.

Bella menyuapkan sup jangang ke mulutnya. Sepertinya mood sang ayah sedang bagus malam ini. Padahal ayahnya pernah bilang sebelumnya bahwa beliau melepas nama Kaillo dalam nama anak-anaknya hingga lulus dari akademi Aster. Jelas sekali saat itu Sang ayah tengah meragukan kemampuan anak-anaknya. Kenapa sekarang ayahnya justru merasa bangga. Dimana rasa ragu itu? Sejenak nertranya dan Elio saling bersinatap. Mereka saling melemparkan senyum. Senyum permusuhan. Dalam hati Bella tertawa puas. Setidaknya kehadiran Elio membuat rasa was-wasnya menghilang.

CROWN WEARERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang