please vote & comment for appreciation
—and enjoy the story!!!
Minho terbangun diranjang rumah sakit."Awh" erang Minho ketika ia mencoba untuk menggerakkan kakinya, dokter yang sedang megecek pasien disebelah ranjang Minho langsung menoleh.
"Oh sudah bangun, kamu belum boleh menggerakkan kaki mu dulu" perintah sang dokter, kemudian menghampiri Minho setelah selesai memeriksa pasien tersebut.
Minho merilekskan tubuh nya, ia menatap langit-langit ruangan. Sang dokter serta asistennya sibuk memeriksa keadaan Minho.
"Semuanya oke, hanya perlu istirahat lebih. Jangan terlalu banyak menggerakkan kaki mu juga, soal luka di leher oleskan salep ini tiga kali sehari" jelas dokter, lalu menaruh salep dia atas meja kecil di samping kasurnya.
"Kapan aku bisa pulang, dok?"
"Mungkin sekitar satu minggu karena hanya terkilir, tapi kami akan memantau perkembangan nya terlebih dahulu"
Minho mengangguk "terima kasih"
Minho menghembuskan nafasnya pasrah, yang benar saja dia harus menginap. Ia yakin uang nya tidak akan cukup untuk rawat inap.
"Permisi" seorang suster masuk dengan troli makanan, Minho tersenyum, bukan pada suster tapi pada Han yang berjalan dibelakang nya.
Setelah makan siang nya sudah ditaruh diatas meja, sang suster pergi dan menutup tirai yang dapat menghubungkan antara kasur yang satu pada yang lainnya.
Han berdiam diri membelakangi jendela dengan tirai yang masih terbuka, ia menutupnya.
"Silau banget" ucapnya "lu gak bosen apa masuk rumah sakit mulu" lanjutnya.
"Melulu gimana, baru juga dua kali" balas Minho yang berusaha merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.
"Lu yang nganterin gue ke rumah sakit?" tanya Minho yang dibalas dengan anggukan kecil, Han duduk dipinggiran kasur sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Kenapa lu gak lawan mereka?" tanya Han tanpa melakukan kontak mata pada Minho. "Percuma, tenaga mereka lebih kuat dari gue" balas nya.
Han menghembuskan nafasnya kasar, "padahal gue mau ngajakin lu ke tempat favorit gue, tapi lu malah dihajar lagi" ucapnya, sembari menatap Minho yang sedang menyantap makan siang nya.
"Kemana?"
"Ke tempat yang selalu lu harapin" setelahnya Han langsung pergi meninggalkan Minho dengan pikiran yang masih bertanya-tanya.
"Alam baka?"
゚+*:ꔫ:*﹤happiness﹥*:ꔫ:*+゚
"Ternyata kau sembuh lebih cepat dari perkiraan, hari ini boleh pulang, tapi jangan dipakai untuk berlari dulu dan jalan dengan hati-hati. Jangan sampai terkilir lagi" pesan dokter, Minho mengangguk paham.
Ia merapihkan beberapa barangnya kedalam tas dan merapihkan tempat tidurnya juga, ia menggunakan seragam sekolah nya lagi. Setelah semua selesai Minho keluar dari ruangannya.
"Permisi! Persmisi!" teriak dokter yang tadinya menangani kaki Minho, ia sibuk mendorong kasur dengan beberapa suster? yang ikut membantu.
Mereka melewati Minho.
Deg!
Minho dengan jelas dapat melihat siapa yang terbaring diatas kasur tersebut. Ia berlumuran darah.
Tanpa sadar kakinya mengikuti arah mereka pergi, hingga akhirnya kakinya berhenti didepan ruang operasi yang sudah tertutup rapat, lampu diatas pintu menyala merah.
"Sky..." Minho menunduk, mengepalkan kedua tangannya, berdoa untuk keselamatan Sky.
Langkah seseorang terdengar mendekat kearahnya, Minho menoleh kebelakang.
"Han?"
"Gue tadi keruangan lu, gue kira udah balik duluan, ternyata ada disini"
Minho mengangguk, tatapannya terlihat gusar "ayo pulang" ajak Minho. Han menahan tangan nya yang sudah berjalan beberapa langkah.
"Siapa?" Tanya Han. Minho menggeleng, ia memaksa melepaskan tangan Han yang menahannya.
Han berjalan dibelakang Minho, ia merasakan aura kesedihan yang sangat amat menyelimutinya. Punggung Minho bergetar, kemudian Han langsung merangkul Minho.
Dia— menangis.
Han mengusap pundak Minho, membiarkan sang empu menangis hingga dirinya merasa lega. Ia tidak akan bertanya 'kenapa?' untuk kali ini.
Mereka berjalan tanpa arah, hingga akhirnya berhenti di taman yang luas namun sepi akan pengunjung. Mereka duduk di salah satu bangku yang tersedia disana.
"Dulu, pas gue masih kecil. Ibu sering ngajak main kesini, gak banyak yang berubah"
"Minho" panggil Han yang duduk disebelahnya. Minho mengalihkan perhatiannya yang kini saling bertatapan pada Han.
"Gue pernah bilang, gue mau ngajakin ke suatu tempat. Lu mau ikut?" tanya Han sembari menjulurkan tangannya.
"Gue yakin lu suka sama tempatnya" lanjutnya.
Minho menerima juluran tangan Han "ayo" jawabnya sembari tersenyum dengan mata yang sedikit sembab.
"Tutup mata lu" titah Han yang sudah menutup matanya, Minho mengikutinya. Han masih menggenggam tangan Minho, semakin lama genggaman diantara mereka semakin kuat.
Secara perlahan sebuah cahaya terang keluar dari tangan mereka.
Splash!
Angin kencang menerjang mereka, namun hanya sesaat. "Buka matanya, kita udah nyampe" ucap Han, Minho mulai membuka matanya perlahan.
Cahaya bulan menyambut netra coklat di antara keduanya, masih ditempat yang sama namun diwaktu yang berbeda. Minho melihat kesekitar, kunang-kunang berterbangan secara berkelompok.
Ia tersenyum simpul.
"Han?" Panggil seseorang dari belakang, yang dipanggil menoleh. "Chan!" teriak Han yang langsung menerjang Chan dengan pelukan hangat.
Pria yang dipanggil Chan itu memukul pelan kepala Han, "kelamaan di bumi, jadi gak ada sopan santunnya ni anak"
Minho yang melihat itu hanya tersenyum, Chan yang melihat Minho sedang memperhatikan mereka segera melepaskan pelukannya.
"Chan" ucap dengan nada hangat, ia menjulurkan tangannya. Minho berdiri dan menerima juluran tangan itu "Minho"
"Gue liat-liat muka lu makin tua aja ya" ucap Han dengan nada yang meledek, yang diledek menjitak jidat Han.
"Satu tahun nya di bumi tuh tiga tahun nya disini!" ketus Chan yang tidak terima dengan ucapan Han.
Minho yang mendengar ucapan Chan itu mengangkat sebelah alisnya. Han dan Chan yang sudah pasti tau Minho kebingungan langsung menimpali.
"Multiverse is exist"
—siapa disini yang percaya dunia paralel cung? aku si iya, wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS, Lee Know
Fanfictionsemua yang terjadi itu tidak nyata, baik hari ini, esok dan seterusnya hanyalah sebuah delusi belaka yang ia buat. cast: stray kids ©️ marslightO, 2022.