Bas terlonjak kaget, kalimat yang keluar dari mulut Job terasa seperti cambukan baginya. Sukses menciptakan kepedihan mendalam di relung hatinya. Pemuda berponi itu langsung terperanjat, Bas mulai merubah posisi.
Sementara Job masih terisak saat kemudian wajah Bas sekarang jadi jauh berada di atas pengelihatannya.
"Jangan bercanda phi, kau sedang mabuk kan? Jadi tenang saja. Itu bukan masalah besar, aku akan melupakannya. Tapi kumohon, jangan tinggalkan aku. Aku mohon." Bas mulai bersimpuh, ia menaruh setengah tubuhnya berada di bahu lawan bicaranya. Membuat Job hanya bisa melihat juntaian rambut Bas saja.
"Aku tidak bercanda, dan aku tidak mabuk. Bas ayolah jangan membuat semuanya makin rumit. Aku bisa melihatmu menatap waswas padaku, aku tahu bahwa kau sangat ketakutan."
Itu benar, Bas tidak bisa mengelak. Tadi dirinya sangat ketakutan. Segala hal yang dilakukan oleh Job tiba-tiba berubah menjadi ancaman baginya. Lalu apa yang harus Bas lakukan sekarang? Sungguh ia sangat menyesal atas segala perbuatan yang sudah ia lakukan. Kalau bisa menebusnya dengan nyawa, Bas bahkan bersedia jika itu bisa mengembalikan rasa percaya Job padanya.
"Jangan tinggalkan aku, phi."
"Bas hentikan, ayo kita tidur saja. Ini sangat melelahkan. Aku akan tidur disofa," Ujar Job lemas, ia memohon agar Bas segera mengakhiri segala drama ini. Semua sudah berakhir.
"Baiklah, aku akan mengizinkanmu melakukannya."
"Melakukan apa?" Job bingung.
"Seks, ayo kita lakukan."
Job bangun dan memalingkan wajahnya, "Kau pikir ini hanya tentang seks, hah?"
"Bukankah kau melakukan itu karena kau sedang berhasrat? Ayo kita lakukan, aku bersedia. Tapi kumohon jangan tinggalkan aku. Aku mohon."
"Hentikan Bas ! Aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. "
Job agak kesal dengan sikap kekanakan Bas, meskipun pada dasarnya ia juga memahami bahwa apa yang Bas lakukan adalah bentuk kecemasan berlebih. Bas sangat takut kehilangan Job. Tapi bukan berarti pemuda itu bisa membujuk Job dengan cara picisan seperti ini.
Baru saja Job akan berdiri, dan pergi ke ruang tamu. Tubuhnya di dorong oleh Bas, sosok itu memojokkan Job agar tak bisa pergi kemanapun.
Bas tiba-tiba saja membuka kausnya, ia melemparkannya kesembarang arah. Pemuda itu lantas mencium Job yang masih memintanya menghentikan perdebatan ini.
"Bas... ehmmm, hentikan. Aku tak ingin menyakitimu Bas."
Job seperti sedang berkumur, suaranya terpendam karena bibir Bas yang sibuk menyerangnya. Bahkan Job tak berkutik saat bibir Bas yang manis menjilat darah di bibirnya yang mulai mengering. Antara perih dan nikmat.
Dalam hati Job merasa bahwa malam ini sangat panjang, mereka berkubang dalam perdebatan yang menyakitkan, lalu satu demi satu fakta mulai terkuak, sikap tak terpujinya pada Bas adalah puncak dari kegagalannya menjaga kekasihnya itu. Lalu sekarang ia harus rela mendapati orang paling dicintainya sedang menyerahkan tubuh sebagai jaminan menolak perpisahan.
Jika memang ini semua adalah sebuah naskah series melodrama, maka Job bersumpah akan mengutuk siapapun penulis naskah yang menggarapnya. Demi Tuhan, ini malam yang sangat aneh dan menyakitkan.
Yang lebih ironis sebenarnya terletak pada bagian dimana Job tak bisa menolak ciuman Bas. Itu terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Job tidak munafik.
Bas naik keatas tubuh Job yang terlentang, sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Job. Bas mencium Job tanpa mau peduli bahwa bekas gigitannya di bibir Job mulai kembali meneteskan darah segar. Bau amis darah bisa sedikit ia rasakan. Tapi ia tak peduli. Bas akan membuat Job luluh dan membatalkan keputusannya.
Ciuman itu berubah menjadi semakin panas, Bas terus berusaha memasukan lidahnya untuk bermain dengan lidah Job. Hingga akhirnya lidah mereka bertemu dan saling bertaut. Job menghisapnya dengan lembut, ia menyusuri setiap senti dari mulut Bas.
Napas mereka semakin berat. Tubuh Bas bahkan sudah menggeliat, ia mulai bergerak liar diatas inti Job yang mulai mengeras. Meski Job masih mengenakan celana, tetapi Bas sudah merasakan kenikmatan.
Ciuman Bas mulai turun, ia menyusuri leher Job yang jenjang, transit terlebih dahulu dibagian jakun Job, dengan lembut Bas memainkan bibirnya untuk menggoda jakun Job yang naik turun. Membuat Job tak kuasa untuk tidak mengerang.
Ketika Bas menjilati bagian puting Job yang mengeras, giliran Job yang mulai menggeliat, pemuda itu sudah tak tahan lagi.
Job melakukan manuver, ia membuat Bas berada dibawahnya dalam sekejap mata. Dicumbuinya lagi bibir Bas yang nikmat. Kali ini Job sambil berusaha membuka celana yang mengekang beserta dalamannya.
Job turun menyusuri tubuh Bas yang sempurna. Persis seperti adegan sebelumnya. Namun, kali ini ia melakukannya dengan lemah lembut dan intens.
"Ahh," Bas mendesah menahan rasa geli dibagian dadanya. "Phi Job, aku sudah tak tahan."
Mendengar itu, Job bergegas membuka celana Bas dan bermain sejenak dengan inti milik Bas sampai setidaknya bisa membuat Bas melenguh panjang.
Adegan seksual mereka berlangsung lama dan sensual. Mirip dengan malam pertama mereka melakukan seks dulu. Indah, menegangkan, nikmat, dan bahagia.
Setelah melakukan banyak teknik. Bas dan Job secara bersamaan mendekati puncak kenikmatan. Keduanya bukan lagi mendesah, melainkan saling mengerang dengan Job yang semakin mempercepat tempo gerakannya didalam tubuh Bas. Sambil tak lupa memberikan sentuhan luar biasa pada inti milik Bas yang semakin besar dan keras.
Pada ritme kesekian, pikiran Job menjadi kosong, tubuhnya seolah jutaan kali lipat lebih ringan. Ia lantas mengeluarkan inti tubuhnya sebelum menyatukannya dengan milik Bas dan mengocoknya secara bersamaan.
Ada denyutan nikmat menyerang inti tubuh keduanya. Bas yang dalam posisi mengangkang mulai berseru tak jelas. Memanggil nama Job dengan begitu seksi sehingga rasanya nyaris membuat Job kehilangan kewarasan.
Seolah ada sengatan hebat diantara pangkal pinggul Job, kini area perutnya terasa kesemutan.
"Aaaah, Bas ~~~ shiaaa Bas "
Job selesai, ia mencapai kenikmatan. Sementara Bas dapat merasakan tubuhnya bergetar hebat. Ia juga selesai.
Bas menatap Job dalam. Ada perasaan lega disana. Tetapi pemuda itu tak tahu apa yang sebenarnya sedang Job pikirkan dalam otaknya.
Job tumbang diatas tubuh Bas yang berbau harum bahkan saat berkeringat seperti ini, ia sangat puas. Tetapi kepuasannya atas tubuh Bas bukanlah jawaban atas keputusannya berpisah dengan Bas.
Dalam hati Job bergumam, maafkan aku Bas ini adalah seks terakhir kita berdua. Aku akan tetap melepaskanmu. Aku lebih baik sengsara oleh perpisahan daripada bahagia bersamamu dalam kepalsuan tak berujung. Aku tak mau melukaimu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Impostor
RomanceBerawal dari ruang casting, Bas tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada rekan kerjanya sendiri. Tapi sayang, dia dan Job harus bermain petak umpet dengan para penggemar. Beginilah Insdustri Boyslove. Tidak pernah ada yang tahu pasti mana pasang...