Yang Rumit Itu Rasa, Bukan Karsa ; (Terakhir )

384 37 0
                                    

Mengabsen deretan menu, mengupas ini dan itu, terakhir tinggal menyaksikan kakak perempuan Bas mengolahnya untuk bisa disajikan sebagai menu makan sore menjelang malam.

Situasi agak hening, saat dua  perempuan itu sibuk memasak. Bas duduk diam diruang tamu, karena sejujurnya situasi ini agak diluar nalar, Fah yang tiba-tiba datang ke rumahnya, lalu secara acak berkata lapar dan berakhir memasak bersama kakak perempuannya. Maka yasudah, Bas memilih untuk sibuk memikirkan tentang bagaimana dirinya harus bertindak.

Kini media sosialnya penuh oleh pesan berisi sumpah serapah, komentar yang melibatkan orientasi seksualnya, juga beberapa kalimat yang bersifat mengejek. Sejujurnya ini cukup membuat dadanya sakit.

Seperti delusi, tak lama Bas mendengar ada suara yang sangat familiar. Itu suara Aioon. Bas dengan poni mangkuk itu kemudian bergegas keluar mencari sumber suara.

Ternyata Bas menemukan suara itu berasal dari balik tembok yang membatasi rumahnya dan Aioon. Ya, rumah mereka memang saling bersisian. Bas bisa melihat setengah tubuh Aioon menyembul dari baliknya. Sialan, mengagetkan saja. Katanya.

Aioon hanya mengenakan kaus kutang dan celana pendek. Sebenarnya itu cukup memesona, Bas paling tidak tahan dengan penampilan Aioon yang seperti itu, rasanya terlampau memesona.

Ohya, jangan lupakan bagaimana awal mula Bas bisa jatuh cinta pada Aioon. Pandangan pertama, lelaki itu hanya mengenakan setelan serupa, menggenjreng gitar kesayangannya, merokok dan menenggak segelas bir. Astaga, menggetarkan hati. Kenang Bas.

Tapi kali ini tak sama. Aioon hanyalah sebuah ancaman bagi Bas. Tak peduli apapun yang dikenakannya. Sosok itu telah berubah dimata sang pujaannya.

Entahlah, bagaimanapun Bas tak terlalu menyukai Aioon lagi sejak kejadian terakhir, apalagi bukti bahwa sekarang sosok itu berani menyebarkan video yang selama ini menghantui malam-malamnya. Kalau sudah begitu, apalagi yang musti dipertahankan.

“Ayo kita bicara, ini mendesak.” Masih dalam posisi berdiri diantara batas tembok pagar, Aioon berusaha membujuk Bas yang sebentar lagi hendak meninggalkannya.

“Bajingan, berhenti menggangguku. Urus saja semua masalah yang sudah kau lakukan, jangan berani menginjakkan kaki di rumahku,  mengerti?”

Itu adalah pertama kalinya Aioon mendengarkan Bas berkata kasar kepadanya. Tidak terlalu buruk, pikirnya. Malahan, Aioon merasa Bas jadi imut kalau sedang marah-marah.

Setelahnya terjadi birokrasi yang cukup alot, meski tak menggunakan nada tinggi dan sebagainya. Tetapi siapapun pasti menyadari bahwa situasi tersebut adalah keributan serius.

Pada akhirnya, Bas pergi meninggalkan Aioon yang mulai memerah karena marah. Si tempramental itu lantas bergegas berlari kecil, hendak menyusul Bas ke dalam rumah.

Satu gerbang utama sudah berhasil Aioon bobol. Ia kemudian merangsak pintu rumah Bas tanpa permisi. Dan itu jelas-jelas membuat sang empunya terkejut, panik, serta marah bukan main. Ancamannya ternyata hanya dianggap angin lalu bagi Aioon.

Tanpa una-inu, Bas langsung menggenggam tangan Aioon dan menyeretnya menuju kamar yang tak jauh dari kawasan ruang tamu. Agak sulit memang menyeret badan lelaki sekuat Aioon, tapi pada kesempatan kali ini, dibantu oleh amarah, pemuda itu berhasil menyeretnya masuk tanpa sempat menutup pintu.

“Apa kau gila?!” Bas setengah berteriak. Ia berharap kakak perempuannya dan Fah tak mendengar suaranya, biarkan kesibukan didapur mengungkung mereka berdua.

“Kalau begitu, kau jelaskan. Gadis jalang itu pacarmu?"

“Bukan, lagipula dia pacarku atau bukan, apa urusannya denganmu?”

Pasangan Impostor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang