Hari berlalu seperti biasa, Job dan Bas sejak kepergian Nodt terlihat mulai kembali akrab. Selain menghabiskan waktu dengan menjadi roomate, keduanya kini juga sering makan di restoran lantai bawah bersama, lengkap duduk dikursi secara rangkap.
Sebagai teman, meski masih menyimpan rasa. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk memperbaiki hubungan selama sisa kemah selesai.
Yang satu, masih berharap kembali untuk hubungan selayaknya dulu. Tetapi yang lain menganggap, ide tersebut jelas saja belum tepat jika dilakoni.
Masih ada hati yang musti dipertaruhkan, pikir Bas.
Hari terakhir latihan, sebelum bergegas ke Impact Arena. Semua aktor melakukan pertemuan terakhir, untuk membahas kesiapan baik secara mental maupun sistem. Ada banyak wejangan yang Pond berikan didepan layar proyektor.
Banyak hal yang pria bermasker itu wanti-wanti, diantaranya masalah teknis, dan sisanya semacam petuah tentang usaha menanam rasa percaya diri pada diri setiap aktor.
Saat mereka berdiskusi, fokus lensa Bas tertuju pada sebuah artikel yang ditampilkan pada layar.
Satu dari sekian yang Pond bahas adalah sebuah judul tentang World Tour Press bulan kemarin, tujuannya sebagai catatan bahwa ternyata ada loh media yang setia menyoroti kegiatan perusahaan mereka.
Rupanya hal itu lumayan memberi dampak terhadap pasar lokal dan Internasional.
Sebagai tipe yang detail, Bas tak sengaja membaca nama sang Jurnalis. Iyasih, boleh jadi pemilik nama itu tersebar hampir di seantero Thailand. Namun rasanya, memori Bas langsung mengingat satu sosok. Entah kebetulan atau bagaimana. Tapi nama itu, Bas jelas mengenalnya.
Fah Youngwaree anilbol.
Tersadar dari lamunan perkara sebuah nama. Bas dikejutkan dengan sikutan Job yang duduk disampingnnya. “Ayo kita makan kebawah,” Ungkapnya Persuasif.
Ternyata Bas lumayan Intens dengan lamunan hingga membuatnya tak menyadari, bahwa pertemuan sudah berakhir.
Bas mengangguk, ia lalu mengekor si yang lebih jangkung dibelakang.
Aku jelas tahu siapa Fah Youngwaree. Oh, akhirnya gadis itu tumbuh menjadi sosok yang keren dan semakin menawan.
Demikian ungkapan hati Bas.
Bas tersenyum, namun ini bukan sebuah hal yang harus ia apresiasi. Fah adalah bagian dari masa lalunya yang buruk. Entah sekarang masih sama atau justru bisa jadi lebih baik kedepannya. Pemuda itu buta mengenai apa yang akan terjadi. Tapi setidaknya, rasa bangga tersemat tulus diantara kecemasan.
Walaupun berkutat di Industri yang sama, semoga Bas dan Fah tak saling bertatap muka lagi. Jika itu terjadi, demi Tuhan Bas akan kembali merasa berdosa padanya.
Para aktor akhirnya melenggang pergi, menuju restoran untuk makan siang. Bas masih dengan pikirannya yang carut marut. Sementara Job hanya diam, yang penting ia sadar bahwa Bas masih mengekor dibelakang.
Bas hanya mengambil dua potong steak, semangkuk sup jagung, somtam, ayam goreng, dan udang mentega. Ia merasa kurang berselera makan.
Ada perasaan gugup bertengger disetiap pikiran aktor, diam-diam mereka takut akan melakukan kesalahan saat konser nanti. Tapi mereka hanya bisa diam, tak ingin saling menebar keresahan.
Job menunggui Bas selesai dengan piring-piringnya. Tak berselera makan katanya?
"Selamat siang, Phi Bas " Suara itu lembut, datang dari gadis yang muncul disekitar Bas yang duduk dalam area restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Impostor
RomanceBerawal dari ruang casting, Bas tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada rekan kerjanya sendiri. Tapi sayang, dia dan Job harus bermain petak umpet dengan para penggemar. Beginilah Insdustri Boyslove. Tidak pernah ada yang tahu pasti mana pasang...