⚠️Trigger Warning ⚠️
Semua narasi dalam bab ini murni hanya imajinasi penulis. Adegan kekerasan dan seksual tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata Bas dan Job. Semua hanya fiksi. Takut kalian baper guys jadi jangan nganggap ini beneran ya. Hehe
***
Dalam kegelapan malam, Bas berbaring tertelentang menatap langit-langit kamarnya. Suasana hening memeluk erat Bas yang hanya terdiam bersama pikirannya yang kacau.
Pemuda itu bahkan sengaja mematikan lampu utama, sehingga membuat kamarnya jadi temaram karena hanya punya sumber cahaya dari lampu meja saja.
Sekarang pukul satu malam, tapi Bas sama sekali belum bisa tidur dan menyelesaikan rasa sesal dalam hatinya. Seperti kata orang, hal yang tidak bisa dihindari setiap manusia dimuka bumi ini adalah penyesalan. Satu kata keramat yang selalu menjadi bagian dari takdir manusia. Dan entah kenapa Bas selalu terjerat diantara penyesalan yang tak berujung, kini ia mulai setuju dengan pernyataan tersebut. Karena memang sejak remaja, Bas seringkali terjebak penyesalan yang lahir dari segala keputusan dan pilihan dalam hidupnya.
Berbicara tentang penyesalan, kalau tak salah ingat. Semasa kuliah Bas pernah belajar tentang sebuah istilah yakni self awareness, merupakan sebuah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perasaan, pikiran, dan tindakan diri sendiri. Ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri secara jelas dan objektif melalui refleksi dan proses introspeksi.
Sayangnya Bas tak pernah bisa memahami secara penuh mengapa ia bisa jadi sepengecut tadi. Apakah ada yang salah dengan self awareness-nya?
Bas menghela napas panjang, ia berguling ke arah kiri, menghela napas, berguling lagi ke arah kanan, menghela napas lagi. Begitu seterusnya. Kentara penuh kegetiran.
Tadi, saat Job melontarkan pertanyaan tentang apakah dirinya menyukai Nodt atau tidak? Semua sel dalam otaknya sudah menyiapkan jawaban. Tetapi hati nurani justru memaksa Bas untuk menimang jawaban yang akan ia berikan.
Mulutnya seolah terkunci, Bas terlalu sakit hati sudah dituduh demikian. Usahanya untuk membela diri malah gagal ketika kemudian, Bas menyadari perasaan sesungguhnya untuk Nodt.
Iya, Job tidak pernah salah paham tentang Bas dan Nodt. Tidak bisa dipungkiri bahwa meski tak sebesar rasa sukanya pada Job, Bas diam-diam mengakui kalau ia juga menaruh rasa kepada Nodt. Walaupun tak bisa dijelaskan kapan dan bagaimana. Mungkin Itulah yang membuat Bas jadi tak berkutik dihadapan Job.
Sebenarnya, Bas sudah sejak lama mengakui perasaannya untuk Nodt, maka jelas ia juga selalu berusaha menepis perasaannya tersebut. Semisal dengan menghindari untuk berkomunikasi intens dengan Nodt, atau berada dalam jarak terlalu dekat, pokoknya apapun yang bisa membuat perasaan Bas berkembang.
Namun, saat semuanya mulai terendus oleh Job. Bas jadi bingung harus bagaimana, egonya terlalu tinggi untuk mengaku salah. Bahkan saat suatu hari Bas ingin membicarakan tentang ini, ia malah selalu ingin memberikan pembelaan terhadap tindakannya tersebut, alam bawah sadar Bas selalu berkata bahwa apa yang ia rasakan terhadap Nodt, merupakan bentuk kesalahan Job juga.
Andai saja Job tidak sibuk dan melupakan eksistensinya, tentu Bas tak akan membiarkan Nodt memasuki celah hatinya, bukan?
Bas mengacak rambutnya kesal. Ternyata setelah berjam-jam intropeksi diri, ia hanya sampai pada kesimpulan yang bodoh. Semua ini bisa terjadi, karena sikap pengecutnya sendiri. Bas salah, tapi tetap mencari pembelaan. Lihatlah betapa pengecutnya ia.
Ohya, mengapa Bas tak memegang ponselnya seperti biasa? Jawabannya adalah karena itu bukan prioritas utamanya sekarang.
Lagipula Bas sejak tiga jam lalu tak bisa menghubungi Job. Setelah itu, ia bahkan mencoba menghubungi kakak perempuan Job. Namun katanya Job juga belum pulang. Jadi ia membiarkan ponselnya bergeming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Impostor
RomanceBerawal dari ruang casting, Bas tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada rekan kerjanya sendiri. Tapi sayang, dia dan Job harus bermain petak umpet dengan para penggemar. Beginilah Insdustri Boyslove. Tidak pernah ada yang tahu pasti mana pasang...