Malam Natal

202 10 0
                                    

"Sayang, bagaimana ini. Aku sangat gugup. Aku tidak bisa mengendalikan diriku." Suara itu parau, ada nada yang terkesan putus asa. Tangan pemuda itu gemetar bukan main.

Wajahnya pucat pasi. Sementara lawan bicaranya, hanya terdiam tanpa banyak bertindak. Ia hanya fokus pada jalanan dihadapannya.

Sepertinya seseorang perlu memberikan nominasi pada Bas. Mungkin yang paling cocok, adalah aktor utama terbaik tahun ini. Sebab lihatlah bagaimana cara pemuda itu menenangkan kekasihnya.

Padahal meski dibalik kemudinya, ia nampak berlagak tenang, berkata bijak, bilang bahwa semua akan baik-baik saja, lalu menggenggam erat tangan Job dengan tangannya yang lembut.

Namun sesungguhnya, kentara sekali tangannya juga tak jauh beda dengan Job , gemetar, peluhnya sejak tadi jatuh bergiliran.

Ini jelas sesuatu yang besar bagi progres hubungan mereka. Paling sulit dihadapi. Orang tua mana yang akan mau menerima tanpa syarat kisah cinta anomali anaknya?

Tak lama, mereka akhirnya tiba dikediaman Job. Dengan perasaan canggung awalnya.

Sepasang netra sudah menyambut mereka dengan tanpa harap, itulah yang ada dalam benak Bas. Atau mungkin hanya perasaannya saja?

Bas menyapa kedua orang tua Job dengan sopan. la memberikan wai, menanyakan kabar mereka hari ini. Ibu Job menyambut dengan balasan manis, setidaknya membuat Bas sedikit lega. Ada satu pihak yang masih menyambutnya.

Entah kenapa ini lebih menegangkan dari ketika dirinya harus berbicara dengan ratusan audiens asing.

Butuh waktu cukup lama, untuk mengusir kecanggungan diantara Bas dan Ayah Job.

Untung saja Ibu Job melakukan tugasnya dengan baik. Menyambut Bas dengan ramah, merawatnya sama seperti aktor lain di perusahaan. Tidak, sebentar. Job tiba-tiba menatap nyalang ke arah Ibunya.

Kenapa Ibunya memperlakukan Bas seperti calon menantu seperti itu? Kecurigaan menguar dari Job. la tak pernah sekalipun melihat ibunya menyambut orang asing, sebaik menyambut Bas saat ini.

Contoh paling dekat, adalah Sean sahabat karib Job selama bertahun-tahun, pemuda itu selalu dibiarkan begitu saja saat berkunjung ke rumah. Tak ada yang spesial. Job berulangkali melayangkan tatapan protes, katanya mereka tak merestui? Buktinya mana? Ibu Job sekali lagi, terlihat sangat antusias menyambut pemuda berparas menggemaskan itu.

Dengan perasaan ragu awalnya, Bas mulai mengeratkan niatnya yang tulus, setidaknya jika orang tua Job tidak menganggapnya, saat ini ia masih punya Nong Cerry sebagai pelarian.

Makan malam yang canggung, Bas terus mencubit kecil bagian celananya yang berada di dengkul. Gugup terus melanda. Job menyadari itu, tapi ia juga tak bisa melakukan apapun karena berada dalam situasi serupa.

Tidak ada obrolan apapun setelahnya, mereka hanya melakukan hal-hal menyenangkan untuk menikmati pesta malam natal.

Hingga kemudian, terjadi sebuah percakapan yang demi Tuhan,  membuat Job ingin menangis. Itu terjadi nanti, setelah makan malam selesai beberapa jam setekahnya. Ohya, jangan lupakan Bas, bahkan pemuda itu menangis lebih tersedu-sedu. Nanti akan diceritakan kenapa air mata Job bisa mengalir deras.

Setelah acara malam natal selesai. Job dan Bas kembali ke kamar, mereka merasakan getaran yang sama. Rasa kecewa yang melumer, meluber kemana-mana. Membuat keduanya, sepakat untuk menunda pembicaraan tentang hubungan diantara keduanya.  Mereka tidak ingin sama sekali merusak nuansa natal yang khidmat. Menjadikan suasana jadi kaku dan malah mencekam.

Malam sudah semakin larut, Job belum bisa tidur malam ini, perutnya sedikit sakit, mungkin akibat makan makanan hari raya dibawah tekanan yang sangat berat. Sepanjang makan malam tadi, Ayah Job sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Jangankan kata, suara saja, sama sekali tidak ada.

Pasangan Impostor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang