Yang Rumit Itu Rasa, Bukan Karsa ; (Bagian Dua)

380 34 4
                                    

Kalau saja alat pendeteksi detak jantung dipasang pada tubuh Fah, boleh jadi saat ini alatnya menunjukan indikasi tenang, alias monitor mengisyaratkan jantungnya berhenti berdenyut.

Fah kehilangan akal, bibir pemuda yang sangat disukainya sedang menempel pada miliknya. Sial, sulit bernapas.

Situasi itu serba canggung, untung hanya acara privat. Meski ada beberapa orang yang merekam adegan, tapi Fah berharap adegan tersebut takkan bocor kemana-mana.

Ah, sudahlah jangan pikirkan sebab-akibatnya terlebih dulu. Coba pikirkan jantung Fah yang hendak copot !

Debaran jantung yang tak berirama, memang sih itu bukanlah sebuah lumatan sensual.  Namun anehnya Fah mabuk oleh rasa manis dan nyaman yang Bas tempelkan bersama dengan bibirnya yang ranum dan mengkilat.

Semesta selalu punya rahasia, disaat yang lain sibuk bersorak-sorai. Hanya Aioon yang diam memandangi dengan sorot mata yang menggebu. Itu bukan amarah biasa, melainkan semacam amarah hasil kelahiran dari benih kecewa.

Lihat saja, katanya. Esok lusa akan kuberikan hadiah untukmu. Gadis jalang. Cerca Aioon dalam hati. Pipinya merah padam, tangannya mengepal memperlihatkan garis urat-urat maskulinnya, ia memilih meninggalkan Fah dan Bas yang masih bertukar ciuman.

***

Keesokan harinya, berita panas mulai menyebar secara merata. Dari fakultas satu, ke yang lain, dan seterusnya hingga boleh jadi hampir tak ada yang tidak mengetahui perkara semalam. Fah merah merona begitu melihat potret dirinya tersebar diinternet.

Fah tahu persis bahwa sebenarnya ini bukan awal yang baik baginya. Ia tahu kalau Bas sedang mabuk, kesadaran yang hilang membuat pemuda itu nekad menciumnya.  Yang tidak Fah ketahui adalah ternyata tingkah laku Aioon benar-benar akurat seperti yang sempat Bas ceritakan padanya. Pria itu amat licik, penuh tipu daya, dan selalu menempuh jalan yang menurutnya instan tanpa memikirkan dampak panjang kepada semua orang yang terlibat.

Tepat pada saat foto Fah dan Bas beredar, beberapa jam kemudian sebuah video resolusi cukup rendah juga ikut tersebar. Memperlihatkan sosok Bas dan seorang pemuda lain tengah berciuman. Berbeda dengan milik Fah, versi Bas dan  pemuda asing lain itu agak sedikit panas.

Meski resolusinya rendah, namun siapapun tentu mengetahui kalau keduanya sedang terbakar birahi. Entah Bas maupun lawannya, mereka sama-sama terpukau oleh aroma dan rasa masing-masing.

Lawan bercumbu Bas adalah Aioon.

Tak lama kemudian, Fah semakin banyak menemukan komentar jahat untuknya. Entah tentang  ia dibilang pembohong, atau sekadar dianggap pelampiasan seksual semata. Bahkan pada akhirnya ada asumsi yang condong merugikannya sebagai perempuan.

Ada rasa cemas menjerat Fah, bukan tentang dirinya sendiri. Ah, rasanya ia bahkan tak peduli orang mau berkata apa. Rasa cemas itu bukan tentangnya,  melainkan tiba-tiba saja banyak pertanyaan berkelibat tentang apakah Bas baik-baik saja setelah semua ini?

Sementara itu, didalam kamarnya Bas baru saja bangun dan meneguk air mineral, rasa haus membangunkannya.  Dalam kamar,  Bas yang baru sepenuhnya sadar terlihat sangat terkejut dengan apa yang dirinya saksikan dilayar ponsel. Apa ini? Ah, sialan ! Mengapa ia mencium Fah? Bagaimana ini?!

Mati saja, Bas ! Demi Tuhan kau memang bodoh.

Dharma... !
Ah, ya. Mungkin Bas  lupa melakukan ibadah minggu kemarin, hingga kemudian ia berpikir, apa gara-gara itu akhirnya ia terkena sial ?

Ini jelas kesialan beruntun dalam hidup Bas. Bagaimana Bas musti menjelaskan pada semua orang bahwa dirinya tak sengaja mencium Fah? Atau bagaimana menjelaskan tentang videonya bersama Aioon? Ini gila, Bas mengacak rambutnya frustasi.

Pasangan Impostor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang