Ice Cream

420 18 2
                                    

6 Bulan Kemudian.

Seharian ini Bas berada di luar, pekerjaan sangat menumpuk seiring dengan perombakan menejemen kantor. Mungkin bisa dibilang ini hanya perkara tanda tangan kontrak yang menjerat. Tetapi ada banyak masalah yang sebenarnya terjadi belakangan ini. Mau tak mau, Bas harus terjun langsung kesana.

Namun Bas berusaha bertanggung jawab dengan pekerjaannya meskipun rasanya sekujur tubuh hampir patah. Tahun sudah berganti, setidaknya bulan keenam di tahun ini, Bas harus lebih produktif.

Malamnya, setibanya Bas di unit apartemen. Job yang sudah sejak siang menanti kedatangan Bas, langsung sumringah begitu pintu terbuka. 

Katanya hari ini yang lebih tua akan mengajak si pacar kesayangan pergi berkendara malam, bisa berbelanja tanaman baru, atau hanya melihat-lihat tepian sungai.  Jantungnya berdebar-debar, persis balita yang sebentar lagi akan mengunjungi taman bermain. Astaga, Job hanya punya fisik raksasa, tidak dengan jiwanya. Suara bathin Bas berseru gemas.

Suara dehaman Bas, membuat Job tak sabaran hendak mengintip siapa pelakunya dibalik pintu kamar. Meskipun sebenarnya ia juga sudah tahu jawabannya.

"Sayang!" Seru Job bahagia, ia nampak begitu bersemangat melihat kehadiran pacar kesayangannya. Sementara itu, seperti biasa Bas hanya melempar senyum dan menjawat tubuh kekar Job yang menghambur ke arahnya, minta dipeluk. Saat ini, energi Bas sebenarnya nyaris habis. Tapi begitu mendapatkan pelukan dari Job, pemuda itu seolah kembali menemukan semangat dalam dirinya. 

Aroma maskulin Bas langsung menyeruak, memenuhi rongga pernapasan milik Job. Amat memabukan, aroma yang sangat Job cintai sekaligus takuti.

"Phi, lama nunggu?"

"Tidak, hanya sedikit lebih lama dari dugaan."

"Ohya, malam ini jadi pergi, kan?"

"Toko tanaman sudah tutup, kita ngopi saja yu? Atau kau ingin minum-minum saja, sayang? "

Tunggu dulu, bukan itu masalahnya sekarang. Sejujurnya ini sangat sulit. Job merasakan suhu tubuhnya meninggi, apa karena Bas yang hanya mengenakan kaos tipis lengan pendek dihadapannya? Atau aroma parfume maskulin yang bercampur dengan aroma keringat tipisnya? Astaga, masa iya?

"Bas, bukankah Phi sudah sering bilang. Jangan pake baju seksi kalo di luar kenapa tak pernah mendengarkanku?"

"Apa masalahnya? Aku gerah phi"

"Masalahnya Phi juga jadi gerah,"

Mendengar itu, Bas diam. Agak kebingungan dan tak paham kemana jalur pembicaraan Job. 

"Boleh aku cium?"

Mata Bas yang sipit dan sayu, mendadak membesar kala mendengar permohonan Job. Lelakinya sangat tahu bagaimana cara untuk membuat hatinya melemah.  Anehnya, meski sudah ribuan kali melakukan hal serupa, Bas masih saja tak menahu bagaimana cara mengatasi debaran di jantungnya tersebut. Ia lalu terkekeh, merasa bodoh dan geli sendiri akan sikapnya.

Pria bertubuh dua kali lebih kekar itu, nampak kesulitan menahan hasratnya. Wajahnya merah padam, sesekali ia menelan saliva, sisanya berdiri gusar tanpa arah menoleh kesana kemari. Pokoknya, ia kentara berusaha keras mengalihkan pandangannya dari Bas. 

"Keluarnya malam besok saja, bagaimana?"

"Kenapa memangnya. Apa ciuman akan selama itu?" Tanya Bas pada Job, kini jarak diantara keduanya sangat dekat, sebenarnya hampir tak memiliki jarak yang  berarti.

Job kemudian menggiring Bas menuju ke ranjang mereka, alih-alih menjawab pertanyaan. Pemuda itu dengan leluasa melumat bibir milik Bas. Dengan agak ganas. Maklum, sudah satu minggu keduanya berjarak. Dipisahkan oleh pekerjaan Bas yang semakin padat.  Kini saatnya saling memagut, memadu kasih bak esok hari dunia akan hancur.

Pasangan Impostor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang