"Telat lagi, telat lagi"gerutu Yara yang lagi,lagi dan lagi terlambat. Dalam hati dia berdoa semoga wali kelasnya yaitu pak Zaki belum masuk ke kelasnya. Dan entah kebaikan apa yang sudah Yara lakukan doa nya terkabul, Yara hampir menangis terharu.
Yara duduk di kursinya masih dengan nafas yang tersengal-sengal, Delvin hanya meliriknya lalu kembali pada buku yang dia baca, tangannya menggeser botol minuman yang tadinya ada didepannya menjadi dekat dengan tangan Yara.
"Buat gue?"tanya Yara memastikan,Delvin tak menjawab dan tetap fokus pada bukunya. Yara tersenyum lebar,teman sebangkunya ternyata lebih perhatian dibandingkan dengan dua teman lucknut nya.
"Makasih Vin"
***
"Siapa yang mau maju untuk menyelesaikan soal di papan tulis?"tanya guru matematika pada seisi kelas, otomatis seisi kelas hening kek nggak ada penghuni.
Bu Veni sang guru matematika menghela nafas lalu kembali memperhatikan seisi kelas,dari pandangannya Yara yakin dia akan memilih seorang tumbal secara random untuk menjawab pertanyaan dipapan tulis. Yara pun berusaha sekuat tenaga untuk tidak dipilih, yaitu jangan liat mata guru itu.
"Yara,maju!"sayang seribu sayang untuk Yara,dia secara tidak sengaja melihat mata guru itu dan secara terhormat dipilih untuk berkorban. Yara menangis dalam hati,dia dari tadi tidak memperhatikan dan hanya mencoret-coret bukunya membuat karya abstrak.
Dengan terpaksa Yara berdiri dan maju ke depan, memegang spidol dan bersiap untuk menulis. Tapi masalahnya adalah dia tidak tau apa yang akan dia tulis, jadi dia menoleh kearah teman-teman tapi itu tidak membantu sama sekali,jadi dia menatap guru itu dalam sebelum bertanya,"buk, ada clue nya nggak?atau pilihan ganda gitu?"
Bu Veni terdiam dan berpikir kalau dia benar-benar salah memilih orang,dia memijit kepalanya yang sakit.
"Jadi siapa yang akan membantu Yara menyelesaikan soal?"Lagi-lagi kelas hening Yara menatap Zayyan penuh harap tapi Zayyan menggeleng,bukan karna tidak mau membantu atau punya dendam sama Yara. Dia juga sangat ingin membantu,tapi masalahnya dia tidak tau jawabannya karena tadi dia ketiduran dan melewatkan penjelasan Bu Veni. Sedangkan bertanya pada Nafla sama dengan sia-sia.
Tiba-tiba saja Delvin berdiri dan maju, entah apa yang salah dengan mata Yara saat ini dia melihat sosok Delvin yang dipenuhi cahaya,dia bagai pangeran-ralat- malaikat tanpa sayap yang turun ke bumi untuk menyelamatkannya.
Delvin merebut spidol yang dipegang Yara dan mulai menulis,setelah itu dia kembali duduk di kursinya dengan tenang. Bu Veni memperhatikan angka-angka di papan tulis lalu mengangguk.
"Oke,ini benar. Yara kamu boleh duduk, banyak-banyak belajar dengan Delvin ya" Yara bernafas lega,dia lalu duduk di kursinya. sementara siswi-siswi melihat Delvin dengan penuh rasa kagum dan siswa-siswa menatap dengan penuh rasa iri.
"Vin gilak,lo keren banget" puji Yara dengan tulus pada Delvin. Delvin tidak menghiraukannya atau bahkan melihatnya.
"Anak-anak tetap fokus,kita lanjutkan pelajaran" pandangan seisi kelas langsung kembali ke arah Bu Veni, walau sesekali ada aja orang yang curi-curi pandang ke arah Delvin. Kecuali Yara,dia hanya fokus pada Delvin,itu membuat Delvin agak terganggu tapi setidaknya dia tidak lagi menggoyang-goyangkan kursinya.
"perhatikan guru, gue nggak mau bantu lo lagi" Kata Delvin,tapi Yara malah tersenyum.
"lo lebih menarik buat diperhatiin"
🦋🦋🦋
Jangan vote dan komentar ya kalo kalian suka:)
KAMU SEDANG MEMBACA
B aja
Teen Fictionseorang gadis yang B aja,dia nggak cantik, nggak juga pinter,dia biasa aja. Tapi dia bisa bikin orang nyaman sama dia. *** "Perhatikan guru,gue nggak mau bantu lo lagi" "Lo lebih menarik buat diperhatiin" *** "Lo benar-benar mirip koala" *** "HAHAHA...