Yara kini sudah pulang kerumah setelah ia dan Nafla diusir sama Zayyan dengan alasan nyusahin+ ganggu. Delvin?dia pulang duluan setelah ditelpon sama ayahnya.
sekarang Yara sedang menatap layar ponselnya sambil sesekali tersenyum bahkan tertawa sendiri. Yesha yang ada disampingnya Yara jelas sangat amat terganggu, gimana enggak coba? Yesha sedang sangat menghayati Drakor yang sedang ditontonnya dan dia malah terganggu oleh suara tawa adiknya yang menyebalkan!
"Lo bisa diam nggak sih!"kata Yesha kesal, sedangkan Yara hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Coba bayangkan bagaimana kesalnya Yesha sekarang, tapi Yesha berusaha tetap tenang.
"Lo nge-chat siapa dah? Lo kan jones"
"tolong jangan ingetin gue tentang nasib percintaan gue ya, lagian gue cuma lagi nge-chat Delvin"kata yara sambil memasang wajah cemberut.
"emang dibales?"
"gue spam hehe" yesha memutar matanya malas dan memilih lanjut nonton. Untuk beberapa saat mereka berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai tiba-tiba saja Yara menyandarkan kepalanya di bahu Yesha.
"lo kenapa dah?"
"Delvin tiba-tiba off"
"capek kali ladenin lo"
yara memanyunkan bibirnya kesel, sementara Yesha cuma bodo amat sama Yara. Mereka pun diem-dieman lagi beberapa saat, Yara akhirnya bersuara kembali.
"kak" panggil Yara pada yang lebih tua. Yesha hanya berdehem menanggapi Yara, matanya masih fokus pada layar televisi yang sedang menampilkan dua sejoli yang sedang duduk berduaan sambil berpegangan tangan,tak lupa juga sang cowok melontarkan gombalan romantis.
Walau gombalan romantis itu bukan untuknya, Yesha tetap saja salting banget sampai tersenyum malu apa lagi ditambah wajah aktornya yang memang ganteng tak tertolong. Yesha sampai menghalu dibuatnya, tapi pukulan dari adik tercintanya membuatnya kembali ke dunia nyata yang pahit.
"denger nggak sih kak!" Yara menatap Yesha kesal, begitu juga sebaliknya.
"Napa sih lo?! gue kan lagi halu di gombalin sama cowok ganteng" gerutu Yesha, ia menatap tajam pada sang adik yang udah heran dan capek sama ke haluan kakaknya.
"plis lah kak jangan gila, gue nggak punya uang buat bayar psikiater atau RSJ" sontak Yesha melotot pada adiknya yang cuma tersenyum tanpa dosa, dasar adik durhaka.
"yaudah,lo mau ngomong apa tadi,"tanya Yesha setelah emosinya udah reda. Yara tersenyum kecil lalu kembali menyandarkan kepalanya di bahu Yesha.
"gue cuma kangen mama sama papa" kata Yara lirih. Rasa kesal Yesha pada Yara tiba-tiba saja hilang, Yesha kemudian mengelus kepala adiknya pelan, ia memandang kembali pada layar televisi dan tersenyum.
"sama, gue juga. Tapi lo masih punya gue dan gue masih punya lo kan?"
***
Yara menatap kursi kosong yang ada disebelah dengan syedih, Delvin tidak datang ke sekolah hari ini, kalo kata pak Zaki sih dia lagi sakit. Zayyan aja belum sembuh, si Delvin malah ikut-ikutan sakit. Jadi pada jam istirahat ini Yara memutuskan untuk tidak pergi ke kantin.
Rasanya kalo nggak ada Delvin tuh sepi banget, yah walaupun biasanya dia cuma diem doang. Nggak ada yang bisa digangguin pas Delvin ngga ada, Yara jadi bosan.
Nafla yang melihat bestainya yang bisanya suka ngerusuh tiba-tiba termenung memikirkan doi(eak). Nafla melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Yara , tapi Yara sama sekali tidak bergeming. Nafla kemudian menghela nafas panjang lalu tiba-tiba..
"WEH WEH,DELVIN DATANG" teriak Nafla sambil menunjuk pintu, orang-orang yang masih ada dikelas dan tentu saja Yara sontak menoleh pada pintu tersebut, tapi tak ada seorangpun disana.
"lo benar-benar suka sama Delvin Ra?"tanya Nafla setelah melihat raut wajah kecewa dari temannya itu,"ya" jawab Yara yakin tanpa ragu . jawaban cepat Yara membuat Nafla tercengang untuk beberapa saat.
"Kok lo jawabnya langsung gitu sih? kan harus lo tuh kayak 'gue juga nggak tau, rasa ini datang begitu saja ' terus pasang muka shy shy cat gitu." Yara pun reflek memukul kepala Nafla pakai buku yang memang dari tadi ia pegang.
"najis alay." oke,ini makin aneh. Yang biasanya alay itu 'kan Yara,kok tiba-tiba dia kalem gini, hmmm mencurigakan.
"lo kenapa sih nyed?!" kesal Nafla sambil memegang kepalanya yang nyut-nyutan setelah di pukul sama Yara pakai tenaga dalam, mana bukunya tebal lagi.
"kangen Delvin." kata Yara spontan.
"denger ya deks,kalo jadi cewek itu nggak perlu terlalu ngejar,nanti dia makin menjauh. Coba lo cuek bebek aja ke dia, dia pasti langsung ngejar lo balik." nasihat master Nafla.
"dek dak dek dak, gue bukan adek lo! lagian tuh teori dari mana lagi?! kalo lo suka sama orang itu ya perjuangin dong"
"hmmmmmm..bener sih,tapi biasanya 'kan kayak gitu, yang cuek di kejar yang baik ditinggal. Delvin kan cuek, makanya lo ngejar dia kan?"
"Gue suka sama Delvin bukan karena itu, tapi gue suka dia tuh karena.. karena... dia... sama kayak gue" yara memelankan suaranya diujung kalimatnya, meski begitu Nafla maih bisa mendengarnya. Mereka berdua sama-sama terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"kalo benar-benar suka sama dia, perjuangin, gue dukung lo" kata Nafla sambil memegang pundak Yara
"Naf..." Nafla mengangguk menanggapi panggilan Yara sambil tersenyum"ya?"
"Kalo lo mau minjem duit, gue lagi bokek nih" senyum diwajah Nafla hilang seketika, ia kira Yara bakal terharu terus nangis bahagia tapi ternyata... Dia malah dikira mau minjem duit.
"Bodo ah gue ngambek" Nafla lalu pergi begitu saja, mengabaikan Yara yang memanggilnya. Yara menggelengkan kepalanya melihat bestainya yang keliatan kesal .
" Makasih Naf"
🦋🦋🦋
Jangan lupa vote dan komen ya kalo kalian suka:)
KAMU SEDANG MEMBACA
B aja
Teen Fictionseorang gadis yang B aja,dia nggak cantik, nggak juga pinter,dia biasa aja. Tapi dia bisa bikin orang nyaman sama dia. *** "Perhatikan guru,gue nggak mau bantu lo lagi" "Lo lebih menarik buat diperhatiin" *** "Lo benar-benar mirip koala" *** "HAHAHA...