5

48 2 1
                                    

Entah kerasukan jin baik apa Yara hari ini,dia bangun lebih awal. Kakaknya yaitu Yesha sampai istighfar berkali-kali ngira Yara itu setan yang menyerupai adiknya.

"Lo yakin masi sehat dek?"tanya Yesha memastikan,dia masi tidak percaya tentang apa yang ada di depan matanya

"Ya ampun kak,muka lo itu biasa aja napa"Yara agak kesal,masa' respon kakaknya sampai segitunya sih?

Itu masih dirumahnya, Yara yakin respon temen-temen di sekolahnya bakal sama berlebihannya.

karena berangkat terlalu awal jadi hanya ada beberapa orang di sekolahnya. 'jadi ini rasanya pergi ke sekolah kecepatan' batin Yara. Entah kenapa terbesit sedikit rasa bangga pada dirinya sendiri.

Yara memasuki kelasnya, ternyata hanya ada satu orang di sana, siapa lagi kalau bukan Delvin,dia dengan serius membaca sebuah buku yang terlihat tebal itu. Yara melangkahkan kakinya ke kursi tempat duduknya biasanya,dia tersenyum dan menyapa Delvin dengan ramah walau tidak dijawab oleh Delvin.

"Lo dateng jam berapa sih cepat banget nyampe"tanya Yara penasaran tapi seperti yang diduga pertanyaannya nggak dihiraukan sama sekali.

"Vin, ngomong ngapa...capek tau ngomong sendiri"

"nggak ada yang nyuruh lo ngomong"jawab Delvin tiba-tiba

"gue ngomong gara-gara gue punya mulut dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,untuk apa mulut diciptakan kalo bukan ngomong,"kata Yara sambil mengintip apa yang sedang dibaca sama Delvin.

"Makan,"jawab Delvin. Yara terdiam, kemudian dia berusaha mengalihkan pembicaraan."Lo baca apaan sih Vin?serius banget"

"buku"jawab Delvin singkat, nggak salah sih tapi salah.

"gue tau itu buku Vinnnnn..yang gue tanya itu buku tentang apa" Yara meng-capek

"Novel"yara terkejut,dia mengira itu semacam buku rumus atau buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran,ia tidak pernah mengira itu novel.

"Novel?lo suka baca novel?novel apa tuh?fantasi?action? horor? thriller ?fiksi ilmiah?"tanya Yara bertubi-tubi

"Romance,"jawabannya itu membuat Yara syok bukan main, Delvin? novel roman? itu sepertinya hal yang sulit disatuin. Walau Yara akuin kalau Delvin itu cakep dan pasti banyak yang naksir,tapi Yara bisa menebak kalau Delvin tidak pernah punya hubungan asmara. Tolong jangan tanya kenapa Yara bisa berfikir begitu, kalian liat dia? sikapnya Delvin itu buktinya.

"Lo suka novel romance? nggak sih, nggak mungkin kan?"Delvin lalu memperlihatkan cover bukunya yang sangat memperlihatkan genre dari buku itu,itu adalah gambar orang berpelukan!

"Sekarang percaya?"Yara mengangguk kaku dan Delvin kembali fokus dengan bukunya.

"Vin,lo punya tipe cewek nggak?"tanya Yara lagi setelah diam beberapa saat. Delvin langsung menjawab singkat "Ga".

"Gue jadi kepikiran,kalo orang kayak gue dijadiin tokoh novel pasti bakal jadi figuran"
kata Yara. Delvin berhenti membaca bukunya. Dia menatap Yara dalam, kemudian bertanya,"kenapa?"

Yara tersenyum kecut dan menjawab,"protagonis cewek dalam novel romance pasti bakal cantik, pinter,baik, lembut dan lain-lain. Sedangkan gue? nggak satu pun dari kriteria yang gue sebutin tadi."

"Lo nggak perlu natap gue gitu,kalo kata kakak gue mah 'cantik itu relatif, mungkin menurut lo gue jelek,tapi bisa jadi kan ada orang yang matanya agak minus nganggep gue cantik?' ,walau terdengar kurang menyakinkan tapi gue percaya sama kakak gue"kata Yara setelah melihat tatapan Delvin yang seperti menganggapnya 'menyedihkan'.

"Lo nggak terlalu buruk,"kata Delvin kembali pada buku yang dia baca,mendengar itu Yara tertegun kemudian tersenyum tulus.

"Makasih."

🦋🦋🦋

Jangan vote dan komentar ya kalo kalian suka:)

B ajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang