13 - Sarapan

6 0 0
                                    

Junior mengernyit ketika dia merasakan silaunya cahaya matahari menimpa kelopak matanya yang terpejam. Namun bukan karena itu dia terbangun. Dari luar, dia mendengar sayup-sayup suara dua orang sedang bercakap-cakap dan sesekali tertawa bersama.

Dia mengusap kedua matanya, mengumpulkan nyawanya yang masih separuh berada di alam mimpi. Semalam, dia ingat terakhir dirinya masih berada di ruang tengah bersama Terra, menghabiskan beberapa botol soju untuknya sendiri. Entah bagaimana caranya gadis semungil Terra bisa membawanya ke kamar tidurnya.

Dua orang yang tadi suaranya dia dengar masih asyik dengan obrolan mereka, tanpa menyadari dirinya yang sedang berjalan menuju meja makan berukuran 4 meter persegi tempat mereka menghabiskan sepotong roti dan juice.

Terra menoleh ke belakang saat merasa sandaran kursinya dipegang oleh seseorang. "Hai, had a good sleep?"

"Pretty much. Thanks to you," jawab Junior sambil menggigit sepotong roti dengan selai stroberi di piring Terra. "I'm glad you stay. Lo tidur di kamar, kan? Bukan di sofa?" tanya Junior memastikan tamunya tidur dengan nyaman. Terra menjawab dengan anggukan dan senyuman.

"Lo nggak nanyain gue, Jun? Gue ada di sini loh, by the way."

"Oh, ada Deo, ya? Ngapain lo pulang?" tanya Junior sambil menarik kursi di sebelah Terra.

"Sialan, lo! Tuh, Junior mah kayak gitu, Terr. Bayangin aja tiap hari gue ngadepin orang macem gini. Darah tinggi melulu gue," adu Deo. "Tuh, tuh, gue dipelototin. Jangan mentang-mentang badan lo gede, dikira gue nggak takut?"

Terra terbahak-bahak mendengar cara Deo mengadu tentang Junior kepadanya. "Latihan sabar, Yo."

"Lo sengaja ya mau pamer six pack mentang-mentang ada Terra di sini?" sindir Deo yang melihat Junior keluar dari kamar tanpa sehelai benangpun yang menutupi bagian atas tubuhnya.

Terra sempat terpaku sesaat saat tubuh Junior bergitu dekat dengannya. Matanya tertarik pada satu (?) oh, dua tattoo di lengan kirinya. Aroma alkohol samar-samar masih menguar dari tubuhnya. Terra segera membuang muka saat menyadari kedua pipinya menghangat, tidak ingin Junior atau Deo mendapatinya sedang tersipu.

"Lo pikir gue ngegym buat apa kalo nggak buat dipamerin. Iya nggak, Terr?"

"God bless my eyes, pagi-pagi dapet pemandangan yang biasanya cuma bisa gue lihat di majalah, Yo," canda Terra. Junior tertawa mendengarnya.

"Kenapa lagi tuh muka? Bikin ribut pasti nih anak semalem? Iya, Terr?"

"Gue sama Terra kayaknya nggak bakal ke The Lawn sebulanan ke depan. Security-nya udah nandain," ungkap Junior.

Deo menepuk dahinya mendengar pengakuan Junior. "Berapa orang yang lo pukul? Minta tanggung jawab nggak? Ada yang foto-fotoin lo nggak? Kalo sampe masuk lambe-lambean pusing gue. KusumArt Gala sebentar lagi ini, Jun. Behave!" cecar Deo. Bukan tanpa sebab Deo menanyakan hal itu. Kalau sampai ada berita yang naik tentang keributan yang dibuat Junior, dia juga yang akan kerepotan dengan reporter-reporter yang tentu ingin mendapat berita eksklusif tentang Junior.

"Gue yang dipukul nih. Tanya aja sama Terra kalo nggak percaya. Tenang aja, udah gue urus. Nggak bakal ada berita yang naik."

"Yo, maaf ya. Temen gue yang mukul Junior. Dia ada jadwal photoshoot nggak deket-deket ini? I'm so sorry on behalf of my friend."

"Nggak kok, Terr. Nggak papa. Semingguan ke depan jadwal dia kosong. Yang penting nggak ada berita yang naik aja. Awas kalo nggak, gue kurung lo di villa."

"Udah gue obatin kok, Yo. The bruise will probably go away in two or three days," ucap Terra memelas.

"Dia takut banget lo marahin tau nggak," Junior menyampaikan kekhawatiran Terra semalam.

"Gue nggak galak kok, Terr. Junior lebih serem nggak sih? It's okay, Terr. Biar tau rasa dia. Makanya jangan sering ikut campur urusan orang," jawab Deo sambil bangkit dari duduknya. "Mandi dulu gue."

"Lo mindahin gue ke kamar? " tanya Junior tanpa menoleh ke arah Terra yang sedang sibuk mengoles peanut butter di atas rotinya.

"Dibantuin Deo. Mana kuat gue sendirian," jawab Terra terkekeh. "How do you feel?"

"Much more better. Thanks, Terra. Lo ada rencana apa hari ini? Mau gue anterin pulang sekarang?"

"Eh, gue sempet ke depan tadi pagi, dan familiar sama jalanannya. It's pretty close to Brielle's house. So kayaknya habis dari sini gue mau ke rumah Brielle deh. Kalo lo nggak keberatan nganterin sih."

"Of course not. Gue mandi dulu ya. Eh, lo udah mandi? Mau ganti baju nggak? Gue cariin baju gue ya? Mau ketemu Brielle masa' baju lo bau alkohol?"

Terra secara refleks menarik cropped halter top berwarna sage green yang masih dia pakai sejak semalam dan mengendusnya, membuatnya memanyunkan bibir merah mudanya. "Iya lagi, bau," kata Terra polos.

Junior tersenyum melihat wajah lucu Terra. Dia berlalu menuju kamarnya, mengacak-acak isi lemarinya, mencari baju berukuran terkecil yang dia punya. Lalu kembali ke meja makan, menyodorkan sebuah hoodie berwarna abu-abu. "Nih, mudah-mudahan nggak terlalu kegedean."

"Thanks, Jun. Eh, gue masakin makan siang sekalian kali ya buat lo sama Deo? How about beef teriyaki?"

"Nggak usah repot-repot, Terr."

"No! Gue tadi lihat isi kulkas lo, -- sorry if I'm rude -- Kayaknya dagingnya udah mau expired deh. Daripada busuk di kulkas."

"Apa yang bisa gue bantu?"

"Lo nggak ada niat pake baju dulu gitu? You can help me with that first."

Junior tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Terra. Dia mengangguk-angguk dan kembali ke kamarnya, mengikuti saran Terra.

-----

Junior melihat tiap gerak-gerik Terra yang tenggelam dalam hoodie miliknya dari balik mini bar. Hanya karena itu, di perutnya seperti ada banyak kupu-kupu beterbangan. Dia berjanji tidak akan mencucinya setelah Terra mengembalikan nanti.

Di sisi lain dapurnya, Deo sedang mencuci beras dan memasukkannya ke dalam rice cooker, lalu berjalan menuju kulkas untuk mengambil daging yang sudah Terra marinasi dan beberapa bahan untuk membuat salad.

Terra tiba-tiba menghentikan gerakannya memotong bawang bombay, mendongakkan kepalanya ke atas sambil mengerjap-ngerjapkan matanya lalu memejamkannya beberapa saat menahan airmata keluar dari matanya.

"You okay, Terr?" tanya Junior khawatir. Secara refleks dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Terra di dapur.

"No. It's hot."

"Siapa? Gue?" Junior masih sempat melemparkan candaan yang membuat Terra membuka mata dan menertawakannya.

"Bawang bombay-nya, Junior. Auw, mata gue pedes," air mata Terra sudah jatuh di pipinya.

Tanpa disuruh, Junior mendekatkan dirinya kepada Terra, menahan tangan Terra yang hendak menjangkau matanya. Memakai tangan besarnya yang bisa menutupi seluruh wajah mungil Terra untuk menyeka air mata di sudut mata dan pipi Terra.

"Ehem! Stop doing something cringey, John Junior Suhayr. Kalian nggak sendirian ya di sini," dari meja makan, Deo yang melihat adegan romantis layaknya drama Korea bergidik melihat mereka berdua.

"You stop interefering, Amadeo Dyonisius," jawab Junior dengan tangannya yang masih di pipi Terra. Terra lalu meraih tangan Junior dan menjauhkannya dari pipinya sambil tertawa mendengar sindiran Deo.

"You two stop fighting. I need peace," kini giliran Terra menyuruh Junior dan Deo untuk diam.

Keduanya menjawab bersamaan menurutin perintah Terra. "Yes, ma'am."

Lalu mereka bertiga tertawa bersamaan.

Truveil; Menemukanmu | Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang