Mark membanting semua piring yang ada di atas meja. Ia terus menangis dan berteriak kesal.
Jaemin yang baru saja pulang dari kantornya, menatap datar kearah sang istri yang tengah berjongkok di depan meja yang sudah sangat berantakan. Jaemin menoleh kearah para pelayan yang langsung mengambil tas dan juga jas kerja Jaemin. Pria tampan itu menggulung lengan kemeja putihnya lalu membuka dua kancing teratasnya. Berjalan kearah sang istri yang masih menangis sendu.
"Ada apa, sayang?"
Tanyanya dengan lembut. Berjongkok di hadapan sang istri yang masih menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Mark terisak, bahunya bergetar. Membuat Jaemin hanya bisa diam saja."Mau ke kamar?"
Tanyanya. Mark mengangguk. Jaemin segera membawa tubuh ramping sang istri menuju kamarnya yang berada di lantai paling atas.Sesampainya didalam kamar, Jaemin langsung membaringkan tubuh Mark di atas tempat tidur. Menatap wajah memerah Mark yang sedari tadi berusaha menahan tangis, walau pada akhirnya tetap terisak.
"Sayang.."
Panggil Jaemin dengan lembut. Namun Mark tidak menjawab, memilih membalik tubuhnya dan meringkuk pelan.Jaemin ingin pergi membersihkan diri, membiarkan istrinya yang penuh dengan drama ini sendirian saja. Tapi saat melihat bahu Mark yang masih gemetar karena menangis. Jaemin mulai kehilangan kesabarannya.
"Sayang.."
Panggil Jaemin lagi, dan Mark masih tidak menoleh."Sayang, jangan buat saya marah!"
Peringat Jaemin. Mark tertegun pelan lalu memilih membalik tubuhnya. Menatap Jaemin dengan mata memerahanya. Bibirnya melengkung ke bawah terlihat sangat menyedihkan namun jatuhnya gemas."Markie nggak mau magang di kantor kamu lagi.."
Rengeknya dengan isakan. Jaemin menaikan sebelah alisnya menatap khawatir sang istri."Kenapa, sayang?"
Tanya Jaemin penasaran. Namun Mark hanya diam saja.Jaemin yang mulai kehilangan kesabaran, mulai menarik Mark untuk bersandar padanya. Mencium pipi itu dengan lembut.
"Kamu ada masalah di kantor?"
Tanya Jaemin. Mark mengangguk, masih dengan terisak.Jaemin dan Mark memang bekerja di kantor yang berbeda. Karena Jaemin yang memindahkan Mark di cabang perusahaannya yang lain karena anak itu yang selalu berulah di perusahaan utama. Jadi Jaemin tidak tau apa yang terjadi di perusahaannya yang lain jika belum di kabarin oleh sang sekretaris.
"Coba lihat aku, sayang"
Ucap Jaemin menarik dagu Mark. Mark mendongak, dan sebuah ciuman lembut Jaemin berikan pada bibir Mark yang sedari tadi terus terisak."It's, oke. Nanti saya urus semuanya. Jangan menangis lagi, sayang.."
Ucapnya menenangkan Mark. Mark mengangguk lalu memeluk erat Jaemin.Jaemin menghela nafas pelan lalu membiarkan Mark untuk istirahat. Pria tampan itu memilih untuk keluar dari kamar dan menghubungi sekretaris pribadinya itu untuk menanyakan apa ada masalah di perusahaan tempat Mark magang.
"Selamat malam, tuan"
"Yerin, bisa beritahu aku. Apa di kantor tempat Mark bekerja terjadi masalah?"
"Saya kurang tau, tuan. Tapi menurut laporan yang saya terima dari karyawan disana, mereka bilang jika Mark terlibat perkelahian dengan salah satu karyawan senior milik kita. Menurut informasi. Mark yang menyerangnya duluan"
"Begitu, ya.."
"Hanya informasi itu yang saya dapat, tuan"
"Baiklah. Coba cari tau informasi yang lain. Aku ingin kabar terbaru"
"Baik, tuan"
Sambungan telepon itu tertutup. Jaemin bisa menyimpulkan jika memang Mark lah yang memulai semuanya. Ia tentunya tau dengan sifat istrinya itu. Tapi kenapa Mark sampai menyerang karyawannya? Memang apa yang sudah karyawannya itu lakukan pada istrinya? Mark tidak mungkin menyerangnya tanpa alasan.
KevanoAlvynSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Daddy (MinMark)
Teen FictionJaemin dengan kesabarannya menghadapi tingkah binal istrinya yaitu, Mark.