part 15

2K 204 0
                                    

Sudah hampir dua hari lamanya Jaemin masih tidak ingin bicara dengan Mark. Bahkan ia tidak ingin melihat sang istri. Jaemin terlalu lelah dengan sikap keras kepala sang istri. Jika ini yang Mark inginkan maka Jaemin akan memberikannya. Ia tidak akan peduli tentang apapun yang berhubungan dengan istrinya lagi jika itu membuat Mark merasa nyaman.

Mark menggigit bibirnya pelan. Merasa ragu untuk mengetuk pintu ruangan itu. Sudah beberapa hari ini Mark tidak bisa tidur karena Jaemin tidak ada di sebelahnya. Perasaan bersalah juga menghampirinya karena sudah membuat Jaemin semarah ini padanya.

Dengan memberanikan diri, Mark mengetuk pintu itu.

"Jaemin.."
Panggilnya pelan. Namun tidak ada jawaban. Mark memutuskan untuk membuka pintu itu dengan perlahan. Terlihat Jaemin yang tengah sibuk dengan urusan kantornya.

Mark berjalan masuk dan langsung menutup pintu tidak lupa menguncinya.

"Jaemin.."
Panggil Mark lagi namun Jaemin masih tidak menggubrisnya sama sekali. Mark menghela nafas pelan lalu berjalan mendekati sang suami.

Mark menarik kertas yang Jaemin pegang lalu menyingkirkan kertas itu. Mendorong kursi sang suami sedikit agar ia bisa duduk di pangkuan Jaemin. Pelukan erat Mark berikan pada sang suami. Ia sangat merindukan aroma parfum Jaemin. Sangat maskulin untuknya.

"Nana maaf.."
Lirihnya pelan. Jaemin masih tidak membalas. Dari tatapannya juga masih sangat jelas jika Jaemin masih enggan bicara dengan Mark.

"Nana.."
Rengek Mark karena sang suami tidak mengubrisnya.

"Ngapain disini?"
Tanya Jaemin.

Mark menatap sang suami,
"Kangen Nana"

"Kangen? Untuk apa? Kamu saja tidak ingin mendengarkan saya"
Ucap Jaemin masih dengan tatapan yang sama. Bibir Mark melengkung ke bawah, siap untuk menangis.

"Nana maaf.."
Air matanya jatuh membasahi wajah Jaemin. Menatap sendu sang suami yang bahkan terlihat tidak peduli dengannya.

"Turun! Saya lagi sibuk"
Ucap Jaemin.

Mark menggeleng pelan,
"Enggak mau"

"Turun saya bilang!"

"Enggak mau Nana! Hiks.."
Mark semakin memeluk erat sang suami.

Isakan lirih terus Mark keluarkan membuat Jaemin mulai merasa tidak tega.

"Bagaimana rasanya?"
Jaemin tiba-tiba saja bersuara. Mark tidak menjawab ia masih sibuk menangis.

"Bagaimana rasanya tidak didengarkan?"
Lanjut Jaemin.

Kedua mata pria itu memanas, sepertinya ia berusaha menahan amarah dan tangisnya.

"Saya suami kamu Na Minhyung. Saya sangat mencintai kamu. Saya tidak pernah meminta apapun dari kamu selama ini. Dan ketika saya hanya meminta satu hal, kamu bahkan tidak bisa memberikannya pada saya"
Ucap Jaemin dengan suara lirihnya. Mark tertegun saat mendengar perkataan Jaemin.

"Apa saya tidak berarti untuk kamu?"
Tanya Jaemin dengan tiba-tiba. Mark langsung melepaskan pelukannya dan menatap panik Jaemin. Ia segera menggeleng cepat sebagai jawaban.

"Nana berarti untuk Markie. Jangan bilang begitu"

Kedua mata Jaemin menatap manik berair Mark. Mark hanya bisa tertegun saat melihat air mata yang jatuh dari mata tajam Jaemin.

"Nana.."
Mark menghapus air mata itu dengan tangan gemetarnya. Untuk pertama kalinya ia melihat sang suami menangis.

"Nana jangan menangis..maafin Markie.."
Ucap Mark yang kembali menangis. Jaemin hanya diam saja. Namun wajahnya semakin memerah, mencoba menahan tangisnya.

"Saya suami kamu, kan?"
Ucap Jaemin, tidak mengalihkan tatapannya dari Mark. Mark segera mengangguk cepat.

"Bisa saya memohon ke kamu, sayang?"

"Nana.."

"Hargain saya sebagai suami kamu.."

Mark semakin menangis keras. Kenapa jadi seperti ini, apa Jaemin merasa rendah karena perlakuan Mark kepadanya?

"Nana..maafin Markie. Markie janji akan mendengarkan Nana. Markie janji Nana..maaf.."
Mark mencium bibir itu dengan lembut. Meminta Jaemin untuk membuka mulutnya, Jaemin melakukannya. Membiarkan lidah sang istri bergulat dengan lidahnya di dalam sana. Air mata Mark semakin jatuh deras saat Jaemin mulai membalas ciumannya.

Tautan bibir itu terlepas, meninggalkan benang saliva di antara bibir keduanya.

Mark menangkup pipi sang suami.

"Markie janji mulai sekarang. Markie akan jadi istri yang baik untuk Nana. Maafin Markie ya, sayang? Markie janji nggak akan nakal lagi"
Ucap Mark dengan tersenyum.

Mata indah itu Jaemin pandang, senyuman manis ia tunjukan. Mengusap air mata Mark lalu mengecupi seluruh wajahnya.

"Aku mencintai mu sayang. Maaf membuat mu menangis seperti ini"
Ucapnya yang kini memeluk erat sang istri. Mark mengangguk dan membalas pelukan Jaemin.

"Aku juga mencintai mu. Sangat mencintai mu"





































KevanoAlvynSuldarta

My Sugar Daddy (MinMark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang