"Saya bilang diam, sayang!"
Teriakan Jaemin menggema ke seluruh kamar mereka. Mark menatap tidak percaya kearah sang suami yang kini membentaknya."Jangan menuduh orang sembarang, belum tentu niat dia seperti itu!"
Ucap Jaemin, menatap kedua mata yang siap menangis itu.Mereka baru saja membahas pertengkaran Mark dengan karyawan lamanya. Dan mereka bertengkar hanya karena salah satu karyawannya menyukai Jaemin, dan Mark yang mengetahui hal itu langsung menyerang sang karyawan begitu saja dan menuduhnya yang memulai semua pertengkaran itu.
Mark terdiam sambil sesegukan, bibirnya melengkung ke bawah. Jaemin tidak pernah membentaknya seperti ini. Apalagi dengan posisi pria itu yang tengah membela orang lain.
Jaemin menggeram pelan, tidak kuat melihat sang istri menahan tangisnya seperti ini. Namun ia juga dalam keadaan marah. Baginya Mark sudah keterlaluan, anak itu selalu melakukan apapun yang ia suka.
"Kamu minta maaf sama dia"
Ucap Jaemin. Namun Mark menggeleng, menolak."Mark"
Ucap Jaemin dengan suara beratnya."Aku nggak salah! Yang salah dia!"
Teriak Mark tidak terima. Air matanya sudah siap untuk jatuh."Na Minhyung!"
Jaemin masih menatap tajam sang istri."Tapi aku nggak salah Nana. Aku nggak salah..hiks..huaaa mama"
Pecah sudah tangisan Mark. Anak itu menangis dengan keras, hingga membuat Jaemin terdiam dibuatnya.Tangisan Mark semakin kencang hingga membuat Jaemin tidak tega melihatnya. Ia hampiri sang istri lalu memeluk tubuhnya. Mark memberontak, tidak mau dipeluk sang suami yang sudah membuatnya menangis seperti ini.
"Lepasin! Aku bukan istri kamu! Istri kamu itu dia! Hiks..!"
Mark masih memberontak. Namun Jaemin segera memeluknya dengan erat."Maaf sayang, maaf.."
Ucapnya dengan lembut. Mark masih menangis sesegukan."Nana jahat! Aku..aku di bentak..padahal hiks..aku istri kamu. Tapi kamu lebih be-hiks..lain dia"
Mark masih sesegukan, tangisan anak itu masih terdengar keras. Jaemin hanya bisa mendekap tubuh itu dengan erat. Mencium ujung rambutnya dengan lembut."Maaf, sayang.."
Hanya itu yang bisa Jaemin katakan. Mark masih sesegukan, membalik tubuhnya lalu memeluk sang suami dari depan. Jaemin merasa sangat bersalah saat melihat wajah memerah itu. Walaupun sangat menggemaskan, tapi Mark pasti merasa sangat kecewa padanya."Jangan bentak lagi..aku takut.."
Ucapnya sambil sesegukan, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang suami. Jaemin mengangguk pelan lalu mengecup kening si manis dengan lembut. Jaemin merasa jika ia sudah salah membentak sang istri begitu saja. Seharusnya ia berpikir jernih. Karena mau bagaimanapun juga Mark adalah istri tersayangnya."Aku cemburu.."
Cicit Mark dengan lirih. Masih berada di pelukan sang suami."Aku nggak suka mereka bicarain kamu kayak gitu. Aku kan istri kamu. Kenapa mereka berani banget ngomongin kamu kayak gitu di depan aku?"
Ucapnya masih dengan tangisan. Helahan nafas pelan Jaemin keluarkan. Seharusnya ia mengerti perasaan sang istri dan melakukan sesuatu untuk menenangkan hatinya."Aku akan memecat mereka, dan memberi peringatan pada mereka"
Ucap Jaemin pada akhirnya. Mark mendongak menatap wajah tampan itu dengan mata sembabnya."Nana janji?"
Tanyanya. Jaemin mengangguk lalu tersenyum."Janji, sayang"
Ucapnya masih dengan senyuman teduhnya. Mark ikut tersenyum lalu menarik wajah sang suami agar bisa ia cium bibirnya dengan lembut."Nana, aku mencintai mu"
Ucapnya setelah ciuman mereka terlepas."Aku juga mencintai mu, sayang"
KevanoAlvynSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Daddy (MinMark)
Teen FictionJaemin dengan kesabarannya menghadapi tingkah binal istrinya yaitu, Mark.