30 | Bertemu Ibu

1.5K 188 26
                                    

Gw menatap bini gw ngeri. Suwer  mode galakny senggol bacok mode on. Ish, gimana mau gaspol kalo kek gini?

Rumahnya yang tergolong sederhana tapi luas, tampak terlihat ramai oleh banyak orang. Gw mengekori Urel sambil menatap sekitarnya bingung. Ada apa?

Ditengah rumah, gw lihat para sodara Urel tengah berkumpul didekat sofa panjang. Ternyata, ibunya Urel tergolek lemah dengan mata terpejam.

Bini gw sendiri spontan memburu tubuh ibunya dan memeluknya erat. Air matanya tampak mulai mengalir melihat kondisi ibunya yang tak merespon.

"Bapak, ibu kenapa? Aku ndak dikabari kondisi ibu yo Pak?"

Bapak yang ku lihat duduk disamping badan Ibu, menatap anaknya sendu.

"Barusan aja mbul, ibu kek susah dibangungin gitu. Bapak juga bingung. Ini lagi nunggu masmu belum datang.."

"Hiks.. ibu.." tangis Urel pecah dan gw gegas mendekati dia. Aku mengusapi punggungnya pelan.

"Kamu koq bisa kesini begini Mbul? Kangen Ibu tho ? Sama suamimu juga?"

Netra bini gw menatap Bapak sendu.

"Bapak nikahin aku sama dia ndak izin aku tho Pak? Aku ini bapak anggap apa? Harusnya nikah itu kan keinginan dua belah pihak. Aku ndak terima Pak kalau sepihak bapak dan dia aja. Aku punya hati lho Pak.." cicit Urel protes.

Bapak menarik nafas panjang.

"Bapak Ibu kuatir kamu jauh dari rumah tanpa pengawasan kami mbul. Di kota yang ndak ada siapa-siapa. Ibumu tiap malem nangis dan ini jadinya, kena hipotensi karena stres juga. Trus bapak harus gimana kalau kamu sendiri ndak mau pulang?"

"Aku bukan ndak mau pulang. Tapi aku ndak mau dijodohkan Pak. Aku masih pengen kuliah dan meraih cita-citaku Pak.. hikss"

"Jika ada laki-laki baik dan sholeh melamar, kenapa harus ditolak mbul? Bapak ndak masalah kamu mau jadi apa juga, tapi kalau jodohmu datang lebih cepat, mosok di biarkan? Kamu dah kenal tho orangnya? Mas Akmal itu baik, cerdas, sholeh, anak keluarga baik-baik. Kurang apa tho? Ya sudah, kamu dah sah iku lho nikahnya. Jadi istri yang baik ya, jangan ngelawan suami.." tutur bapak seraya mengelus kepala bini gw yang kembali memeluk tubuh ibunya.

Urel tampak menangis dan memeluk ibunya erat.

"Maafkan Bapak juga Ibu. Semua demi kebaikanmu. Mas Akmal sendiri akan mendukung cita-citamu. Piye mas Akmal?"

Tatapan Bapak mengarah ke arah gw dan menatap gw penuh pengharapan.

"Nggih Pak, insyaAllah saya akan menjaga dek Urel dan membantunya melanjutkan cita-citanya. Oh ya, Kata dokter apa ya Pak soal Ibu? Saya coba konsulkan dengan teman saya spesialis di Penang"

"Itu lho mas, awalnya hipotensi mas, ndak tau kenapa jadi sering drop ini.."

Gw lalu meraih ponsel gw dan berdiri menjauh dari kerumunan itu. Gw inget Marcella anak kedokteran dari Oxford yang sekarang kerja di Penang. Anak Jakarta tapi dia otaknya encer banget dan direkrut di Penang sana.

Barangkali dia bisa bantu penyakit ibu mertua gw. Gw siap menerbangkan ibu mertua gw kesana dengan biaya gw sendiri. Semoga saja dengan perhatian gw, Urel bisa mulai melihat keberadaan gw kelak. Ibunya bini gw kan ibu gw juga, apapun bakal gw usahain untuk kesehatan orang tua.

"Hello Cell, ini gw Akmal"

🌷

"Beres, satu jam lagi kita bisa ke airport untuk bawa Ibu ke Penang. Private jet sudah terbang dari Jakarta dan kita sudah bisa berangkat ke sana.."

Mata Urel berkaca-kaca menatap gw.

"Apa gak pa-pa bawa Ibu jauh gitu Bang? Berapa jam nanti kita terbang? Apa ibu akan baik-baik saja?"

Gw menatap bini gw lembut dan berusaha meyakinkannya.

"Di pesawat nanti ada dokter dan perawat standby. Tadi juga sudah dapat rekomendasi kan kalo ibu bisa dibawa terbang? Tadi sudah dikasih suntikan obat juga supaya ibu bisa kuat. Santai ya, abang usahakan yang terbaik buat Ibu.."

Untungnya Ibu bapak dan anak-anaknya ada paspor. Jadi bisa langsung ikut berangkat. Paspor gw, dibawain si Pram yang misuh-misuh karena gw suruh-suruh.

"Udahlah loe pinjem pesawat gw, loe nyuruh-nyuruh segala bawain paspor loe sama baju2 loe. Kambing loe!" Pekiknya kesal di telfon.

"Loe dimintain tolong gak rela gitu. Apa kudu gw laporin bini loe secara Urel ini kan sepupu dia juga. Mau loe kagak dikasih pintu sama si Lula?"

Dan tanpa jawaban apapun, si Pram langsung mematikan telfonny kesal. Hahahah, enaknya gini nih punya sepupu kek Lula. Si Pram tukang kadal bisa gw buayain. Wkwkkwwk..

"Mas Akmal, apa ndak merepotkan ini Ibu dibawa kesana? Dibawa ke Jakarta saja cukup mas, ndak usah ke luarnegeri.."

Bapak menatapku dengan ragu sambil merapikan tas yang akan dibawanya.

Gw tersenyum dan berusaha menenangkan.

"Itu rumah sakit langganan Oma saya Pak, Papa Mama juga rutin check up kesana setiap 6 bulan. Santai saja Pak, disana insyaAllah bisa lebih tuntas. Kebetulan ada kawan juga internist disana bisa bantu. InsyaAllah yang terbaik untuk Ibu harus kita upayakan Pak."

Mata Bapak berkaca-kaca lalu meraih bahu gw dan memeluk gw erat.

"Kita baru beberapa kali bertemu, tapi kayaknya Bapak ibu ndak salah menjadikan kamu menantu. Maturnuwun ya Mas"

Gw terharu. Bapak menganggap gw bener-bener keluarganya.

"Si Mbul pasti bahagia punya suami kayak jenengan Mas, anak itu ya, duh .. maaf nggih kalau akan selalu merepotkan"

Gw mengangguk kecil memaklumi. Mau gimana lagi Pak, cinta gw mentok sama dia. Gak nemu yang lain lagi.

🌷

Sambil menatap langit biru diluaran sana, gw berucap syukur tiada henti. Pelan-pelan, gw bisa mulai dekat dengan keluarga ini.

Tadi mas Nugrah, kakakny Urel, menyalami dan memelukku erat. Dia mengucapkan terima kasih amat dalam dengan sorot mata yang berkaca-kaca.

Mba Nery juga, menangkupkan tangannya sambil memandangku haru. Bagi mereka, kesehatan ibu benar-benar mengacaukan pikiran mereka.

Dan soal bini gw? Kini dia duduk manis disamping gw dan tak menolak ketika gw merangkul bahunya erat. Maju satu langkah untuk hubungan kami berdua menurut gw.

Gw kadang menatap dia diam-diam dan banyak memanjatkan doa untuknya.

Urel, gak pa-pa loe sekarang masih denial sama pernikahan kita, masih belum menerima gw seutuhnya.

Tapi seiring waktu, gw janji loe bakal jatuh cinta sama gw secepatnya.

Pokoknya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, loe bakal jadi milik gw pada akhirnya. Merdeka!

🌷

Selesai

🌷

Alhamdulillah selesai juga ceritanya sampai disini. Urel sudah mau deket-deket. Hehee..

Makasih ya untuk semua dukungannya

Love 🥰😘

🌷

🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Crazy ObossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang