07 | Rooftop's story

985 181 20
                                    

Aku membuka pintu rooftop yang terbuat dari besi cukup berat. Info dari Erna, tempat ini suka dijadikan ajang kumpul para office boy tiap malam minggu. Katanya daripada diluar mahal, kadang mereka izin pakai disini sekedar untuk ngobrol hang out bareng gitu. Wih, pemimpin sini baek juga yak.

Aku penasaran. Kabarnya tempatnya cozy dan tenang kalau malem. Barangkali kalau aku butuh tempat istirahat, bisa kali disini ya kalau lagi suntuk.

Dan aku terpana melihat suasana tempat ini yang ternyata memang terlihat terik kalau siang, adem kalau malam.

Gegas aku berjalan menuju sudut area yang beratap kanopi hitam dengan desain kotak-kotak lengkap dihiasi beberapa gantungan lampu warna warni. Aseekk, mantap bener ini!

Ada sofa melingkar empuk bertema rustic. Ada juga karpet membentang berwarna kotak kotak seperti papan catur dengan beberapa kursi tunggal berbentuk jempol disana sini. Ada lemari pendingin dengan berbagai minuman tersedia disana. Haish, ini sih surga bener!

Aku mencoba duduk dikursi jempol itu dan bum! Badanku terasa mengapung ketika mencobanya. Eh  tapi Nyaman sekali rasanya dengan angin sepoi sepoi yang membuatku ingin terlelap barang sebentar.

Mumpung jam istirahat dan aku sedang berhalangan, bisalah tiduran barang sebentar. Entah angin apa yang membuatku mendadak terpejam dan akhirnya aku terbang juga ke alam mimpi dengan cepat.

Sayangnya, baru juga tertidur sebentar, ada sebuah guncangan cukup kasar menyentuh bahuku. Duh, siapa coba ganggu gini?

Dengan malas, aku membuka mata dan mendapati sebuah wajah kecut menatapku tajam. Eh itu kan?

"Sudah tidurnya?" Sapanya jutek

"Lah, belum juga 5 menit ini Pak..eh" sahutku agak kesal. Gak bisa banget lihat orang seneng sih ya?

Wajah si bos tampak berdecak kesal. Anehnya dia tidak kembali mengusikku malahan duduk di sofa panjang sebelah sana dan merebahkan badannya yang tegap itu dengan wajah lesu. Lho, kenapa dia?

Merasa tidak enak meneruskan istirahatku disini, dengan cepat aku berdiri dan hendak kembali ke ruanganku di lantai 3 sana.

"Heh, nama loe sapa?" Tegurnya dengan kepala menghadap ke arahku.

Aku menengok ke arahnya dan menunduk segan.

"Urel.." jawabku pelan.

"Buatkan saya kopi hitam dan bawa  kesini. Sekalian bawakan kotak roti dimeja kantor saya. Jangan pake lama!"

Lho, mau ngerjain aku tho?

"Jam istirahat ini Pak, saya kan lagi bebas tugas.." sahutku malas. Ish, nyuruh-nyuruh jam istirahat gini. Nyebelin.

"Sebentar. Nanti loe boleh extend istirahatnya. Sana cepet!"

Ish, pengen tak Hih aja nih orang satu. Mentang-mentang bos!

Dengan langkah suntuk, aku mengikuti apa yang dia mau. Gimana lagi, kerjaanku cuma office girl di kantor ini. Andai ijazahku sudah keluar, akan ku jerat dia dengan pasal tindakan sewenang-wenang seperti saat ini.

Wajah kusutku terbaca oleh Erna yang tengah asyik menonton drama di ponselnya saat aku sudah tiba di Pantry. Gaya bener dah kelakuan OG satu itu. Ckck.

"Ngape tu muka? Kusut kek layangan putus!" Cibirnya malas.

Aku hanya menggedikan bahuku lalu mengambil cangkir bersih yang ada di lemari. Ku raih kopi hitam yang ada di toples bertuliskan label Kopi Merk terkenal dan menuangkan 2 sendok teh seperti biasanya.

"Tumben lu ngopi, buat sape? Jangan bilang yayang gw yak, biar gw yang buatin. Sini.."

"Bukan lah, buat aku Er.."

"Tumben kopi, lu pan kagak suka ngupi katanye. Sukanye jus buah"

"Yah bosen lah. Ngantuk bener ini soalnya.. sesekali ngopi boleh kan?"

"Kalo buat si bos, gw ada ramuan khusus nih dari temen gw. Katanye dijamin ngeces si bos ama gw. Ssttt, lu jangan ember. Rahasia!"

What? Ramuan apa? Pelet? Gila, berani banget.

"Ramuan apaan?"

"Janji lu jangan ember. Cukup gw pake kalimat rahasia, trus diludahin bakal kopi entu, udah deh tuh si ganteng kelepek kelepek ma gw. Hahaha, duh gak sabar gw.."

Widih, seriusan gitu doang mempan? Aku bergidik membayangkan kopi ini bercampur liur si mpo. Kelepek beneran emang, tapi semaput mau sakaratul maut keknya. Bukan jatuh cinta. Wkwkwkwk

"Wis ya, aku mo ngopi di tangga. Suntuk disini.." kataku cepat dan buru-buru menuju ruangan si bos. Segala roti dia pengen dibawain, resek bener!

Erna sudah tak peduli lagi karena kembali fokus menatap layar ponselnya.

Duh, gila aja si bos dipelet Erna. Apa kata dunia? Hahahahahaaa!

🌷

Flashback

Supiyah, teman SMP ku itu meresponku cepat. Katanya ada kerjaan kalau aku mau capek. Jadi pesuruh disebuah kantor ojek online. Duh, apa aja deh sementara, yang penting aku ndak jadi pengemis.

Lalu saat aku mengatakan bahwa ijazahku belum keluar, dia hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Ijazah smp juga gpp Ndut kalau kamu mau. Asal kamu serius kerja, masuk aja. Wis rene ae yo, aku kirim nanti alamatku.."

Jadi berbekal ijazah SMP yang berhasil ku temukan di lemari belajarku, aku bersiap pergi dari rumah ini. Kenapa aku harus secepat  ini pergi? Ya karena info dari Ibu, temannya bapak dan keluarganya akan datang pekan depan ke rumahku untuk melamar.

Laki-laki macam apa itu koq main terima aja perjodohan seperti ini? Koq gak punya pendirian gitu. Jangan-jangan anaknya itu botak, udah kakek-kakek, ileran, lumpuh, ish amit-amit!

Jadi sebelum terlambat, aku harus segera kabur dari sini. Gak suka sekali dengan perjodohan yang bapak atur untukku. Kayak aku ndak laku aja tho Pak? Baru juga lulus kuliah, koq yo langsung diumpankan saja. Ngenes bener nasibku duh.

Bismillah, mending aku pergi sementara waktu sampe semuanya kondusif kembali.

Bapak, Ibu, maafkan Ndut..

🌷

Happy Kamis Manis

Panas menyengat disini, apa kabar ditempat kelean bebs?

😍😘

😍😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Crazy ObossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang