15 | Soft launching

783 204 12
                                    

Aku menatap suasana kafe yang tampak ramai karena acara malam ini. Mendadak Mas Gusta dan temannya mengadakan acara soft launching kafe dikalangan teman-teman dan kolega mereka.

"Kesempatan priviliage untuk kenalan kita, biar mereka merasa dekat dan mau repeat order dengan Kafe kopi kita.." jelas Mas Firda sang masterchef kami.

Aku yang baru saja dinyatakan jadi pemenang chalenge, merasa deg degan luar biasa karena untuk pertama kalinya akan tampil jadi barista kafe.

"Urel, loe siap-siap ya. Do the best di hari perdana loe tampil. Hara, Dinan, kalian juga wajib hadir buat back up Urel kalau ada apa-apa. Ngerti semua?"

Kami semua serentak menjawab penuh semangat. Bismillah, semoga aku bisa menunaikan tugas ini sebaik-baiknya.

Sekilas, aku menangkap kilatan aneh dari netra Hara ke arahku. Gadis itu kenapa?

"Semangat ya Rel! Gw seneng loe jadi juaranya. Yakin sih loe bisa tampil bagus besok sore. Loe orangnya tenang dan gak gugupan kek gw. Hehe.."

Aku tersenyum kecil dan menatap Dinan akrab.

"Kamu juga pasti bisa Dinan. Tunggu saja nanti juga kamu bisa. Semangat Bro!"

"Cih..!"

Aku menoleh ke arah Hara yang barusan berdecih.

"Kenapa Ra?" Tanyaku penasaran.

"Loe jangan sok jadi orang. Paling juga loe cuma sebentar jadi baristanya. Kerenan gw lah nanti, paling jago dan jadi barista kafe yang terhits kelak. Liat aja nanti!" Bisiknya tajam ke arahku.

Eh, apa dia bilang?

Aku menatap Hara tak percaya. Gadis itu kenapa? Bukannya kemarin baik-baik saja? Koq sekarang jadi nyinyir begini?

"Are you okay Ra?" Tanyaku kuatir.

Tak menjawab pertanyaanku, Hara melenggang pergi meninggalkan ruangan.

Sebuah tepukan hangat menyapaku dan Dinan menatapku santai.

"Gak usah dipikirin. Loe fokus aja buat tugas nanti sore. Gw bantu loe back up ya.."

Aku mengangguk dan tersenyum ramah pada Dinan.

"Makasih ya Dinan.."

Dinan tertawa kecil mendengar kalimatku.

"Semangat Rel!"

Mau tak mau, aku harus mengiyakan juga nasihat Dinan. Dia benar. Aku hanya harus fokus untuk tugas pertamaku sore ini. Do the best, let God do the rest!

🌷

Suasana kafe beneran meriah dan aku disibukkan membuat berbagai varian kopi sesuai pesanan para tamu. Sejauh ini semuanya tersaji baik dan lancar.

Mas Gusta beberapa kali mengenalkan aku pada beberapa kenalannya. Kata mereka sajian kopiku unik dan beda jadinya mereka pengen kenal denganku. Entahlah apa sih ya yang membuat beda.

Jujur, dari dulu aku sering membantu Ibu membuatkan kopi untuk bapak. Dari situlah Bapak rutin memintaku membuatkan kopi pagi dan sore saat aku senggang. Bapak, tiba-tiba aku kangen menyajikan kopiku untuknya.

Jam demi jam berlalu. Hingga akhirnya jam ditanganku menunjukkan pukul 11 malam. Pffuh, lumayan pegal juga ini tangan bolbal meracik kopi-kopi dan coklat pesanan konsumen. Dinan dan Hara terlihat sigap membantuku memastikan ketersediaan kopi dan kelengkapan lainnya.

Tamu-tamu sudah mulai berkurang dan tersisa beberapa teman mas Gusta yang tengah heboh tertawa diteras depan sana.

"Cape Rel?" Sapa Dinan hangat. Cowok Bandung yang terlihat gagah itu menyapaku.

The Crazy ObossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang