27 | Pepet dot kom

1K 206 49
                                    

"Kamu ikut ke Jakarta, ada rapat di halojek sore"

Duh, aku meremas tanganku kesal. Kenapa aku jadi terjebak begini coba. Bos gila ndak ada ahlak. Kesel banget jadinya. Kelakuannya absurd sekali. Baru juga aku ikut dengan dia bertemu vendor pemasok kopi, aku diajak pergi ke Jakarta. Akan pulang jam berapa nanti ya?

"Maaf Bang, nanti pulangnya jam berapa? Saya ada urusan malam ini.."

Aku ingat akan mengurus berkas yang dikirimkan Camil tadi siang. Alhamdulillah transkrip nilai ijazah sudah dilegalisir dan akan aku kirim ke pemberi beasiswa nanti.

"Gak lama, langsung balik koq. Sante aja.."

Duh, berduaan dengan dia PP sepanjang Bogor Jakarta Bogor, akan ada apa lagi ya?

Jujur, aku merasa sangat heran dengan sikapnya dari kemarin kemarin. Skinship tiada henti dan bikin aku takut.

Semalam aku bahkan klarifikasi Keisha apa dia yang meminta Bang Akmal menjemputku? Dia bilang gak pernah minta Oomnya itu menjemputku. Heran, koq bisa seinisiatif itu menjemputku?

Terus lagi, kemarin sore dia mencoba memelukku segala dan membuat jantungku berdebar ndak karuan. Ya ampun, anak gadis Bapak dipeluk sembarangan ini. Ndak rela aku sebenarnya, takut dosa.

Tadi saja, dia sesekali ingin meraih tanganku saat dia nyetir. Lah, jelas aku tepis lah. Aku takut dosa kalau terus-terusan skinship begini. Kami kan bukan mahram.

Ditambah ini kalau jadi ke Jakarta, Gimana nolaknya coba?

"Maaf Bang, saya ndak ikut ya ke Jakarta?" Seruku mencoba menolak.

Matanya menyipit tak percaya.

"Ini tugas kantor lho Rel, koq kamu nolak? Loe.. eh maksudnya kan kamu sekretaris aku. Wajar dong nemenin. Ini bakalan jadi proyek kafe juga koq. Mau urus iklannya di halojek. Kita bermitra nanti. Please, temenin lah biar gak boring.."

Duh, gimana coba?

"Pake supir aja Bang, mas Rafa pasti mau nemenin kan?"

Bibir bosku itu mencebik dan terus terang membuatku ingin tertawa. Kayak bocah kalau lagi merajuk gitu.

"Ada Uang lembur. Nanti langsung abang transfer dah.."

Ish, tahu aja kalau aku perlu uang untuk persiapan kuliah nanti. Kan jadi susah nolak kalau begini.

"Gimana? Sebutin rekening kamu, nanti abang transfer nih sekarang uang lemburnya.."

Duh, gawat.

"Cash aja bang, maaf saya ndak punya rekening.." tolakku halus.

"Ya sudah, cepetan siap-siap. Bawain kopi buatan kamu ya, pake tumbler abang tuh.."

Aku menggeleng tak percaya. Ini orang kan tinggal minta di kafe, kenapa sih harus aku terus yang buatnya.

Tapi aku segan menolak juga secara aku kan pegawai dia.

"Eh Rel, ini uang lembur kamu, anggap aja sekalian nafkah bulan ini ya.."

Kontan aku berjengit melihat dua gepok uang merah yang dia serahkan ke tanganku. Uang lembur dapat segini?

"Bang, maaf ini kebanyakan. Trus, maksudnya uang nafkah apa ya?" Tolakku sambil menatapnya bingung.

Bosku itu mendadak terbahak lalu melambaikan tangannya.

"Udah terima aja, halal! Aku abis dapet rezeki"

"Tapi..."

"Berangkat skrg aja, ayo!"

Bukannya menungguku, bosku itu malah gegas menuju pintu ruangannya lalu keluar tanpa menungguku.

The Crazy ObossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang